PEMILIHAN para wakil rakyat belum berlangsung, tetapi darah telah berccceran di sepanjang Fiipina. Mcndekati pemilu Kongres yang dijadwalkan Senin, 11 Mei, daftar korban yang jatuh semakin panjang. Hingga awal pekan ini saja kabarnya sudah lima calon anggota Kongres tewas sebelum bertarung, di luar arena. Scmentara itu, isu kudeta terdengar santer di mana-mana. Pihak mlliter yang bertanggung jawab atas keamanan nasional terpaksa menetapkan 700 kota sebagai "daerah rawan", terutama pada saat-saat menjelang pemungutan suara. Inilah ujian yang masih harus ditempuh pemerintahan Cory Aquino. Sesuai dengan konstitusi baru, sistem perwakilan dua kamar yang dulu dihapuskan oleh Presiden Marcos kembali diterapkan. Toh jika ujian kali ini bisa dilalui, masih ada lagi satu batu sandungan sebelum ia tiba di jalan "demokrasi baru yang bebas dari segala bentuk tekanan." Sandungan tersebut adalah pemilihan para kepala daerah yang dijadwalkan bulan Agustus mendatang. Tetapi di sisi lain, ia terpaksa menghadapi begitu banyak agitasi dari seteru-seteru politiknya. Menghadapi pesta demokrasi kali ini, kaum kiri sudah menyiapkan strategi mereka melalui Aliansi untuk Politik Baru. Dcngan aliansi ini mereka menurunkan tujuh kandidat senator dan 103 kandidat anggota DPR. Di antara calon-calon mereka terdaftar nama Komandan Dante Buscoyne, pendiri Tentara Rakyat Baru (NPA) sayap militer Partai Komunis Filipina. Lalu ada Crispin Beltran, ketua Kilusang Mavo Uno, federasi serikat buruh yang militan pro-komunis. Sementara itu, Kamis pekan lalu Kepala Polisi Wilayah Bulacan, Letkol Carlos Palomares diserang penembak-penembak tak dikenal ketika ia berangkat menuju tempat kerjanya. Kuat dugaan serangan ini merupakan agitasi kelompok kiri untuk mengacaukan suasana menjelang pemilu. Maka, tak heran jika akhirnya Presiden Corazon tak bisa lagi menahan kejengkelannya terhadap Amerika. Dikatakannya, Washington menunda-nunda realisasi dan bahkan memotong anggaran bantuan militer untuk menghadapi kaum komunis. "Haruskah para prajurit ilipina menghadapi komunis hanya dengan tangan kosong belaka?" kata Presiden Corazon dalam sebuah upacara militer, Senin lalu. Sementara itu, pertarungan menjelang pemilu jalan terus dan malah klan meruncing. Janji demi janji kembali diobral. Bahkan pesta-pesta kampanye bak karnaval berlangsung meriah di tengah ketakutan serangan kaum militan. Tidak sedikit uang berhamburan, karena untuk menjadi seorang senator dibutuhkan biaya kampanye sampai US$ 900 ribu. Dan dalam ukuran Filipina, jumlah ini rupanya wajar-wajar saja. J.R.L.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini