Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Gaza Masih Diserang, Gereja Palestina Buat Dekorasi Natal dengan Reruntuhan

Menjelang Natal, sebuah gereja di Palestina membuat dekorasi kelahiran Yesus dengan reruntuhan.

5 Desember 2023 | 18.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sejumlah warga Palestina membawa pohon Natal menuju desa Bedouin di Khan al-Ahmar, Tepi Barat, 19 Desember 2018. REUTERS/Mohamad Torokman

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang Natal, sebuah gereja di kota bersejarah Betlehem, Tepi Barat menyiapkan dekorasi untuk perayaan tahun ini dengan menggunakan reruntuhan sebagai tanggapan atas pengeboman Israel yang masih berlangsung di Gaza.

Dalam tradisi Kristen, dekorasi tersebut adalah Gua Natal, yaitu pameran khusus benda-benda seni yang menggambarkan suasana kelahiran Yesus di Betlehem. Pameran tersebut, yang biasanya dipajang selama musim Natal, terdiri dari kumpulan patung-patung kecil. 
 
Kali ini di Betlehem, tepat di kota Yesus lahir, satu gereja menggambarkan suasana tersebut dengan menaruh puing di antara patung-patung. Patung bayi pun terlihat mencuat dari keramik dan bebatuan, tubuhnya dibalut syal keffiyeh asal Palestina. Di sekitar gundukan potongan beton tersebut terdapat pohon zaitun, yang dipandang oleh banyak orang Palestina sebagai simbol kebangsaan dan hubungan dengan tanah air mereka.
 
Menurut unggahan di media sosial Facebook oleh pengguna bernama David Azar, dekorasi tersebut disusun oleh Gereja Lutheran di Betlehem.
 
Pendeta Munzir Ishak dari Gereja Natal Evangelis Lutheran berbicara kepada kantor berita Anadolu tentang makna perayaan Natal tahun ini di wilayah Palestina. “Sementara genosida sedang dilakukan terhadap rakyat kami di Gaza, kami tidak bisa merayakan kelahiran Yesus Kristus tahun ini dengan cara apa pun. Kami tidak ingin merayakannya,” katanya, dilansir dari Anadolu pada Selasa, 5 Desember 2023.
 
Meskipun jalan-jalan di negara-negara lain didekorasi dengan cerah dan kota-kota diterangi cahaya selama Natal, gereja-gereja di wilayah pendudukan Israel itu menahan diri dari kegiatan perayaan yang berlebihan, dan membatasi perayaan Natal hanya pada doa dan ritual ilahi.
 
Oleh karena itu, alih-alih mendekorasi pohon Natal tahun ini, gereja memilih dekorasi yang terbuat dari puing-puing yang melambangkan kehancuran di Gaza.
 
Ishak mengatakan, menampilkan hiasan reruntuhan sebagai pengganti dekorasi Natal di gereja adalah pesan untuk diri mereka sendiri dan dunia.
 
“Pesan kami kepada diri kami sendiri adalah ini: Tuhan beserta kami dalam penderitaan ini. Kristus lahir dalam solidaritas dengan mereka yang merasakan sakit dan menderita. Tuhan menyertai mereka yang tertindas,” katanya.
 
“Kedua, kami ingin memberi tahu gereja-gereja di seluruh dunia: ‘Sayangnya, Natal di Palestina seperti ini.’ Baik Kristen atau muslim, ini adalah situasi yang kita alami di Palestina. Kita dihadapkan pada perang genosida yang menargetkan seluruh warga Palestina. Sayangnya, ketika kita memikirkan kelahiran Bayi Kristus, kita memikirkan bayi-bayi yang dibunuh secara brutal di Gaza,” imbuhnya.
 
Para pemuka agama Kristen menyoroti bahwa serangan Israel terhadap Gaza telah “mematikan semangat Natal”.
 
Umat Kristen dari seluruh dunia mengunjungi kota Betlehem pada akhir Desember setiap tahunnya untuk merayakan Natal, karena percaya bahwa kota tersebut adalah tempat kelahiran Yesus.
 
Pengunjung kota datang ke Gereja Kelahiran atau Gereja Nativitas, yang dibangun di atas sebuah gua yang diyakini sebagai tempat Maria melahirkan Yesus Kristus.
 
ANADOLU

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nabiila Azzahra

Nabiila Azzahra

Reporter Tempo sejak 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus