Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Penjualan saham perdana Ant Group, perusahaan teknologi finansial milik Alibaba, dihentikan pemerintah Cina dengan mendadak.
Pemerintah Cina mengaku pembatalan terkait rencana memperketat regulasi bisnis fintech yang juga menjadi inti usaha perusahaan Jack Ma.
Ant Group dinilai bisa mendisrupsi sistem finansial Cina yang dikendalikan pemerintah jika diizinkan go public dan meraup modal besar-besaran.
HARI-HARI Jack Ma belakangan ini pasti naik-turun seperti roller coaster. Pada awal November lalu, miliarder Cina dan pendiri perusahaan e-commerce Alibaba ini sudah bersiap menambah pundi-pundi kekayaannya berkali-kali lipat. Penjualan saham perdana Ant Group Co, perusahaan teknologi finansial miliknya, di bursa saham Hong Kong dan Shanghai, disebut-sebut bakal menjadi yang terbesar di dunia. Namun semua prediksi itu buyar setelah pemerintah Cina mendadak menghentikan penjualan saham Ant Group. Peruntungannya kian terpuruk setelah nilai saham Alibaba anjlok 12 persen akibat insiden ini.
Keputusan pemerintah Cina itu membuat pelaku pasar saham di seluruh dunia geger. Kebijakan Beijing itu dinilai sebagai sinyal bahwa setiap rencana pengembangan sektor finansial harus direstui Presiden Xi Jinping dan Partai Komunis Cina. “Partai menunjukkan kekuatannya,” ujar pakar kebijakan fiskal Cina, Victor Shih, seperti dilaporkan The Japan Times.
Menurut Shih, Jack Ma memang bisa saja mendapatkan keuntungan luar biasa dari penjualan saham perdana Ant alias si semut. Namun hal itu tak akan pernah sebanding dengan kekuasaan dan pengaruh yang dimiliki Partai Komunis Cina di Negeri Tirai Bambu. “Partai Komunis Cina mengendalikan kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia,” tutur Shih yang juga merupakan pakar ilmu politik ekonomi dari Universitas California, San Diego, Amerika Serikat.
Perintah penghentian penjualan saham Ant Group ditengarai datang langsung dari Presiden Cina Xi Jinping. Seorang petinggi perusahaan Cina, seperti dilaporkan Nikkei, menyebutkan pemerintah Cina tak melihat Ma sebagai pebisnis yang visioner. Ma dianggap parasit dalam sistem finansial Cina. “Dia juga dipandang sebagai simbol ketidaksetaraan pendapatan dan kesenjangan kekayaan,” ucapnya.
Dibentuk sebagai cabang usaha Alibaba sekitar 10 tahun lalu, Ant Group merilis pengumuman bakal menjual sahamnya pada Agustus lalu. Salah satu produk andalan milik Ant adalah aplikasi pembayaran Alipay yang kini digunakan lebih dari 730 juta orang setiap bulannya. Selain soal pembayaran, Alipay menjadi andalan penggunanya untuk mendapatkan pinjaman, mengelola investasi, dan mengelola asuransi.
Sebelum penjualan sahamnya ditunda, para investor menilai valuasi Ant Group mencapai US$ 316 miliar. Nilai ini melebihi valuasi bank-bank terbesar di Cina dan Amerika Serikat. Penjualan saham Ant Group yang beroperasi di sektor teknologi keuangan itu diperkirakan bakal menarik investasi hingga US$ 3 triliun. Adapun porsi saham Ma di Ant Group mencapai US$ 17 miliar. Penundaan initial public offering Ant Group membuat kekayaan Ma menyusut hingga US$ 3 miliar.
Otoritas finansial Cina mengatakan alasan penundaan penjualan saham Ant Group berkaitan dengan perubahan aturan teknologi finansial. Pemerintah Cina memang baru merilis aturan yang membahas bisnis pinjaman mikro. Aturan ini diperkirakan bakal membawa pengaruh besar dalam bisnis inti Ant Group. “Kebijakan ini demi menjaga stabilitas pasar dan melindungi kepentingan para investor,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin.
Meski demikian, banyak spekulasi beredar soal alasan sebenarnya pembatalan ini. Sikap keras ini diduga terkait dengan pernyataan Ma yang dinilai menyinggung pemerintah Cina dalam sebuah forum teknologi finansial di Shanghai pada 24 Oktober lalu. Ma mengkritik pembuat regulasi di Cina dan menuding bank yang dikuasai pemerintah beroperasi dengan mentalitas seperti rumah gadai. Pasalnya, bank-bank itu selalu meminta agunan untuk memperpanjang kredit nasabah.
Ma juga menyebut bank-bank di Cina minim inovasi dan mengkritik sistem pengawasan yang ketinggalan zaman. Dia mengklaim banyak permohonan kredit perusahaan atau individu inovatif yang ditolak oleh lembaga finansial di Cina. “Masa depan adalah tentang inovasi, bukan sekadar kemampuan regulasi,” kata Ma seperti dilaporkan Fortune.
Penulis buku Alibaba: The House that Jack Ma Built, Duncan Clark, mengatakan sang miliarder memang kerap berkomentar pedas soal regulasi. Apalagi Ma bukan orang yang bisa menurut jika diminta mengikuti alur narasi tertentu. “Dan dia kerap provokatif, seperti seorang penutur cerita,” kata Clark seperti dilaporkan BBC.
Namun Chen Zhiwu, profesor ekonomi dari Universitas Hong Kong, berpandangan sebaliknya. Dia mengaku heran terhadap pernyataan agresif Ma kali ini. Menurut dia, Ma sebelumnya dikenal sebagai pebisnis yang kalem. Dia yakin Ma salah perhitungan. “Ini akan berdampak negatif terhadap masa depan Ant dan juga seluruh bisnis swasta di Cina,” kata Chen.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo