Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Sastrawan sekaligus pendiri Tempo, Goenawan Mohamad, memperoleh tanda penghargaan Official Cross of the Order of "Isabel la Católica" dari Raja Spanyol Felipe VI. Penghargaan itu diberikan secara resmi oleh Duta Besar Spanyol untuk Indonesia, Francisco de Asís Aguilera Aranda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Aranda mengatakan bahwa penghargaan itu diperoleh Goenawan atas dedikasinya kepada masyarakat luas. Selain itu, Aranda mengungkap peran Goenawan dalam memperkuat hubungan antara Indonesia dan Spanyol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Dia membenamkan dirinya dalam tradisi sastra global, termasuk sastra Spanyol," kata Aranda di rumah dinas Kedutaan Besar Spanyol di Jakarta Selatan pada Selasa malam, 18 Maret 2025.
Aranda menuturkan bahwa karya-karya Goenawan memuat tema-tema universal tentang keadilan, idealisme, dan perjuangan. Aranda bahkan menyandingkan Goenawan dengan tokoh novel "Don Quixote" karya sastrawan termasyhur Spanyol, Miguel de Cervantes.
"Sama seperti ksatria pengembara Cervantes yang menantang konvensi kaku pada masanya, Goenawan terus-menerus menggunakan suaranya untuk mempertanyakan kekuasaan dan mengadvokasi kebenaran," ujar Aranda.
Sebagai penerjemah dan kritikus, Aranda menyampaikan, Goenawan telah memperkenalkan sastra Spanyol kepada pembaca Indonesia. Menurut dia, Goenawan juga memiliki keingintahuan intelektual sebagaimana yang dimiliki oleh para penulis besar Spanyol pada Zaman Keemasan, seperti Francisco de Quevedo, Pedro Calderón de la Barca, hingga Cervantes.
Lebih lanjut, Aranda memaparkan bahwa sisi humanis Goenawan dan kemampuannya untuk terhubung dengan perjuangan sehari-hari sejalan dengan karya-karya para pemikir sastra dan filsafat Spanyol: dari refleksi eksistensial Miguel de Unamuno hingga kritik sosial Federico Garcia Lorca.
Menurut Aranda, kemampuan Goenawan untuk menumbuhkan pemikiran kritis dan kreatif membuat warisannya berharga di seluruh dunia, termasuk Spanyol, di mana kebebasan intelektual dan ekspresi artistik telah lama menjadi cita-cita yang dihargai.
Tak sampai di situ, Aranda menyatakan bahwa karya Goenawan Mohamad merupakan perwujudan semangat Don Quixote karya Cervantes yang memuat pengejaran cita-cita tanpa henti, perlawanan terhadap penindasan, dan keyakinan akan kekuatan kata-kata yang transformatif.
"Tulisannya mengingatkan kita bahwa sastra dan jurnalisme bukan sekadar instrumen pencatatan, tetapi kekuatan yang mampu membentuk masyarakat dan menginspirasi perubahan," tutur Aranda.
Dalam kesempatan yang sama, Goenawan mengungkap bahwa dirinya merasa senang karena mendapatkan penghargaan dari Spanyol. Dia menyatakan dukungannya kepada pusat-pusat kebudayaan asing di Indonesia sebagai wadah pertukaran gagasan.
"Indonesia jangan sampai menutup pintu. Dari dahulu itu problem Indonesia. Kalau menutup pintu, jadi mati," ucapnya.
Goenawan Mohamad menggagas pertunjukan teater boneka "Den Kisot". Karya yang dibesut sutradara Endo Suanda itu berdasarkan cerita asli Don Quijote de La Mancha tulisan Miguel de Cervantes. Pertunjukan teater yang bonekanya mirip dengan wayang golek itu awalnya disiapkan untuk acara Don Quijote Festival pada 13 Juli 2019 di Galeri Salihara, Jakarta. Festival itu untuk menyambut penerbitan novel Don Quixote terjemahan bahasa Indonesia yang meluncur 14 Juli 2019 di Komunitas Salihara.
Goenawan Mohamad lahir pada 29 Juli 1941, di Batang, Jawa Tengah. Kecintaannya pada sastra telah membawanya ke karier yang kaya yang mencakup penerbitan berbagai koleksi puisi, termasuk "Parikesit" (1971) dan "Asmaradana" (1992). Dia juga menulis esai yang menantang norma dan membuka dialog kritis tentang budaya dan politik Indonesia.
Pilihan editor: Israel Konsultasi dengan Trump Sebelum Serang Gaza, Korban Tewas Jadi 200 Orang