IA tak cantik. Tapi ia serba-mahal. Bajunya, yang dirancang
begitu eksklusif, harganya harus paling tidak 50 ribu rupiah.
Memiliki beberapa perhiasan saja, tapi dari harga yang paling
mahal. Wong Shing Mooi alias May Wong, 30 tahun, adalah anak
perempuan satu-satunya dari seorang pengusaha kaya di Hongkong
yang kemudiah tinggal di Singapura. May dikirim sang ayah ke
Inggeris, ke sebuah sekolah terpandang di Roedean. Pernah pula
kursus peragawati di Wisma Pierre Balmain di Paris, May di tahun
1965 terpilih sebagai peragawati terbaik nomor empat -- setelah
menyingkirkan tidak kurang dari 100 orang saingannya. Kembali ke
Singapura tahun 1968, May tidak tinggal lama sebab harus segera
terbang ke San Francisco untuk sebuah kontrak. Tahun 1969 May
juga menandatangani kontrak dengan BBC untuk film seri teve
berwarna dengan sebuah peran kecil saja. Pada tahun yang sama
May terpilih sebagai peragawati terbaik di Singapura. Dia
mendapat bayaran tertinggi waktu itu: tidak kurang dari Rp 400
ribu sebulan.
11 Januari kemarin, hakim Old Bailey di London menjatuhkan
hukuman baginya. "Anda lahir dalam suapan sendok emas dan
mendapat pendidikan terbaik di negeri ini", kata hakim kepada
May Wong. "Tapi anda telah merencanakan untuk terjun dalam
sebuah komplotan kriminil dengan alasan balas dendam atas
terbunuhnya ayah anda. Padahal tujuh orang sudah diadili dalam
perkara pembunuhan itu. Saya tidak bisa menerima alasan
demikian. Anda berbuat semua itu untuk uang!"
Diamorphine
May Wong, dan kekasihnya Li Jaffar Mah, 26 tahun, masing-masing
dijatuhi hukuman 14 tahun karena terbukti jadi kepala distribusi
diamrphine, heroin berasal dari Tiongkok, untuk
pemakai-pemakainya di London. Selain kedua orang tersebut telah
dijatuhi hukuman pula seorang wanita Singapura, Molly Yeow, 33
tahun, dulunya seorang penata rarnbut. Molly kena 10 tahun, dan
empat orang Malaysia, enam Tionghoa dari Hongkong, seorang
Tionghoa dari Kalkuta dan seorang Australia, pasti akan
mendapat hukuman berat pula. Dalam lingkup organisasi May Wong
ini, mereka telah mengedarkan jutaan kilo heroin hasil
selundupan.
Tapi jalan hidup May Wong sendiri, seperti dikumpulkan wartawan
Straits Timest sangat menarik. Pada umur 13 tahun May dikirim
ayahnya ke Inggeris. Kembali dari sana ia membuka salon
kecantikan dan butik di Penang. Menikah, lalu bercerai, lalu
menikah lagi kali ini dengan seorang manajer kapal di Kula
Lumpur. Desember 1971, ayah dan dua orang pegawai ayahnya
dibunuh di Singapura. May, yang sudah jadi ibu dari tiga orang
anak, tidak puas akan keputllsan pengadilan dalam kasus
tersebut. Anak dan suaminya ditinggalkannya untuk kemudian
menyelidiki hal kematiah ayahnya di Penang. Di tempat itu dia
mengetahui sebuah komplotan kriminil yang dipimpin oleh raja
bandit dari Singapura/Malaysia. Dengan alasan ingin berdekatan
dengan ibunya, May kemudian pindah ke Singapura. Jadi hostes
di salah satu klab malam di Orchard Road, dia kemudian terjun
dalam Komplotan Kupu-kupu yang anggotanya perempuan semua. May
terpilih sebagai kurir heroin untuk London dan Amsterdam, karena
komplotan tersebut sedang kekurangan kurir. Kebetulan nula
keala distribusi heroin di kedua tempat tersebut ditangkap
polisi. Pendek kata, dengan gaya May, dia kemudian ditunjuk jadi
kepala distribusi untuk Inggeris dan sekitarnya.
May mulai bekerja di London, Maret 1975. Dia bisa terbang
kembali untuk berlibur ke Singapura, kalau dia bisa menjial
heroin sampai seharga œ 12.000 (Rp 8.400.000). Pada mulanya
jumlah ini bisa dipenuhinya dalam waktu 6 bulan. Lama-lama,
dengan semakin luas jaringan, jumlah tersebut bisa dicapai cuma
dalam waktu empat minggu.
Apalagi setelah May bertemu dengan Li Jafar Mah, laki-laki
yang sudah punya anak isteri tapi mempunyai hutang dengan kepala
komplotan karena judi. Keduanya saling cocok, saling bercinta
dan oleh kepala komplotan diperkenankan pindah ke London. May,
yang mengaku mempunyai simpanan lebih dari œ 50.000, dalam waktu
singkat bisa menikmati hidup mewah bersama Mah di London. Mah
yang selalu mengenakan sepatu buatan perancang mode termasyhur
Pierre Cardin, jam tangan Rolex Oyster dan jas buatan Savile
Row, bersama May sering keluar masuk restoran mahal, klab malam
kelas satu dan naik mobil mewah. May hampir setiap bulan terbang
ke Singapura, tinggal di sana sekitar 10 hari, menengok-anaknya
yang diserahkan kepada pengasuh di Malaysia.
Tukang Judi
Ditariknya kembali uang May sekitar œ 3.000, membuat manajer bank
bertanya-tanya. Alasan May waktu itu: untuk membayar hutang
karena kalah judi. Juga ketika jumlah simpanannya bertambah:
bank jadi semakin heran. Hampir setiap hari dia memasukkan œ
9.000, suatu jumlah yan amat menimbulkan curiga.
Gerak-gerik May dan Mah kemudian menarik perhatian polisi. Pada
suatu hari, May dan Mah pergi ke rumah Yeow si penata rambut.
Polisi melihat May turun membawa bungkusan besar dan kembali
lagi ke mobil tanpa bungkusan. Nama dan alamat Yeow didapat
polisi dari pecandu yang tertangkap. Sebab kalau mereka
ketagihan, mereka selalu menyebut nama dan nomor telepon Yeow.
Dari rumah Yeow mereka berhenti lagi di sebuah jalan dan
memberikan bungkusan putih kepada seseorang. Sebaliknya orang
tersebut menyerahkan May uang œ 5.
Polisi kemudian mengetahui jaringan distribusi yang lebih luas
lagi. Bahwa perjanjian atau rapat biasanya diadakan di restoran
di pecinan. Yeow juga menerima pesanan lewat telepon dalam
kode-kode. May dan Mah kini tidak lagi jadi distributor
langsung: ada agen-agennya yang rapi.
Sampai pada suatu hari flat Yeow digerebek. Sebuah buku catatan
yang berisi nomor telepon dan alamat May, jumlah candu yang
telah dibagikan dan nama-nama komplotan mereka, komplit tertera.
Polisi kemudian menyergap rumah May yang mewah. Kebetulan May
- waktu itu bulan Oktober -- sedang ke Singapura. Tapi Mah ada.
Polisi mencari akal bagaimana agar May kembali ke London. Sebuah
telegram dikirim ke Singapura: agar May segera menelpon sebuah
nomor karena Mah dan Yeow mendapat kecelakaan mobil. Juga
sebuah nomor telepon lain: telepon Dr. Barker di sebuah rumah
sakit. Nomor yang terakhir ini sebetulnya nomor telepon rumah
Inspektur Polisi Beever. Betul saja, May menelpon Dr Barker".
Rupanya May curiga Dia juga menelpon Bernadette, gadis
tetangga Yeow. Tapi polisi pun sudah pasang kuda-kuda:
Bernadette disuruh menceritakan kecelakaan buatan kalau May
menelpon, dan polisi tetap mendekam di rumahnya.
May berjanji kepada Dr. Barker akan segera datang dengan
pesawat berikutya ke London. Tetapi lapangan terbang Heathrow
telah dijaga polisi ketika May tiba bersama Tina, isteri Mah.
Kepada polisi, sebelum May tiba, Mah telah mengaku semuanya,
bahkan menunjukm gudang tempat menyimpan candu. Dalam flat yang
dijadikan gudang terdapat candu seharga œ 700.000 dan dua pistol
otomatis dengan peluru siap di dalam.
"Tidak salah lagi, May Wong adalah otak semua ini. Dia begitu
keras, tenang dan zalim", ujar seorang polisi. Sebab ketika yang
lainnya panik dan ketakutan, May Wong tenang saja dan senyum.
Dia tetap berpakaian apik dan bergaya sebaik mungkin bagai
seorang peragawati di panggung. Hanya kini dia agak kurus
sedikit. Teman-teman dan keluarga Mah kini mensuplai rokok,
bajuan keperluan lainnya selama May ditahan. Ibunya, yang baru
tahu anaknya terlibat komplotan penyelundup candu, terkejut
sekali - dan hubungan ibu dan anak jadi tegang. Bekas suami May
sudah tidak mau tahu apa-apa begitu May merobah hidupnya jadi
hostes.
Sejak ayahnya meninggal, baru sekarang inilah May menangis lagi.
Ini terjadi ketika pembela menceritakan riwayat hidupnya.
Pembela mengatakan bahwa sebetulnya May Wong sudah jera dan
tidak akan berkecimpung lagi dalam dunia penyelundupan candu.
Buktinya, beberapa barang berharga telah dibawanya serta ketika
dia pulang ke Singapura. "Jera?", tanya seorang polisi. "Bah!
Saya tidak percaya. Dia kembali karena candu itu. Candu 'kan
uang. Cuma dia tidak tahu kalau Mah telah mengaku terus terang
di mana letak gudang. Kedatangan May Wong pasti ada niatan,
candu akan dipindahkan ke tempat lain yang lebih aman". May Wong
dijatuhi 14 tahun hukuman penjara langsung karena telah
mengedarkan candu seharga œ 500.000 sejak 1 Mei 1975 sampai 24
Oktober tahun yang sama. Kata jaksa: "Anda adalah penyebar
kejahatan, penyakit dan bahkan kematian. Anda kini berjalan di
lembah kematian".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini