Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Yerusalem Timur telah diguncang kerusuhan setiap malam selama bulan suci Ramadan, dengan warga Palestina bentrok melawan polisi dan pemukim Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Masalah dan skala protes bervariasi, meliputi agama, tanah dan politik, tetapi yang terjadi di dalamnya semua adalah konflik inti antara Israel dan Palestina atas kota yang memiliki situs-situs suci bagi Yudaisme, Islam dan Kristen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berikut beberapa faktor yang menyebabkan Yerusalem mendekati titik didih, dikutip dari Reuters, 10 Mei 2021.
Kapan protes dimulai?
Sejak awal Ramadan pada pertengahan April, warga Palestina bentrok setiap malam dengan polisi Israel yang memasang penghalang untuk menghentikan pertemuan malam di Gerbang Damaskus Kota Tua setelah berbuka puasa.
Orang Palestina melihat penghalang sebagai pembatasan kebebasan mereka untuk berkumpul. Polisi mengatakan mereka ada di sana untuk menjaga ketertiban.
Warga Muslim Palestina melakukan salat tarawih di depan kompleks Masjid Al Aqsa, Yerusalem, 8 Mei 2021. REUTERS/Ammar Awad
Mengapa kekerasan berkobar lagi?
Sidang Mahkamah Agung Israel dijadwalkan pada 10 Mei dalam kasus hukum yang sudah berjalan lama tentang apakah beberapa keluarga Palestina akan digusur dan rumah mereka di Sheikh Jarrah, lingkungan dekat Gerbang Damaskus, diberikan kepada pemukim Israel.
Beberapa pemukim telah pindah ke jalan yang terkena dampak dan tinggal di sebelah Palestina yang menghadapi kemungkinan pemindahan.
Saat persidangan semakin dekat, warga Palestina dan sayap kiri Israel mulai mengadakan demonstrasi yang lebih besar, mengatakan lebih banyak penggusuran dapat menyebabkan efek domino di seluruh lingkungan Palestina yang sangat besar.
Sheikh Jarrah juga berisi situs yang dihormati oleh orang-orang Yahudi sebagai makam seorang pendeta tinggi kuno, Simon yang Adil, yang menyebabkan seringnya ketegangan antara warga Palestina yang tinggal di sana dan orang-orang Yahudi yang mengunjunginya.
Kasus, di mana pengadilan yang lebih rendah memutuskan bahwa tanah tersebut adalah milik orang Yahudi di Yerusalem Timur sebelum Perang 1948, telah menarik perhatian domestik dan internasional, di tengah kritik terhadap permukiman ilegal Israel di Yerusalem Timur.
Warga Muslim Palestina melakukan salat tarawih di depan kompleks Masjid Al Aqsa, Yerusalem, 8 Mei 2021. REUTERS/Ammar Awad
Apa selanjutnya?
Pada hari Minggu, sidang Mahkamah Agung tentang penggusuran ditunda, memberikan lebih banyak waktu untuk resolusi. Sesi baru akan dijadwalkan dalam 30 hari.
Senin adalah Hari Yerusalem, peringatan tahunan pencaplokan Israel atas Yerusalem Timur selama perang 1967. Acara ini biasanya menampilkan pawai melalui tembok Kota Tua oleh peziarah Yahudi, termasuk ultra-nasionalis, yang bisa menjadi titik nyala lain.
Mengapa Yerusalem begitu sensitif?
Politik, sejarah dan agama. Di jantung Kota Tua Yerusalem terdapat bukit yang dikenal oleh orang Yahudi di seluruh dunia sebagai Temple Mount, situs tersuci dalam Yudaisme, dan bagi Muslim internasional sebagai The Noble Sanctuary. Bukit itu adalah rumah bagi kuil-kuil kuno Yahudi. Dua tempat suci umat Islam kini berdiri di sana, Kubah Batu dan Masjid Al Aqsa, tempat tersuci ketiga dalam Islam.
Umat Kristen juga menghormati kota itu sebagai tempat mereka percaya bahwa Yesus berkhotbah, mati dan dibangkitkan di sana.
Israel melihat seluruh Yerusalem sebagai ibu kota mereka dan tak terpisahkan, sementara Palestina menginginkan bagian timur sebagai ibu kota negara masa depan. Aneksasi Israel atas Yerusalem Timur Palestina tidak diakui secara internasional.
REUTERS