SPEKULASI tentang suksesi di Korea Utara seolah didinginkan oleh musim semi dengan suhu sekitar 7 derajat Celsius, Rabu pekan lalu. Hari itu, di Stadion Pyongyang, Pemimpin Agung Korea Utara merayakan ulang tahunnya ke-80. Semula banyak pengamat menduga akan ada pernyataan penting berkaitan dengan suksesi. Soalnya, kantor berita Korea Utara pada awal April ini menyebut-nyebut Kim Yong Il, anak Kim Il Sung, sebagai "Ketua partai, negara, dan tentara kami." Presiden Kim Il Sung, orang yang berulang tahun itu, dalam pidatonya lebih banyak mengecam imperialisme dan menegaskankan bahwa perlawanan terhadap paham Barat itu akan terus dilanjutkan walau komunisme mengalami kekalahaan di banyak negara. Bila ada pidatonya yang menyinggung suksesi, mungkin adalah pernyataannya bahwa meski ia masih presiden, sehari-hari Kim Yong Il yang sebenarnya berperan. Pernyataan itu memperkuat sinyalemen Barat selama ini bahwa Kim Yong Il bertanggung jawab terhadap sejumlah aksi yang memakan korban. Misalnya, penyerangan membabi buta ke perbatasan Korea Selatan yang mengakibatkan terbunuhnya dua orang petugas Amerika Serikat pada tahun 1976. Lalu, serangan bom ke Yangoon, ibu kota Myanmar, sewaktu Presiden Chun Doo Hwan dari Korea Selatan bertamu. Peristiwa tahun 1983 itu menewaskan 18 petinggi Korea Selatan. Sasaran utamanya, Presiden Chun, selamat. Yang lebih mengerikan adalah peledakan pesawat jet milik Korean Airlines, yang membawa korban 115 penumpangnya pada tahun 1987. Salah satu tertuduh pelaku peladakan itu, Kim Hyon Hui, yang lebih dikenal dengan nama Mayumi, kini menjalani hukuman seumur hidup di sebuah penjara khusus di Korea Selatan. Namun, tentu saja sulit untuk memperoleh bukti-bukti nyata dari kasus-kasus itu. Tak banyak orang yang bisa dekat dengan Kim Jong Il, yang konon mencurigai semua orang itu. Yang jelas, Kim muda, kini 50 tahun, adalah seorang yang bersosok gemuk, pendek. Ia selalu memakai sepatu bersol tinggi untuk mengatrol tubuhnya. Selebihnya, Kim muda itu hanya dikenal dari buku biografi resminya dan berita-berita di media Barat. Dan keduanya mesti dibaca dengan kritis. Menurut buku biografinya, Kim muda dilahirkan di sebuah pondok di Gunung Paekdu, Siberia, 16 Februari 1942, dalam suasana prihatin. Keluarga Kim Il Sung berada di situ karena mengungsi akibat perang berkecamuk di negerinya. Menjelang kelahiran sang bayi, konon, mukjizat terjadi. Sebuah suara yang menggeletar mengumumkan akan datangnya seorang jenderal yang kelak menguasai dunia. Jabang bayi yang digambarkan bagaikan "Bintang Penuntun" ini hadir ke dunia ditandai dengan munculnya pelangi di atas G. Paekdu. Biografi resmi itu pun menceritakan "keajaiban' Kim muda. Dalam usia tiga tahun, Kim suatu hari mengacak-acak sebuah atlas dunia. Dengan sengit balita itu menumpahkan tinta persis di gambar peta Jepang. Tak lama kemudian langit Jepang benar-benar hitam pekat oleh bom atom AS. Belum genap 10 tahun, Kim kecil diceritakan memberi petunjuk kepada beberapa pilot tempur dalam menghadapi agen rahasia asing. Pada tahun 1970-an, hanya dalam dua tahun Kim muda berhasil secara menakjubkan menciptakan enam opera klasik. Hampir mustahil untuk mengecek kebenaran biografi itu. Kim muda yang ekspresi wajahnya dingin itu baru sekali memberikan wawancara dengan wartawan asing, yakni wartawan sebuah koran Kuba, dan itu pun wawancara tertulis. Sementara info dari media Barat tak kurang pula menimbulkan kesangsian. Konon, "ketua partai" berwajah dingin ini suka mengadakan pesta-pesta sampai pagi. Kata orang, selain rokok Dunhill, Kim pun gemar perempuan asing. Sebuah cerita mengatakan bahwa rombongan wanita Muangthai dan Swedia sering tampak di Pyongyang dan orang menghubungkannya dengan Kim muda. Kim termasuk penggemar berat film karya sutradara Rusia Eisentein, juga film James Bond, dan film-film Elizabeth Taylor. Kim Yong Il dikabarkan mempunyai 20.000 koleksi film. Sebaliknya, ia tak memiliki karisma sebesar karisma bapaknya. Menurut para pengamat Korea Utara, ia pun tak banyak memiliki teman di kalangan militer, suatu hal yang diduga membuat cemas Kim Il Sung hingga ia tak mau cepat-cepat menyerahkan kekuasaan kepada anaknya itu. Tanpa dukungan tentara, dikhawatirkan pemerintahan Korea Utara tak akan stabil. Tak hanya itu, seandainya nanti Kim muda benar menerima kekuasaan, banyak pengamat mencemaskan bahwa Kim akan menjadikan Korea Utara tak sejalan dengan perubahan dunia. Sejauh ini, Kim muda yang tak suka bicara itu belum menyatakan pendapatnya tentang penyatuan dua Korea, umpamanya. Ia juga belum terdengar memberikan tanggapan atas tuduhan banyak pihak tentang senjata nuklir Korea Utara. Padahal, Kim Il Sung dalam pidatonya pekan lalu sudah memberikan isyarat bahwa ia setuju terhadap pemeriksaan senjata nuklir negaranya. Ada juga dugaan lain bahwa selama ini Kim Il Sung sebenarnya hanya corong. Yang mengatur semuanya itu adalah anaknya, ya Kim Yong Il itu. Dalam sebuah wawancara dengan Washington Times pekan lalu, kata Presiden Kim Yong Il, "Semua peristiwa di negeri ini adalah tanggung jawabnya," katanya. "Nya" di situlah adalah Kim Yong Il. Bila memang benar demikian, suksesi itu hanya menunggu saat yang tepat, bila tak keburu Kim Il Sung, kepala pemerintahan terlama di dunia, tak berdaya, pikun, atau meninggal. Sri Indrayati (Jakarta) & Ardian Taufik Gesuri (Pyongyang)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini