Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Berita Tempo Plus

Tujuan Gerakan Boikot Israel

Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi terhadap Israel mendorong negara di dunia menyatakan Israel sebagai negara apartheid.

6 Agustus 2023 | 00.00 WIB

Grafiti mendukung gerakan BDS memboikot Israel di Bethlehem, di Tepi Barat Palestina, November 2018. Reuters/Stephen Farrell/File Foto
Perbesar
Grafiti mendukung gerakan BDS memboikot Israel di Bethlehem, di Tepi Barat Palestina, November 2018. Reuters/Stephen Farrell/File Foto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi terhadap Israel dimulai pada 2005.

  • Israel dan sejumlah negara berusaha menekan kampanye gerakan ini.

  • Kini BDS mendorong negara di dunia menyatakan Israel sebagai negara apartheid.

SEJUMLAH perwakilan gerakan Boikot, Divestasi, dan Sanksi terhadap Israel (BDS) dari negara-negara di Asia-Pasifik berkumpul di Sofyan Hotel Cut Meutia, Menteng, Jakarta, pada akhir Juli lalu. Mereka membahas berbagai program, termasuk kampanye agar Israel dinyatakan sebagai negara apartheid, yakni politik pemisahan penduduk berdasarkan ras dengan kelompok ras tertentu dan pemberian hak istimewa dibanding yang lain.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Di edisi cetak, artikel ini terbit di bawah judul "Dari Boikot ke Apartheid"

Iwan Kurniawan

Sarjana Filsafat dari Universitas Gadjah Mada (1998) dan Master Ilmu Komunikasi dari Universitas Paramadina (2020. Bergabung di Tempo sejak 2001. Meliput berbagai topik, termasuk politik, sains, seni, gaya hidup, dan isu internasional.

Di ranah sastra dia menjadi kurator sastra di Koran Tempo, co-founder Yayasan Mutimedia Sastra, turut menggagas Festival Sastra Bengkulu, dan kurator sejumlah buku kumpulan puisi. Puisi dan cerita pendeknya tersebar di sejumlah media dan antologi sastra.

Dia menulis buku Semiologi Roland Bhartes (2001), Isu-isu Internasional Dewasa Ini: Dari Perang, Hak Asasi Manusia, hingga Pemanasan Global (2008), dan Empat Menyemai Gambut: Praktik-praktik Revitalisasi Ekonomi di Desa Peduli Gambut (2020).

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus