KABINET PM Prem Tinsulanonda guncang. Penerintah koalisi --
terdiri dari unsur Partai Aksi Sosial (8 kursi), Chart Thai (6
kursi), Demokrat (5 kursi), dan dua kelompok minoritas --
berusia 11 bulan itu heboh akibat dua berita teleks yang dikirim
oleh sumber berbeda pada Pemerintah Arab Saudi.
Heboh ini bermula dengan kunjungan Menteri Perindustrian
Chatichai Choonhavan ke Arab Saudi, Februari untuk merundingkan
kontrak pembelian minyak mentah sebanyak 60.000 barrel sehari
buat masa tiga tahun. Tapi kewenangannya diragukan pihak Saudi
yang menerima teleks dari Wakil Menteri Perindustrian Visit
Tansatcha. Berita itu berbunyi: Chatichai tidak berwenang
menutup kontrak. Teleks itu dikirim Visit dari Jakarta. Visit
berada di Indonesia mendampingi Wakil PM (bidang ekonomi)
Boonchu Rojanasathien yang juga merundingkan soal pembelian
minyak.
Teleks, dikirim atas nama Visit dan Boonchu, ditujukan kepada
Pemerintah Saudi karena Visit menduga Chatichai akan menutup
kontrak dari tawaran yang sudah ditolak Pemerintah Muangthai.
Tawaran itu diajukan oleh sebuah perusahaan swasta yang
bertindak sebagai perantara. Harga yang diajukan US$ 32 per
barrel plus US$ 4 sebagai royalti untuk perusahaan tersebut.
Akibat teleks Visit itu pihak Saudi terpaksa meminta penjelasan
mengenai kewenangan tamunya. PM Prem segera mengirim teleks lain
yang menyebutkan bahwa Chatichai merupakan orang yang berwenang
untuk itu. Tidak disebutkan hasil perundingan Chatichai dengan
Pemerintah Saudi setelah penjelasan resmi dari Bangkok datang.
Chatichai begitu tiba di Bangkok langsung mengeluarkan
uneg-unegnya. Ia menuduh Visit dan Boonchu berusaha menggagalkan
kontrak pembelian minyak antara kedua pemerintah. Dan Visit
serta Boonchu dituduhnya dapat bagian dari royalti.
Boonchu naik pitam atas tuduhan itu. Ia menegaskan ia tidak lagi
bisa bekerjasama dengan menteri dari Chart Thai, terutama
Chatichai. Chart Thai dalam Kabinet PM Prem membidangi masalah
perindustrian dan agraria sektor yang banyak berhubungan dengan
Boonchu. Sedang Visit membela diri bahwa pengiriman teleks dari
Jakarta itu adalah untuk kebaikan pemerintah. Boonchu dan Visit
adalah wakil dan Partal Aksi Sosial (SAP).
PM Prem, tidak berpartai, menyalahkan Visit sebagai biang keladi
kekacauan kontrak minyak tadi. SAP tidak terima. Tampaknya ada
skandal, tapi belum terbukti, dalam soal pembelian minyak ini.
SAP dan Chart Thai saling menjegal.
Menurut juru bicara partainya, Visit telah bertindak sesuai
dengan instruksi Prem. Buntut dari pernyataan Prem itu ialah SAP
mengancam akan menarik semua menterinya dari kabinet. Dan memang
itu yang dilakukan SAP dua hari kemudian. Tindakan itu diikuti
pula oleh para menteri dari Demokrat.
Akibat pengunduran para menteri dari SAP dan Demokrat itu,
Kabinet PM Prem, dibentuk 12 Maret 1980, yang semula
beranggotakan 37 wakil sekarang tinggal sekitar 20 orang saja.
Faktor ini cukup menekan Prem untuk membentuk kabinet baru. Dan
memang itu yang dilakukannya.
Pekan lalu Prem mengundang pimpinan Chart Thai, Demokrat,
Sahapak (Partai Persatuan) dan sejumlah tokoh non-partai di
rumah kediamannya, di Sisao Theves, membicarakan pembentukan
pemerintah koalisi baru. Ia dikabarkan mendapat dukungan penuh.
Kabinet baru Prem, sampai berita ini diturunkan, belum
diumumkan. Tapi dapat dipastikan dalam kabinetnya tidak akan
duduk wakil SAP. Sebab tidak terdapat kesepakatan mengenai
tuntutan SAP yang ingin menguasai posisi penting di bidang
ekonomi. Tapi pos yang hampir pasti adalah pos menteri
pertahanan. Menurut sumber yang dekat dengan Prem, pos ini akan
dipegangnya sendiri. Ia masih jenderal aktif dalam usia 60
tahun.
Prem dikabarkan juga minta pada partai yang diajak untuk duduk
dalam kabinet baru agar ia diberi kebebasan memilih sendiri
Menteri Dalam Negeri, Luar Negeri, dan Kabinet PM. Diperkirakan
teknokrat akan lebih banyak dipakainya.
M.R. Kukrit Pramoj, bekas PM yang kini menjadi Ketua SAP,
menyatakan tak begitu kaget lantaran tidak diajak oleh Prem
untuk duduk dalam kabinet baru. SAP tetap membela tindakan yang
telah dilakukan Visit. "Kebenaran nanti akan datang dengan
sendirinya," kata Kukrit.
Bagi SAP untuk menjatuhkan Prem lewat mosi tidak percaya di
parlemen tampak agak berat juga. Sekalipun SAP menguasai 82 dari
301 wakil rakyat di parlemen. Memang Prem masih cukup populer di
kalangan oposisi yang membagi kursi sisa lainnya. Ia dikenal
sebagai jenderal yang bersih dan tidak korup.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini