Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Donald Trump Dituding Ancam Pence untuk Membatalkan Kekalahannya

Sejumlah saksi dari pihak mantan wakil presiden Amerika Serikat menyampaikan bukti dugaan pelanggaran Donald Trump dalam usahanya membatalkan hasil pemilihan presiden 2020.

17 Juni 2022 | 12.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah ajudan mantan Wakil Presiden Amerika Serikat Mike Pence pada Kamis, 16 Juni 2022, memberi kesaksian dihadapan komite kongres yang menyelidiki serangan di US Capitol. Mereka mengatakan, mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menekan dan mengancam Pence untuk membatalkan kekalahannya pada pemilihan 2020 meskipun berulang kali diberitahu bahwa itu ilegal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

 
Komite sembilan, yang dibentuk khusus untuk menyelidiki kasus tersebut, telah menggunakan tiga dari enam dengar pendapat publik bulan ini. Tujuannya untuk membuktikan pelanggaran Trump yang diduga berniat membatalkan kekalahannya.
 
 
Sejumlah pendukung Presiden Donald Trump membongkar barikade saat mencoba memasuki Gedung Capitol AS saat protes terhadap pengesahan hasil pemilihan presiden AS 2020 oleh Kongres AS, di Washington, 6 Januari 2021. Pendukung Trump membongkar barikade dan bentrok dengan polisi di halaman US Capitol. REUTERS/Jim Urquhart
 
Kepala Staf Pence, Marc Short, menyebutkan dalam kesaksian yang direkam dalam video bahwa Pence sudah mengingatkan berkali-kali kepada Trump. Pence tidak memiliki wewenang untuk menghentikan sertifikasi suara di Kongres.
 
 
Pengacara Pence, Gregory Jacob, mengatakan pengacara John Eastman, mengakui di depan presiden dua hari sebelum serangan bahwa rencananya untuk menghentikan prosedur Pence bisa melanggar hukum.


Eastman berpendapat bahwa Pence dapat menolak hasil dari negara bagian tertentu jika dia pikir itu tidak sah. Langkah itu disebut bisa memberi Partai Republik kesempatan untuk menyatakan Trump sebagai pemenang di negara bagian tersebut, meskipun ada penghitungan suara yang sebenarnya.


Penasihat Pence mengatakan kepada komite bahwa gagasan itu tidak memiliki dasar hukum. "Sungguh menakjubkan bahwa argumen ini disusun, bahkan dengan sendirinya diterima oleh presiden Amerika Serikat," kata mantan Hakim Pengadilan Banding Amerika Serikat J. Michael Luttig, yang juga penasihat informal Pence. 
 
 
 
Panitia menunjukkan email yang dikirim Eastman ke pengacara Trump, mantan Walikota New York Rudy Giuliani. Dia meminta pengampunan presiden. Eastman mengaku tidak pernah menerimanya.
 

Anggota komite terpilih DPR yang dipimpin Demokrat mengatakan, Trump melanjutkan kampanye tekanannya meskipun dia tahu massa pendukungnya mengancam Capitol pada 6 Januari 2021. Saat itu Pence dan anggota parlemen bertemu untuk secara resmi mengesahkan kemenangan Joe Biden dalam pemilihan November 2020.
 
 
Trump telah berulang kali membantah telah melanggar aturan. Dia juga mengklaim kalah dalam pemilihan karena ada pihak yang menguntungkan Biden dari Partai Demokrat. 
 
 
Trump dan para pendukungnya, termasuk banyak anggota Kongres dari Partai Republik memberhentikan panel 6 Januari sebagai perburuan politik. Pemungutan suara sertifikasi pada 6 Januari telah menjadi fokus bagi Trump, yang melihatnya sebagai kesempatan terakhir untuk mempertahankan kursi kepresidenan meskipun dia kalah dalam pemilihan. 
 
 
 
REUTERS
 
 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

 

 

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

 
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus