Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Gereja Ortodoks Rusia, Patriark Kirill, meminta Paus Fransiskus dan para pemimpin agama lainnya untuk membujuk Ukraina menghentikan tindakan keras terhadap sayap gereja yang secara historis berpihak pada Rusia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kyiv pada hari Jumat memerintahkan Gereja Ortodoks Ukraina (UOC) untuk meninggalkan kompleks biara tempatnya berada, langkah terbaru melawan denominasi yang mendukung Rusia dan bekerja sama dengan Moskow.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kirill mendesak para pemimpin agama dan organisasi internasional untuk "melakukan segala upaya untuk mencegah penutupan paksa biara, yang akan mengarah pada pelanggaran hak jutaan umat di Ukraina", kata sebuah pernyataan yang diposting di situs web gereja, Sabtu, 11 Maret 2023.
Kirill sangat mendukung invasi Rusia ke Ukraina. UOC mengatakan telah memutuskan hubungannya dengan Rusia dan Patriarkat Moskow, dan menjadi korban perburuan penyihir politik.
Sejak Oktober, Dinas Keamanan Ukraina secara teratur melakukan penggeledahan di gereja-gereja UOC, menjatuhkan sanksi kepada para uskup dan pendukung keuangannya, serta membuka kasus pidana terhadap puluhan pastornya.
Kirill mengatakan, sangat disesalkan bahwa hak dan kebebasan jamaah Ukraina dilanggar secara terang-terangan.
Di antara banyak pemimpin yang dituju adalah Paus Francis, Uskup Agung Canterbury Justin Welby, kepala Gereja Koptik Mesir, Paus Tawadros serta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan kepala hak asasi manusia Volker Turk, kata gereja tersebut.
Kementerian Kebudayaan Ukraina mengatakan UOC memiliki waktu hingga 29 Maret untuk meninggalkan kompleks biara Kyiv-Pechersk Lavra yang berusia 980 tahun, tempat kantor pusatnya berada.
Sebagian besar penganut Gereja Ortodoks Ukraina tergabung dalam cabang kepercayaan yang terpisah, Gereja Ortodoks Ukraina dibentuk empat tahun lalu dengan menyatukan cabang-cabang independen dari otoritas Rusia.
REUTERS