Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Dia mati buat kim dae-jung

Pemilihan umum di korea selatan diwarnai kerusuhan pemerintah mulai bersikap keras. mahasiswa diperingatkan akan ditahan dan dihukum, tapi kubu oposisi menuduh justru pemerintah yang main keras.

19 Desember 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PESTA demokrasi tinggal beberapa hari lagi, satu pesta besar yang mendebarkan selama 16 tahun terakhir ini. Sejumlah korban sudah berjatuhan, sementara kampanye lewat TV -- yang ditonton hampir 26 juta calon pemilih -- mengakibatkan situasi kian marak saja. Lebih dari seratus mahasiswa bersenjatakan kayu dan potongan baja, Sabtu lalu menyerbu studio TV Korean Broacasting System. Tindakan ini mereka lakukan, sebagai protes atas peliputan yang tidak adil oleh stasiun TV milik pemerintah itu. Polisi yang sigap akhirnya dapat mematahkan aksi protes ini dalam tempo singkat. Tampaknya, pemerintah mulai keras, terutama sejak Roh Tae-Woo -- calon dari partai yang berkuasa -- dilempari bom api ketika berkampanye. Mahasiswa diperingatkan akan ditahan dan dihukum, tapi kubu oposisi menuduh justru pemerintah yang main keras. Agaknya, tuduhan ini bukan tidak berdasar. Seorang tentara dilaporkan tewas di baraknya, akibat dipukuli atasannya. Ini lantaran dalam pemilihan absensia (melalui surat) yang diperuntukkan bagi hampir 600 ribu tentara dan dilangsungkan sebelum hari pemilu Rabu pekan ini, Kopral Chung Yun-Kwan, 23 tahun, yang malang itu, mcmberikan suara kepada Kim Dae-Jung. Padahal, sudah menjadi doktrin bahwa prajurit diwajibkan mendukung calon dari partai pemerintah, yakni Roh Tae-Woo. Tapi juru bicara militer mengatakan, kematian kopral itu diakibatkan proses wajar dalam kehidupan barak. Tak jelas apa maksudnya. Bagaimanapun, kasus tersebut telah menambah jumlah korban yang meninggal karena disengaja, di hari-hari menjelang pemilu. Dua pekan sebelumnya seorang pemuda bunuh diri, demi mempersatukan dua calon oposisi: Kim Young-Sam dan Kim Dae-Jung. Kamis lalu, kasus bakar diri, dengan niat yang sama, dilakukan pula oleh Park Yong-Tae, 20 tahun, dari Universitas Mokco. Beberapa hari sebelumnya, seorang tukang kayu di Taejon berbuat serupa dengan alasan sama. Ratusan pemuda dan mahasiswa juga sempat menduduki markas kedua Kim. Tujuannya: agar kedua Kim bergabung kembali. Kedua tokoh oposisi itu memang sudah saling berkirim delegasi untuk membahas masalah penyatuan, tetapi belum ada hasilnya. Lepas dari itu, aksi pendudukan tersebut menimbulkan tanda-tanya: apa mereka udak ditunggangi penguasa. Pihak militer, menurut informasi yang bocor keluar, telah membahas langkah-langkah yang perlu diambil jika kerusuhan tak bisa diatasi. Sebuah intervensi militer, yang sudah menjadi kebiasaan dalam sejarah kekuasaan negeri ini, sangat mungkin terjadi lagi. Apalagi kini ada alasan yang jauh lebih kuat: Olimpiade 1988. Bagi rakyat Korea, jika pesta olah raga bergengsi itu gagal, akan merupakan dosa yang tak terampuni. Untuk menjamin sukses pemilu berikut Olimpiade, pemerintah memperpanjang Gapho -- perintah siaga satu untuk seluruh jajaran kepolisian Korea Selatan -- sampai tak terbatas waktunya, kendati semula direncanakan berakhir 17 Desember atau sehari sesudah pemilu. Oposisi tidak tinggal diam. Gerakan nasional untuk demokrasi, yang bergabung dengan kalangan agama, cendekiawan, dan pengacara, akhir November lalu telah membentuk Gongjung Songo Gamsidan (GSG, Kelompok Pengawasan Pemilihan yang Adil, semacam NAMFREL di Filipina). Di Universitas Yonsei saja, dari sekitar 20 ribu mahasiswa, telah terdaftar tiga ribu orang untuk jadi sukarelawan. Mereka mendapatkan dana dari para simpatisan. "Di universitas kami, sudah terkumpul 160 ribu won," kata Ahn Ho-Young, 22 tahun, mahasiswa Fakultas Hukum kepada TEMPO akhir pekan lalu. "Kalau pemilihan berlangsung adil, kami yakin Roh Tae-Woo akan kalah," tambah ketua GSG cabang Universitas Yonsei ini. Rabu ini, tinggal lima calon yang maju. Selain tiga terkuat, Roh Tae-Woo dan kedua Kim, masih ada Kim Jong-Pil dan Shin Chong-Il. Calon dari Partai Kebenaran dan Demokrasi Kimm Son-Jok, sudah mundur dan bergabung dengan Roh. Sementara itu, calon dari independen, Paek Ki-Wan, tiba-tiba mundur Sabtu malam lalu setelah sorenya berkampanye. M.C., Seiichi Okawa, dan Yuli Ismartono (Seoul)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus