Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Arab Saudi
Pengebom Khobar Tower Ditangkap
ARAB Saudi dikabarkan telah menahan tersangka pengeboman asrama militer Khobar Tower pada 1996. Menurut laporan Arab News pada Rabu pekan lalu, Ahmed al-Mughassil, 48 tahun, ditangkap di Beirut, Libanon, dan dipindahkan ke tempat penahanan di Riyadh.
Al-Mughassil, pemimpin Hizbullah al-Hejaz, oleh pengadilan di Amerika Serikat didakwa sebagai pelaku serangan bom truk yang menewaskan 19 personel militer dan melukai hampir 500 lainnya itu. Baik pemerintah di Riyadh maupun Washington menuding Iran berada di balik serangan di pangkalan militer Amerika itu, meski Iran membantah.
Menurut sumber yang dikutip koran Asharq al-Aswat, pihak keamanan Arab Saudi menerima informasi mengenai keberadaan Al-Mughassil di Beirut. Koran ini menyebut penangkapan Al-Mughassil, yang telah menyamar begitu rupa sehingga sulit dikenali, sebagai "pencapaian kualitatif". Tapi tak disebutkan kapan Al-Mughassil ditangkap dan siapa yang melakukannya.
Kantor berita Reuters melaporkan pada 2006 bahwa seorang hakim federal Amerika memerintahkan Iran membayar US$ 254 juta kepada keluarga 17 personel militer Amerika yang tewas dalam serangan itu. Dalam putusan disebutkan bom truk yang digunakan dalam serangan dirakit di Lembah Bekaa, Libanon, yang dikuasai Hizbullah dan Garda Revolusi Iran.
Libanon
Hizbullah Dukung Protes Sampah
Demonstrasi di Libanon yang berlangsung pada Sabtu dua pekan lalu mulanya hanya bertujuan memprotes sampah yang tak terurus. Tapi ikut bersuaranya Hizbullah mau tak mau mengundang kekhawatiran bahwa kelompok militan dan partai politik Syiah ini sedang bermain untuk mengambil untung demi kepentingan pihaknya.
Aksi turun ke jalan yang digerakkan anak-anak muda yang menamakan diri You Stink (Anda Bau) itu bertujuan mengekspos adanya suap dan gratifikasi untuk para politikus berkaitan dengan kontrak manajemen sistem pengelolaan sampah. Demonstrasi sempat diwarnai kekerasan, yang mendorong pemerintah mendirikan pembatas beton untuk melindungi gedung-gedung utama pemerintah. Tapi hal ini tak menyurutkan tekad peserta demo. "Suara kami lebih kencang ketimbang tembok, gas air mata, dan peluru karet," ujar Hassan Qatayesh, seorang demonstran, seperti dikutip Sky News.
Menurut Hizbullah, krisis tentang sampah itu memperlihatkan "endemi dan akumulasi korupsi selama dua dasawarsa terakhir", ketika kebijakan hanya melayani "kepentingan pribadi dan politik yang mengorbankan rakyat". Dalam keadaan itu, kata dia, menggelar demonstrasi damai adalah hak yang sah.
Sidang kabinet darurat dilangsungkan pada Selasa pekan lalu untuk mencari jalan keluar. Tapi Hizbullah, di samping sekutu politiknya dari kelompok Kristen, memilih keluar dari ruangan setelah rapat berlangsung empat jam. Menurut Hizbullah, forum itu memamerkan terlalu banyak aksi teater.
Pemerintah Libanon, yang dijalankan berdasarkan sistem bagi-bagi kekuasaan menurut agama dan aliran agama, dalam setahun terakhir ini boleh dibilang mengalami kebuntuan. Para politikus belum berhasil memilih presiden. Menurut aturan, kursi presiden adalah jatah untuk kaum Kristen, sedangkan perdana menteri dan ketua parlemen masing-masing untuk wakil Sunni dan Syiah.
Rusia
20 Tahun Bui Untuk Sutradara Film
PENGADILAN militer Rusia menjatuhkan hukuman penjara 20 tahun bagi Oleg Sentsov, seorang sutradara film, atas dakwaan merencanakan aksi terorisme. Menurut laporan BBC, sidang pembacaan vonis berlangsung pada Selasa pekan lalu di pengadilan Rostov-on-Don, kota pelabuhan dan pusat pemerintahan Rostov Oblast di bagian selatan Rusia.
Sentsov, yang dikenal berkat film karyanya pada 2011, Gamer, ditangkap dan dijebloskan ke sel pada Mei 2014 dalam demonstrasi anti-Rusia. Aktivis pro-Ukraina ini dituding sebagai pengorganisasi dua serangan pembakaran di Simferopol, kota di bagian timur Ukraina. Sentsov membantah tudingan ini.
Pengusutan kasus itu mengundang kecaman dari Uni Eropa dan Amerika Serikat. Geoffrey Pyatt, Duta Besar Amerika untuk Ukraina, menyebut pengadilan terhadap Sentsov sebagai dagelan. Para pejabat Ukraina pun bersiteguh bahwa Sentsov-yang mengaku disiksa dalam interogasi-dikriminalisasi karena memprotes pencaplokan Crimea oleh Rusia.
Seorang aktivis lain, Alexander Kolchenko, yang disidang berbarengan dengan Sentsov, divonis penjara 10 tahun. Seperti halnya Sentsov, Kolchenko menolak dakwaan dan menyatakan tak bersalah. Seusai pembacaan putusan, kedua terdakwa menyanyikan lagu kebangsaan Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo