Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

El Nino Intai Asia, Berdampak pada Panen Sawit dan Padi Indonesia?

Tanda-tanda awal cuaca panas dan kering yang disebabkan oleh El Nino mengancam produsen makanan di seluruh Asia

2 Juni 2023 | 07.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petani melihat tanah tanaman padi yang retak karena kekeringan di Desa Ampeh, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara, Aceh, Jumat 13 Januari 2023. Ratusan haktar tanaman padi yang berumur 90-120 hari alami kekeringan karena terdampak terhentinya air akibat proyek normalisasi pembangunan bendungan irigasi Krueng Pase yang selama ini mengairi 8.900 hektar lahan pertanian di delapan kecamatan tak kunjungan selesai dan ditambah hampir empat pekan ini tidak turun hujan sehingga dikhawatirkan terancam puso dan gagal panen. ANTARA FOTO/Rahmad

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tanda-tanda awal cuaca panas dan kering yang disebabkan oleh El Nino mengancam produsen makanan di seluruh Asia, sementara para petani Amerika mengandalkan hujan musim panas yang lebih lebat dari fenomena cuaca tersebut untuk mengurangi dampak kekeringan parah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

El Nino, yang meningkatkan suhu permukaan air di  Samudera Pasifik timur dan tengah, diperkirakan akan datang dalam beberapa bulan mendatang, menurut ahli meteorologi. Dampak dari fenomena tersebut biasanya menyebabkan cuaca panas dan kering di seluruh Asia dan Australia sambil membawa curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya ke AS bagian selatan dan Amerika Selatan bagian selatan.
 
Saat El Nino mendekat, produksi gandum di Australia, pengekspor biji-bijian terbesar kedua di dunia, diperkirakan akan terpukul akibat cuaca kering, sementara produksi minyak kelapa sawit dan beras kemungkinan akan menurun di Indonesia, Malaysia dan Thailand, kata analis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tanah mengering di India dan Pakistan, yang diperkirakan akan menghambat penanaman tanaman musim panas, sementara El Nino juga diperkirakan akan mengurangi dampak musim monsun Juni-September yang krusial di Asia Selatan.

"Kami melihat kekeringan jangka panjang di Australia dari sekarang hingga setidaknya Agustus," kata Chris Hyde, seorang ahli meteorologi di Maxar, AS. "Prospek musiman di India adalah musim hujan yang lebih lemah dari biasanya untuk seluruh negara, meluas ke Pakistan."
 
Turunnya produksi serealia dan biji minyak di Asia karena El Nino kemungkinan akan meningkatkan kekhawatiran inflasi pangan bagi sebagian konsumen yang paling rentan di dunia, menghilangkan harapan untuk bantuan lebih lanjut dari harga yang lebih rendah dalam beberapa bulan terakhir. Bahkan jika pola cuaca akhirnya meningkatkan hasil panen di Amerika, dampaknya di Asia dapat bergema di seluruh pasar makanan global.

Harga gandum turun ke posisi terendah dalam dua setengah tahun minggu ini, sementara jagung dan kedelai turun dari puncak multi-tahun yang ditetapkan pada 2022, ketika perang Rusia-Ukraina dan COVID-19 mengganggu pasokan dunia.

Minyak Sawit Merosot

Australia, yang menghasilkan gandum selama tiga tahun, memiliki awal baik untuk musim tanam 2023/24 dengan kelembapan cukup, tetapi diperkirakan akan mengalami hujan di bawah normal dan suhu lebih tinggi selama bulan-bulan musim dingin di belahan bumi selatan.
 
Untuk Indonesia dan Malaysia yang memasok 80% minyak sawit dunia, kekeringan di paruh kedua 2023 bisa menggangu panen 2024.

"Kekhawatiran seputar cuaca kering telah meningkat dibandingkan dengan situasi sebulan lalu. Prospek menunjukkan El Nino sedang berkembang," kata Phin Ziebell, seorang ekonom agribisnis di National Australia Bank, yang mencatat bahwa Australia Barat, New South Wales, dan Queensland hanya memiliki sedikit hujan.

Awal musim hujan di seluruh Asia Selatan kemungkinan akan sedikit tertunda tahun ini dan El Nino dapat memukul produksi padi dan minyak sayur.

"El Nino dapat berkembang selama Juli ... mungkin berdampak pada paruh kedua musim ini," kata O.P. Sreejith, ilmuwan senior di Departemen Meteorologi India.

Namun, Sreejith mengatakan India bisa beruntung dengan El Nino yang lemah karena suhu permukaan laut lebih tinggi di Samudera Hindia dan angin barat daya dapat membawa lebih banyak hujan.

Di Amerika Serikat dan Argentina, di mana kekeringan telah mengurangi panen gandum dan kedelai tahun ini, perkiraan curah hujan yang cukup di paruh kedua akan menguntungkan panen, meskipun produksi keseluruhan akan bergantung pada waktu terjadinya El Nino.

"Memiliki El Nino sekarang di musim dingin tidak berarti atmosfer akan bereaksi secara otomatis dan akan mulai hujan," kata Germán Heinzenknecht, ahli meteorologi di Klimatologi Terapan di Argentina.

"Secara umum, sebagian besar wilayah Pampean dan Argentina Utara mengalami hujan di atas normal dengan fenomena El Nino."

Ahli meteorologi berbeda pendapat tentang seberapa cepat transisi ke El Nino dari La Nina saat ini, sebuah pola ketika perairan Samudra Pasifik menjadi lebih dingin dari biasanya, akan berdampak pada cuaca AS, tetapi pergeseran tersebut harus sudah terjadi menjelang panen jagung dan kedelai.

"Saya pikir kondisi pertumbuhan akan cukup bagus," kata David Tolleris, presiden layanan peramalan WxRisk.

Hujan kemungkinan akan membantu mengisi kembali kelembapan tanah yang terkuras di dataran AS dan menyiapkan panggung untuk panen gandum musim dingin yang jauh lebih baik pada 2024, menurut peramal cuaca.

Cuaca diperkirakan tidak berbahaya di sebagian besar China selama bulan-bulan penting produksi jagung, kedelai, dan beras, meskipun kemungkinan akan ada kantong-kantong kekeringan.

Di Eropa, di mana El Nino biasanya tidak terkait dengan pola cuaca, panen utama berada dalam kondisi baik setelah hujan musim semi melimpah, kecuali Spanyol yang dilanda kekeringan.

REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus