Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Desa di Jepang bernama Nagoro dinilai telah menjadi sebuah desa yang menyeramkan karena hampir seluruh populasi desa itu adalah boneka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari mirror.co.uk, Jumat, 22 Februari 2019, boneka hampir ada dipenjuru desa Nagoro. Mereka ada di halte bus, bangku taman atau berkumpul di sejumlah rumah yang ada di desa itu. Para pembuat boneka juga terlihat berkumpul di sejumlah titik di desa Nagoro. Selain membuat boneka, mereka juga memperbaiki jalan atau mengumpulkan jerami.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Diperkirakan ada lebih dari 350 boneka di desa Nagoro. Jumlah itu lebih banyak dari pada populasi penduduk yang diperkirakan tersisa sektiar 30 orang. Kemunculan boneka di desa itu diawali oleh seniman bernama Tskukimi Ayana, 67 tahun. Tskukimi pulang ke desanya 16 tahun silam dan menemukan betapa sepinya desa Nagoro.
Sebagian besar penduduk pindah ke kota-kota besar di Jepang untuk mencari pekerajaan atau ada yang meninggal. Walhasil, desa Nagoro pun kosong. Ketika ayah Tskukimi meninggal dan banyak biji yang ditanamnya gagal tumbuh, maka Tskukimi muncul ide membuat sebuah orang-orangan sawah yang wajahnya dibuat mirip seperti ayahnya. Semenjak itu, gagasan untuk membuat lebih banyak boneka muncul.
“Boneka-boneka ini seperti anak saya,” kata Tskukimi.
Desa di Jepang bernama Nagoro dinilai telah menjadi sebuah desa yang menyeramkan. Pasalnya, hampir seluruh populasi desa itu adalah boneka. Sumber: Fritz Schumann/mirror.co.uk
Boneka – boneka ‘penghuni’ desa Nagaro, dibuat dari bekas sedotan, kain dan pakaian bekas lainnya. Saat boneka sudah jadi, mereka itu ditempatkan pada posisi-posisi tertentu sehingga boneka itu tampak seperti manusia. Ada beberapa boneka ditempatkan di dalam rumah tempat penghuni sesungguhnya tinggal, ada pula yang dibuat seolah sedang membuat teh atau menyiapkan sebuah pernikahan.
Sekolah-sekolah yang tutup sekarang dipenuhi boneka-boneka yang mirip murid sekolah, guru dan kepala sekolah. Sekarang ini, ‘penduduk’ Nagoro 10 kali lipat lebih banyak boneka ketimbang manusia. Tskukimi mengatakan dia sangat yakin akan muncul suatu kondisi dimana dia menjadi satu-satunya penduduk Nagoro yang dikelilingi boneka orang-orang yang dulu dikenalnya.