Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 25 tentara penjaga perdamaian NATO terluka dalam bentrokan dengan pengunjuk rasa keturunan Serbia di depan Balai Kota Zvecan, Kosovo pada hari Senin, 30 Mei 2023. Menghangatnya situasi ini membuat Presiden Serbia menempatkan tentara pada tingkat siaga tempur tertinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KFOR, misi penjaga perdamaian yang dipimpin NATO ke Kosovo, mengutuk kekerasan tersebut. "Saat melawan kerumunan paling aktif, beberapa tentara dari kontingen KFOR Italia dan Hongaria menjadi sasaran serangan tak beralasan sehingga mengalami cedera patah tulang dan luka bakar akibat ledakan alat pembakar," kata KFOR dalam sebuah pernyataan.
Menteri Pertahanan Hongaria Kristof Szalay-Bobrovniczky mengatakan bahwa 7 tentara Hongaria terluka parah dan mereka akan dipulangkan untuk dirawat. Dia mengatakan 20 tentara terluka. Tentara Italia juga terluka dalam bentrokan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Apa yang terjadi benar-benar tidak dapat diterima dan tidak bertanggung jawab," kata PM Italia Giorgia Meloni dalam sebuah pernyataan. "Sangat penting untuk menghindari tindakan sepihak lebih lanjut dari pihak otoritas Kosovo dan semua pihak yang bersangkutan segera mengambil langkah mundur untuk meredakan ketegangan."
Presiden Serbia Aleksandar Vucic mengatakan bahwa 52 orang Serbia terluka, tiga di antaranya serius.
Presiden Kosovo Vjosa Osmani menuduh Aleksandar Vucic mendestabilisasi Kosovo.
"Serombongan warga keturunan Serbia berubah menjadi geng kriminal telah menyerang polisi Kosovo, petugas KFOR (pemelihara perdamaian) dan jurnalis. Mereka yang melaksanakan perintah Vucic untuk mengacaukan wilayah utara Kosovo, harus diadili," cuit Osmani.
Vucic menuduh Perdana Menteri Kosovo Albin Kurti menciptakan ketegangan. Dia meminta orang Serbia di Kosovo untuk menghindari bentrokan dengan tentara NATO.
Situasi tegang berkembang setelah walikota etnis Albania menjabat di wilayah mayoritas Serbia di Kosovo utara setelah pemilu yang diboikot oleh Serbia - sebuah langkah yang membuat AS dan sekutunya menegur pemerintah Kosovo pada hari Jumat.
Di Zvecan, polisi Kosovo - yang kebanyakan etnis Albania setelah Serbia keluar dari kepolisian tahun lalu - menyemprotkan gas merica untuk mengusir kerumunan orang Serbia yang menerobos barikade keamanan dan mencoba memaksa masuk ke gedung kotamadya.
Pengunjuk rasa Serbia di Zvecan melemparkan gas air mata dan granat kejut ke tentara NATO. Warga Serbia juga bentrok dengan polisi di Zvecan dan kendaraan NATO dicat semprot dengan huruf "Z", mengacu pada tanda Rusia yang digunakan dalam perang di Ukraina.
Di Leposavic, dekat perbatasan dengan Serbia, pasukan penjaga perdamaian AS dengan pakaian anti huru hara memasang kawat berduri di sekitar balai kota untuk melindunginya dari ratusan orang Serbia yang marah.
Pengunjuk rasa juga melemparkan telur ke mobil milik walikota baru Leposavic.
Vucic, yang merupakan panglima tertinggi angkatan bersenjata Serbia, meningkatkan kesiapan tempur tentara ke tingkat tertinggi, kata Menteri Pertahanan Milos Vucevic kepada wartawan.
Pangkal Kekisruhan
Awal kekisruhan ini ketika etnis Serbia menolak untuk mengambil bagian dalam pemilihan lokal pada bulan April dan kandidat etnis Albania memenangkan pemilihan walikota di empat kota mayoritas Serbia - termasuk Mitrovica Utara, di mana tidak ada insiden yang dilaporkan pada hari Senin - dengan jumlah pemilih 3,5%.
Orang Serbia menuntut agar pemerintah Kosovo memecat walikota etnis Albania dari dan mengizinkan pemerintah lokal yang dibiayai oleh Beograd melanjutkan pekerjaan mereka.
Pada hari Jumat, tiga dari empat walikota etnis Albania dikawal ke kantor mereka oleh polisi, yang dilempari batu dan dibalas dengan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan para pengunjuk rasa.
Amerika Serikat dan sekutunya, yang sangat mendukung kemerdekaan Kosovo, menegur Pristina pada hari Jumat, dengan mengatakan bahwa memaksakan walikota di wilayah mayoritas Serbia tanpa dukungan rakyat melemahkan upaya untuk menormalkan hubungan.
Kurti menolak memecat walikota etnis Albania karena mereka terpilih dalam pemilu, yang diboikot etnis Serbia.
Menteri Luar Negeri Serbia Ivica Dacic mengatakan kepada RTS bahwa "tidak mungkin memiliki walikota yang tidak dipilih oleh orang Serbia di kota-kota mayoritas Serbia".
Setelah bertemu Kurti, duta besar AS untuk Kosovo Jeffrey Hovenier mengatakan kepada wartawan, "Kami prihatin dengan laporan hari ini tentang kekerasan terhadap properti resmi."
"Kami telah melihat gambar grafiti terhadap mobil KFOR dan mobil polisi, kami telah mendengar tentang penyerangan terhadap jurnalis, kami mengutuk itu, itu bukan tanggapan yang tepat."
Kosovo adalah salah provinsi di Serbia yang merdeka pada 2008. Saat ini, negara berpenduduk 2,2 juta ini terdiri atas sejumlah etnis yaitu 92% bangsa Albania, 4% Serbia, 2% suku Bosnia dan Gorani, 1% bangsa Turki, 1% orang Romani.
REUTERS