Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ludah-Meludah Malam Tahun Baru

Wahyu Hudaya di keroyok Hendrawan (keturunan tiong hoa) dkk di Gombang, Purwokerto. situasi berubah menjadi permusuhan rasial. Terjadi pengrusakan toko dan rumah milik orang Tionghoa. (nas)

22 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMIS 30 Desember 1976 sekitar jam 12 tengah hari, colt Sri Intan (AA 1062-D) meluncur dari arah barat di jalan pasar Gombong. Sampai depan bioskop jalan Yos Sudarso, sopirnya -- Wahyu Hudaya (21 tahun) menginjak rem karena berpapasan dengan truk sementara di depannya ada pula becak. Mendadak sebuah sepeda motor nyelonong dari belakang truk. Tentu saja Wahyu kaget, lantas dengan serta-merta meludahi pengendara motor itu: Hendrawan (18 tahun) dan Agus Setiawan (20 tahun), keduanya keturunan Tionghoa. "Ketika itu saya betul-betul emosionil", ucap Wahyu, yang tampaknya menyesali perbuatannya. Sore harinya sekitar jam 14.30, Wahyu bersiap-siap mengantar penumpang ke Purwokerto. Ia memparkir colt depan rumah majikannya, Ali Subiantoro jalan Puring 3 (desa Wonokriyo) Gombong. Tiba-tiba 4 sepeda motor berhenti di depannya, masing-masing dikendarai 2 orang pemuda. Salah seorang di antara mereka, Agus Setiawan, langsung meludahi sang sopir. Sempat meludahi namun Wahyu terpaksa harus pingsan karena dikeroyok. "Seingat saya ada 4 orang yang memukuli saya waktu itu", kata Wahyu, yang mukanya bengkak dan mulut mengucurkan darah. Dalam pemeriksaan kemudian, selain Hendrawan dan Agus Setiawan, 2 pengeroyok lainnya adalah Sancoho (23 tahun) dan Tari Setiawan (19 tahun). "Untung ada polisi yang lagi preman lewat, hingga Wahyu terhindar dari luka yang lebih parah", kata Ali Subiantoro (Tjiu Wie Liong), majikan Wahyu. Sebagai Penonton Maka desas-desus pun tersebarlah ke segenap penjuru kecamatan Gombong. Dan seperti biasanya, ada-ada saja tambahannya: tangan Wahyu patah. Usaha mendamaikannya bukannya tak ada tapi tak membuahkan hasil yang bisa diterima kedua belah fihak. "Mungkin karena suasana masih panas dan Wahyu masih sakit", ujar seorang pejabat setempat yang tak mau disebut namanya. Dan dalam waktu yang tak terlalu lama, suasana pun menjadi panas. Menurut pejabat itu, hal ini bisa dimaklum. Sebab di Gombong, penduduk yang keturunan Tionghoa mel1lang tam pak lebih menonjol. "Pemuda-pemudanya suka kebut-kebutan di jalan raya. Yang main bola sodok pun kebanyakan mereka. Pemuda pribumi lebih banyak sebagai penonton", tambahnya. Maka situasi pun berubah menjadi permusuhan rasial. Dan malam Tahun Baru kemarin itu, beberapa pemuda bergerombol-gerombol di Combong. "Ada sekitar ribuan", kata itu pejabat. "Tapi tak jelas mau balas dendam atau hanya ingin memeriahkan malam Tahun Baru". Melihat gelagat itu, para pejabat berkumpul, bicara serius. Keputusan: 1 Januari 1977 keempat pemuda keturunan Tionghoa yang mengeroyok Wahyu digiring ke Komres 974 Kebumen. Malam Tahun Baru itu memang tak ada kerusakan yang berarti. Hanya satu dua toko saja yang papan reklame dan lampunya pecah. Malam berikutnya, 1 Januari, boleh dikata malah tenang. Tapi 2 Januari malam harinya, "anak-anak nakal mulai memancing-mancing", kata pejabat itu. "Berkendaraan sepeda motor mereka melempari toko dan rumah-rumah orang Tionghoa". Tak kurang dari 7 rumah yang remuk kaca jendela dan pintunya. Juga Woody Billiard dan toko Ampera yang justru jauh dari tempat kediaman ke empat pelaku pengeroyokan. Suasana pun menjadi tegang. Seorang pemuda keturunan Tionghoa dikeroyok sewaktu mengayuh sepeda malam hari. Malam-malam berikutnya tersebar sas-sus, banyak pemuda daerah lain yang datang ke Gombong. Maka para petugas pun mencegat di perbatasan. Sementara itu, 3 Januari malam meski harus kucing-kucingan dengan para petugas keamanan, masih ada saja pemuda yang sempat melempari beberapa rumah. Yang paling besar kerugiannya, ditaksir sekitar Rp 1 juta, adalah toko bahan bangunan Langgeng. Tegel-tegel dan eternit dagangannya hancur. Ketoprak Istirahat Pengrusakan itu hanya terjadi malam hari. Untuk menghindari dari lemparan-lemparan, ada rumah yang sengaja memasang identitas tertentu: rumah milik proyek Sempor, dan sebagainya. Toko-toko di pasar Gombong pun lepas maghrib sudah mengunci pintu. Bioskop dan ketoprak pun buru-buru istirahat. "Jadi yang susah akhirnya kan masyarakat sendiri", ujar Mayor Polisi Sahoedi, Wadanres 974 Kebumen kepada Syahril Chili dari TEMPO. Seperti peristiwa rasialisme di mana-mana, yang tak bersalah pun terkena getahnya. Rumah HS Mulyanto, keturunan Tionghoa di jalan Yos Sudarso 22 - nyaris pula hancur. "Kami, orang-orang keturunan Tionghoa, juga menyalahkan pemuda-pemuda yang mengeroyok Wahyu itu. Tindakan mereka itu tidak normal. Akibatnya hubungan kami dengan masyarakat yang selama ini baik, menjadi renggang", ujar Mulyanto tukang potret itu. Meski Garnizun setempat, dengan bantuan Brimob Magelang, berhasil mengendalikan situasi, toh masyarakat Tionghoa di sana belum tenang juga. Soalnya masih terdengar isyu-isyu, misalnya: akan ada demonstrasi besar-besaran, akan ada pembakaran-pembakaran lantaran pemuda-pemuda Tionghoa masih menantang, dan bahwa peristiwa itu sudah menjalar pula ke Kebumen. Ada beberapa orang dari masyarakat keturunan Tionghoa yang mengungsi ke Yogya, Magelang atau Semarang. Dan seperti biasanya, muncullah pernyataan. Kali ini dari KNPI, Unit Kader Kecamatan Gombong. Isinya: mengutuk perbuatan para pengeroyok dapat mengerti spontanitas masyarakat sebagai tanggapan tindakan liar tersebut tak membenarkan tindakan balasan yang berlarut-larut. Dan situasi pun lalu berangsur pulih. Yang tinggal tentu saja jendela dan pintu-pintu beberapa rumah yang sudah ditutup dengan papan, seng atau asbes - karena kacanya pecah. Masyarakat Tionghoa di sana pun sudah dipanggil oleh Pemda. agar tetap rukun kembali dengan lingkungannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus