Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

El salvador yang selalu kacau

Aksi teror di el salvador, 3 kekuatan langsung terlibat: gerilyawan marxis, kelompok ekstrim kanan dan unsur militer saling menteror. tambahan bantuan & penasihat militer as. (ln)

14 Maret 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEROR berlangsung terus menerus -- sesuatu yang bukan asing lagi bagi rakyat El Salvador. Terutama sejak digulingkannya Presiden Carlos Humberto oleh suatu junta sipil-militer, Oktober 1979. Dan belakangan ini aksi teror itu semakin meningkat. Rakyat yang tak tahu sebab musababnya hanya mengatakan itu 'aksi subversif'. Ketika sebuah bom meledak di gedug Kemenerian Perburuhan di San Salvador, di kota El Salvador, akhir Februari, 6 orang penduduk yang berada di dekatnya meninggal. Keesokan harinya, dengan tenang petugas pembersih mengumpulkan bagian tubuh mayat yang bertebaran. Seorang wanita yang membuka warung kopi di tempat itu juga tewas. Kepalanya ditemukan terlempar jauh ke luar gedung sedang bagian kakinya hilang entah ke mana. Keganasan ini tidak hanya berlangsung di kota-kota, tapi juga di desa. Ada 3 kekuatan yang langsung terlibat. Yaitu gerilya Marxis, kelompok ekstrim kanan dan unsur militer. "Biang pembunuh rakyat Salvador adalah alat keamanan pemerintah," kata Robert E. White, bekas duta-besar AS di San Salvador. Ia diminta kesaksiannya oleh Kongres AS. White yang menjadi duta-besar di masa Pemerintahan Jimmy Carter bahkan mengungkapkan bahwa tahun lalu sekitar 6.000 orang mati dibunuh oleh alat keamanan pemerintah. Sebagian besar di antara mereka adalah rakyat yang tak bersalah. The Sunday Times, suatu koran London 22 Februari, membeberkan pembunuhan massal yang terjadi tahun lalu di dekat perbatasan Honduras. Di situ konon sedikitnya 300 orang desa, termasuk wanita dan anak-anak, ditembak oleh pasukan keamanan. Cerita The Sunday Times ini didasarkan laporan Earl Gallagher, seorang pendeta Capuchin dari AS. Namun dalam waktu yang hampir bersamaan Deplu AS membeberkan keterlibatan negara sosialis mensuplai senjata untuk gerilya Marxis. Itu dimuat dalam dokumen yang berjudul Campur tangan Komunis di El Salvador. Menurut dokumen itu, Soviet, Kuba dan beberapa negara komunis lainnya telah memutuskan akan mengirim senjata ke El Salvador sebanyak 800 ton. Tujuannya adalah membantu gerilya Marxis mendirikan negara komunis di El Salvador. Pengiriman senjata itu sejak pertengahan Februari agak pelan, tapi sempat masuk melalui Nicaragua sekitar 200 ton. Antara lain berupa 1620 M-16 buatan AS dengan 1,5 juta peluru dari Viemam -- sisa persenjataan Ai yang ditinggalkan seusai perang Vietnam. Dokumen itu juga menyebutkan bahwa jumlah gerilya Marxis-Lininis di situ sekitar 4.000 orang dan beberapa ribu pendukung lainnya. Bantuan negara komunis tak hanya sekedar persenjataan. John Bushnell, Penjabat Asisten Menlu AS, kepada pers mengatakan bahwa Presiden Kuba Fidel Castro aktif menyatukan berbagai fraksi dalam gerilya Marxis. Pernah Castro menyelenggarakan suatu pertemuan di Havana dengan 4 kelompok gerilya yang berbeda, Mei lalu. Castro berusaha membentuk front persatuan guna memudahkan penyaluran bantuan Kuba. Akibatnya, AS langsung naik pitam. AS meminta Kuba dan Nicaragua agar segera menghentikan pengiriman senjata Menlu Alexander Haig dalam acara jumpa pers pekan lalu mengemukakan bahwa AS bahkan telah memperingatkan Nicaragua agar segera menghentikan pengiriman senjata dalam waktu 30 hari. Jika tidak, katanya, AS akan menghentikan seluruh bantuannya kepada rezim yang dikuasai sayap kiri itu. Tak hanya itu. Pemerintahan Reagan telah mengirimkan tambahan penasihat militer ke El Salvador. Juru bicara Deplu AS, William J. Dyess, mengatakan bahwa AS merasa perlu menambah 25 orang penasihat militer dan US$ 25 juta untuk bantuan militer. Sebelumnya bantuan AS untuk El Salvador sebanyak US$ 63 juta dan 29 orang penasihat militer. Walaupun begitu, AS tidak bermaksud mengirimkan pasukan tempur ke negara itu, kata Presiden Ronald Reagan, akhir pekan lalu. Selama ini ada anggapan bahwa AS akan mengirimkan pasukan tempur dengan alasan untuk mengawal penasihat militernya, seperti dulu di Vietnam. Sebelum itu tersiar berita kemungkinan AS akan mendukung usaha menggulingkan pemimpin junta Jose Napoleon Duarte. Seorang bekas perwira intelijen El Salvador, Roberto D'Aubuisson, mengungkapkan ia mengetahui berdasarkan kontak yang dilakukannya dengan seorang pejabat AS bahwa Pemerintahan Reagan tidak menentang bila terjadi kudeta. Maka Reagan perlu mengulangi lagi bahwa pengiriman penasihat militer ini melulu untuk melatih tentara El Salvador. Dengan kata lain, AS tak bermaksud mengulangi kisah keterlibatannya di Vietnam yang juga semula diawali dengan pengiriman penasihat militer. Buat rakyat El Salvador hampir tidak ada pilihan. Mereka hanya menanti suatu kekuatan yang mampu menghentikan aksi kekerasan yang berlangsung selama ini. Namun suatu usaha mendadak sedang ditempuh pemimpin junta sipil-militer, Duarte. Ia telah mengumumkan suatu komisi akan menyusun UU Pemilihan Umum. "Kami (AS) mendukung sepenuhnya program pemilu itu," kata Dyess. "Kami percaya dengan pemilu rakyat El Salvador akan memilih pemimpinnya dan menentukan masa depan negaranya."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus