Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belum genap sepekan Tony Blair bertakhta, riak ketidakpuasan di Partai Buruh telah membesar menjadi ombak. Pemilu 5 Mei lalu memberi kemenangan tipis kepada Partai Buruh yang mendukung Tony Blair. Maka, naiklah Blair ke kursi Perdana Menteri Inggris untuk ketiga kalinya. Partai Buruh kecewa berat dengan kemenangan mereka yang amat tipis (lihat Tony Kembali ke Downing Street pada Tempo 9 Mei 2005). Rasa kecewa itu mulai berpadu dengan ketidakpuasan saat mereka melihat kebijakan Blair dalam menata ulang kabinetnya. Sejumlah kebijakannya dianggap kontroversial, umpamanya penunjukan Andrew Adonis, penasihat kunci Blair selama ini, menjadi pejabat di Departemen Pendidikan.
Selama ini Adonis dikenal sebagai "otak" beragam program pendidikan sekaligus penyebab sejumlah masalah di bidang tersebut. Dari naiknya biaya kuliah tahun lalu sampai pilihan kampus-kampus yang didukung oleh kalangan industri. Sayap kiri di Partai Buruh yang sebal dengan pengaruh Adonis menyebut adanya Poros Adonis-Blair, Adonis Blair Axis, disingkat ABA, di dunia pendidikan. Kontroversi lain muncul setelah Blair menunjuk donatur partai, miliuner farmasi Lord Dreyson, sebagai Menteri Pertahanan Junior.
Dalam pertemuan dengan anggota parlemen dari Buruh pada Rabu lalu, Blair menegaskan perlunya loyalitas dari semua anggota dan situasi yang stabil dan teratur di dalam Partai. Blair menekankan, dia memahami keinginan untuk menampilkan seorang pemimpin baru. Kalau itu terjadi, "Kita bisa bergerak menuju kemenangan keempat," katanya, optimistis. Salah seorang loyalis Blair, Menteri Pertahanan John Reid, menyebutkan pertemuan itu "amat memuaskan".
Tak semua anggota setuju dengan pandangan Reid. Dua mantan Menteri Kesehatan kabinet pertama Blair (1997-2001), Frank Dobson dan Menteri Transportasi Junior, Glenda Jackson, bersuara keras. Mereka menyebutkan turunnya mayoritas jumlah anggota Buruh di parlemen dari 161 menjadi 67 sebagai bukti bahwa Blair adalah pusat masalah itu sendiri. "Dia (Blair) telah membuka kotak Pandora yang akan menuntunnya turun dari jabatan," ujar Jackson dengan nada sengit. "Dia harus memberikan kepada kita jadwal yang pasti (untuk mundur)," katanya.
Mendengar usul itu, giliran pendukung Blair ganti berkeras bahwa sang Perdana Menteri mesti jalan terus tanpa mundur di tengah jalan. Reid membalas kecaman Jackson dengan menyatakan mayoritas pendukung Blair yang selama ini diam (silent majority) telah mengeluarkan pendapat. "Pandangan mereka terlihat lewat standing ovation (tepuk tangan panjang sambil berdiri) kepada Blair," katanya.
Mantan Menteri Transportasi dan Pemerintahan Lokal di kabinet kedua Blair (2001-2005), Stephen Myers, mencoba meredakan ketegangan dengan mengajak para anggota melihat konsekuensi ketika anggota Torisebutan untuk Partai Konservatifmemaksa Margaret Thatcher untuk melepaskan jabatan pada 1990. Saat itu, setelah Thatcher mundur dan digantikan John Major, baik sebagai perdana menteri maupun Ketua Partai, pamor Tori secara perlahan tapi pasti melorot ke titik nol, sampai akhirnya dikalahkan Buruh pada 1997.
Menanggapi "ribut-ribut" itu, Piers Wachoupe, seorang kandidat dari Tori yang dikalahkan Glenda Jackson di daerah pemilihan Hampstead dan Highgate, malah terkesan membela Blair. "Mereka (Jackson dan Dobson) adalah teman-teman dekat Blair sampai tak lagi menjadi menteri," katanya. "Glenda bahkan amat gembira dengan keputusan pemerintah untuk pergi ke Irak. Mereka berdua gembira sampai Blair mengambil lagi kunci kloset pribadi di kementerian masing-masing," ujar Wachoupe seperti dikutip harian lokal Hampstead & Highgate Express.
Akmal Nasery Basral (BBC, AP)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo