Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun 2003 menyajikan sebuah horor. Melalui media massa pada pertengahan 2004, dunia menyaksikan kekejian tentara AS yang memperlakukan tahanan di Abu Ghuraib bak binatang. Ternyata, baru pekan lalu Washington memberi ganjaran kepada perwira yang terlibat. Brigadir Jenderal Janis Karpinski, yang pernah menjadi penanggung jawab penjara Abu Ghuraib, disunat pangkatnya menjadi kolonel. Bintang satu di pundaknya sudah dicopot. Mobil dinas juga sudah diganti. Sejumlah kemewahan lain sang brigadir sudah diangkut.
Entah kenapa, dari kekejian yang berlangsung selama setahun itu, satu-satunya jenderal yang dianggap berdosa cuma Karpinski. Itu pun dosanya amat sepele: membiarkan anak buahnya menyiksa para tahanan. Hukumannya juga ringan. Cuma potong pangkat.
Padahal, kekejian tentara Amerika di Abu Ghuraib yang merebak pertengahan 2004 itu amat mengerikan. Lewat berbagai rekaman video dan foto-foto, dunia menyaksikan adegan sadis ini. Puluhan pria telanjang bulat. Ditumpuk-tumpuk seperti sampah. Sejumlah serdadu bak koboi menginjak-injak kepala mereka bahkan mengencinginya. Lynndie England, seorang prajurit wanita Amerika, terlihat asyik menyeret seorang pria tanpa busana. Mirip mainan.
Dunia geram bukan kepalang. Protes meledak di mana-mana. Ancaman untuk Washington bertaburan. Di Abu Ghuraib, para musuh Amerika Serikat seperti menemukan alasan mengapa negeri George Bush itu perlu diperangi. "Bush sama saja dengan Saddam Hussein. Dua-duanya keji," begitu bunyi sebuah protes di kota Bagdad.
Penjara Abu Ghuraib, sekitar 32 kilometer sebelah barat Irak, seperti sudah menjadi simbol kekejian di Negeri Seribu Satu Malam itu. Dulu, Saddam Hussein menjejali penjara itu dengan 15 ribu narapidana, yang sebagian besar adalah lawan politiknya. Penjara itu dijadikan laboratorium uji coba kecanggihan senjata. Ratusan tahanan disebut-sebut mati terpanggang di situ dalam rangka uji coba senjata kimia dan biologi militer Irak.
Setelah Saddam jatuh, penjara itu dikuasai tentara Amerika. Sekitar 4.000 tentara Irak dijebloskan ke sana. Berganti penguasa, berita dari penjara itu sama saja: kekejian. Yang berbeda cuma pelakunya. Dulu tentara Saddam, kini serdadu Bush.
Kisah kekejaman tentara Amerika Serikat di penjara itu semula diketahui dari laporan Federation Bureau Investigation (FBI), 25 Juni 2003. Laporan itu mengungkapkan bahwa telah terjadi penyiksaan secara keji terhadap ratusan tahanan sipil di Irak. Saat itu, Washington terlihat sekuat tenaga menutup kasus ini.
Belakangan, setelah kecaman kian gencar, militer Amerika membentuk tim investigasi yang dipimpin oleh Mayor Jenderal Antonio Taguba. Hasilnya mengerikan. Dari Oktober hingga Desember 2003, telah terjadi puluhan tindakan keji dan sadis di penjara itu. Tak ingin dicaci maki terus-menerus, Washington buru-buru menggelar pengadilan atas kasus ini. Sekitar enam tentara penjaga penjara sudah dihukum, termasuk Lynndie yang dihukum 38 tahun.
Setahun lebih kekejaman itu berlangsung, betulkah petinggi militer Amerika di Irak tak tahu-menahu? Pertanyaan itu juga dijawab dalam investigasi Taguba. Cuma tak semua orang puas, sebab Taguba cuma menunjuk Karpinski yang bertanggung jawab. Jenderal Ricardo Sanzhez, panglima tentara Amerika di Irak, yang diduga tahu segenap penyiksaan itu, dianggap tak ikut berdosa.
Karpinski jelas meradang. Ia membantah membiarkan anak buahnya melakukan penyiksaan. Ia menuding Central Intelligence Agency (CIA), dinas rahasia Amerika, yang memberikan perintah penyiksaan itu. Itu sebabnya, Karpinski mendesak penyelidikan menyeluruh atas kasus ini.
Sejumlah kelompok hak asasi manusia di Amerika Serikat mengecam Gedung Putih karena tak serius menangani kasus ini. Serikat Kebebasan Sipil dan Human Rights Watch, kelompok yang kerap menyuarakan hak asasi manusia, menyebut Pentagon sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas tragedi itu. Dua lembaga itu mendesak agar Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld dan Direktur CIA, George Tenet, ikut diperiksa agar kasus ini terang-benderang.
Wenseslaus Manggut
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo