Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Sejumlah badan usaha milik negara mulai sibuk merealisasi rencana pengembangan kawasan di sekitar Patimban.
Pasar lama di Bekasi-Karawang-Purwakarta menanti kepastian tarif dan layanan pelabuhan baru.
Metropolitan baru diluncurkan di antara Cirebon, Subang, dan Majalengka.
BARU tiga hari menjabat Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Arief Prasetyo langsung tancap gas. Mantan bos PT Food Station Tjipinang Jaya—badan usaha milik pemerintah DKI Jakarta—ini harus mengurus lahan perusahaan di Manyingsal, Kecamatan Cipunagara, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Ia juga mesti segera merampungkan studi kelayakan (feasibility study) dan membuat rencana induk (master plan) pengembangan tanah seluas 1.300 hektare tersebut.
“Kalau akhir tahun harus groundbreaking, berarti studi kelayakan dan rencana induk harus kelar segera,” ujarnya kepada Tempo, Kamis, 19 November lalu. Sementara itu, bertumpuk pekerjaan rumah lain menanti. Misalnya membereskan holding badan usaha milik negara sektor pangan yang baru terbentuk beberapa hari lalu. Juga menyelesaikan persoalan merger, inbreng, dan beberapa entitas perusahaan yang terancam bangkrut.
Manyingsal berjarak sekitar 35 kilometer sebelah selatan Pelabuhan Patimban. Kira-kira perlu waktu satu setengah jam perjalanan bermobil untuk menuju pelabuhan yang berlokasi di bibir Pantai Ciasem itu. Pemerintah menggagas pengembangan kawasan industri terpadu di lahan tersebut.
Rencananya, RNI bekerja sama dengan perusahaan negara lain, yakni PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP) dan PT Pembangunan Perumahan (PP). Awal September lalu, beberapa pejabat Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pekerjaan Umum serta direksi RNI dan perwakilan PT PP meninjau lahan yang sebagian masih berupa area perkebunan tebu tersebut.
Menurut Arief, rencana itu merupakan inisiatif Presiden Joko Widodo saat berkunjung ke Patimban pada November 2019. Jokowi, yang antara lain didampingi Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basoeki Hadimoeljono, Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki, serta Sekretaris Kabinet Pramono Anung, meninjau dermaga sandar. Dermaga ini bagian dari pembangunan fase pertama proyek tersebut.
Pemerintah merancang Pelabuhan Patimban sebagai proyek strategis nasional untuk mengatasi kelebihan beban Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta. Pembangunan akan dikerjakan dalam tiga tahap, hingga 2027, dengan total investasi mencapai Rp 43,2 triliun.
Pembangunan fase pertama membutuhkan sekitar Rp 14 triliun. Paket pertama dalam fase ini meliputi konstruksi terminal dan dermaga, pengerukan kolam putar dan alur pelayaran, reklamasi, serta pekerjaan bangunan gedung, air bersih, sistem pembuangan air kotor, dan pasokan listrik. Paket yang digarap sejak Juli 2018 tersebut ditargetkan rampung pada akhir November ini.
Proyek pembangunan Jalan Akses ke Pelabuhan Patimban difoto dari udara, September lalu./pu.go.id
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jumat pekan lalu, 20 November, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Agus Purnomo memaparkan perkembangan proyek kepada para pemangku kepentingan, seperti pelaku industri otomotif, termasuk kesiapan dan koordinasi pengoperasian Pelabuhan Patimban. Kementerian Perhubungan telah menetapkan perairan wajib pandu kelas II, kawasan pabean, alur pelayaran di alur pelayaran masuk, fasilitas kantor untuk petugas bea dan cukai, imigrasi, serta badan karantina. Adapun uji coba sandar kapal telah dilaksanakan pada 31 Oktober lalu.
Menteri Budi Karya pun meminta pengoperasian terbatas dimulai bulan ini juga. “Pembangunan akan kelar pada akhir November, dan operasional terbatas,” katanya dalam webinar bersama Liputan6, 20 November lalu.
Karena itu, pembangunan kawasan ekonomi terpadu Manyingsal juga harus segera direalisasi. Dalam proyek tersebut, RNI berperan sebagai penyedia lokasi. PT PP akan menggarap konstruksi. “Sedangkan PT JIEP sebagai pengelola sekaligus sales marketing-nya,” Arief menerangkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun Arief belum bisa menjelaskan bentuk kerja sama tersebut. “Apakah akan berupa joint venture atau apa.” Apalagi, ia menambahkan, ada kemungkinan akan bergabung pula pihak dari Pemerintah Kabupaten Subang dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Menurut Arief, mungkin pembangunan kawasan industri akan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di Kementerian Pekerjaan Umum. Pemerintah akan memasukkannya sebagai proyek strategis nasional.
• • •
PELABUHAN Patimban akan terhubung dengan beberapa kawasan industri yang telah beroperasi di Bekasi Timur, Karawang, dan Purwakarta. Di area tersebut pabrik otomotif berkumpul. Bukan hanya pabrik mobil, tapi juga pabrik sepeda motor dan industri komponen pendukungnya. Makanya pemerintah berencana memfokuskan pengiriman produk otomotif dari kawasan tersebut melalui Patimban.
Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian Taufik Bawazier mengatakan enam perusahaan siap mengekspor mobil dari Pelabuhan Patimban. “Saya tidak sebutkan mereknya, tapi, dengan adanya Pelabuhan Patimban, industri akan bersaing di pasar luar dengan menekan biaya logistik,” tuturnya, Jumat, 20 November lalu.
Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Bob Azam mengungkapkan, selama ini perusahaan mengekspor kendaraan melalui Pelabuhan Tanjung Priok. “Ke depan, kalau Patimban beroperasi, memang diharapkan bisa dialihkan ke sana,” katanya kepada Tempo, Kamis, 19 November lalu.
Masalahnya, belum ada kepastian mengenai tarif yang akan berlaku di Patimban. Selain itu, perusahaan ingin memastikan dulu fasilitas pelabuhan serta akses ke sana. “Apakah menarik, kompetitif atau tidak tarifnya.” Untuk urusan ekspor otomotif, Bob membandingkan dengan Thailand yang memiliki infrastruktur pelabuhan modern dan efisien. Hal itu membuat produk menjadi lebih kompetitif.
Bob mengaku beberapa kali diundang pemerintah untuk membicarakan Patimban. Pertengahan November lalu, misalnya, bersama pejabat Bea dan Cukai setempat, ia membahas hal teknis kepabeanan dan keluar-masuk barang di Patimban. Selain itu, pertemuan dengan otoritas pelabuhan membicarakan hal teknis tentang kapal bersandar, kebutuhan kedalaman (laut), dan rencana uji coba. Pada pekan berikutnya, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan memanggilnya, juga untuk mendiskusikan urusan teknis.
• • •
REBANA akan menjadi ikon baru Jawa Barat. Gubernur Ridwan Kamil meluncurkannya dalam pergelaran West Java Investment Summit, Senin, 16 November lalu. Ia menjelaskan, Rebana akan menjadi metropolitan ketiga di provinsi ini setelah Bogor-Depok-Bekasi alias Bodebek dan Bandung Raya. “Metropolitan itu adalah kumpulan kota,” ucapnya. Rencananya, ada 13 kota yang dikembangkan selama 10-20 tahun ke depan dengan kebutuhan investasi mencapai Rp 300 triliun.
Rebana berada di antara Pelabuhan Patimban di Subang, Bandar Udara Kertajati di Majalengka, dan Cirebon. Di sela West Java Investment Summit, perjanjian kerja sama pengembangan Rebana diteken, melibatkan tujuh kabupaten/kota, yakni Sumedang, Subang, Majalengka, Indramayu, Kuningan, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon. Pemerintah Jawa Barat akan membentuk badan otoritas untuk mengawasi dan mengkoordinasi pengembangan semua kota baru yang menjadi bagian dari metropolitan Rebana.
Gubernur memastikan pengembangan Rebana sudah dikunci dalam kebijakan tata ruang kota dan provinsi. “Supaya ibu kota baru yang dikembangkan seimbang. Mana lahan pertaniannya yang harus dipertahankan harus jelas.”
Kepala Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat Koswara memaparkan, area pertanian yang masih aktif dan beririgasi teknis akan dipertahankan. Saat ini peraturan daerah perubahan rencana tata ruang yang sudah disahkan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Barat menunggu pengesahan pemerintah pusat. “Masih proses perbaikan sesuai dengan hasil asistensi dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang,” ujarnya.
PT Suryacipta Swadaya akan membangun salah satu kota baru di kawasan Rebana. Suryacipta adalah anak perusahaan PT Surya Semesta Internusa Tbk yang didirikan Benjamin Suriadjaja—adik William Soeryadjaja, salah satu pendiri Grup Astra.
Rencananya, Suryacipta membangun kota baru di kilometer 89, Subang, dengan perizinan lahan seluas 2.700 hektare. “Kami mungkin akan menjadi yang paling awal membangun,” kata Presiden Direktur Surya Semesta Johannes Suriadjaja di sela West Java Investment Summit 2020.
Ia memaparkan, proyek baru bernama Subang Smartpolitan itu akan berupa ekosistem tempat kota industri tidak hanya menjadi industri, tapi juga township. Pembangunan akan dimulai tahun ini, selama 5-10 tahun, dengan perkiraan investasi total Rp 5-8 triliun.
Perusahaan juga akan turut membangun jalan tol Patimban senilai sekitar Rp 7 triliun, bekerja sama dengan PT Jasa Marga, PT Jasa Sarana, dan badan usaha milik daerah. “Mudah-mudahan bisa dimulai tahun depan.”
RETNO SULISTYOWATI, FRANCISCA CHRISTY ROSANA, AHMAD FIKRI (BANDUNG)
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo