CERITA tentang Nixon - presiden Amerika yang terpaksa meletakkan
jabatan karena skandal Watergate rupanya belum juga habis.
Pengungkapan kecurangannya sendiri dalam lima seri pertunjukan
tv Inggeris bersama David Frost yang menghasilkan puluhan juta
rupiah untuk kantongnya itu, rupanya bukan merupakan
penelanjangan diri sepenuhnya.
Baru-baru ini para pejabat departemen luar negeri Amerika
mengungkapkan bahwa sang bekas presiden dan keluarganya
kemungkinan besar masih menguasai banyak benda-benda berharga
yang diterimanya sebagai hadiah semasa ia masih mendiami Gedung
Putih. Menurut peraturan negara, benda-benda tersebut tidak
boleh dimiliki secara pribadi. Walaupun secara protokoler
barang-barang itu dihadiahkan kepada seorang presiden atau
pejabat tinggi Amerika oleh kepala negara atau pembesar negara
asing.
Pigura Lonjong
Tanggal 11 Agustus 1974, hanyadua hari setelah Nixon meletakkan
jabatan isterinya Pat memberi tahu Bagian Pengurusan Hadiah
Gedung Putih (White fouse Cift Unit), bahwa keluarganya ingin
memiliki hadiah kenangan yang diherikan oleh Shah Iran. Benda
itu dilukiskan oleh bagian itu sebagai suatu "potret Nixon dalam
ukuran mini diukir di atas gading, di atas pigura lonjong
bertatahkan tukisan daun-daun dan bunga-bunga terbuat dari batu
pirus dan - safir."
Potret itu merupakan salah satu benda berharga yang hilang dari
koleksi hadiah Gedung Putih sernasa Nixon jadi presiden. Bagian
ini sebetulnya berada dalam lingkungan kementerian luar negeri
Amerika. Para pejabatnya yakin bahwa benda-benda itu masih
berada di tangan keluarga Nixon. Ini merupakan pelanggaran
terhadap peraturan yang menetapkan bahwa hadiah-hadiah tersebut
adalah milik negara.
Hilangnya barang-barang berharga itu merupakan alasan utama yang
menyebabkan kepala protokol Evan Dohelle menghadap hakim distrik
Aubrey Robinson tanggal 24 bulan silam. Ia meminta ijin
pengadilan untuk memeriksa kurang lebih 200 pak barang milik
Nixon yang masin ada dalam gudang di Gedung Putih.
Menurut peraturan yang bernama Foreig Gifts and Decorafions
Act 1906, setiap hadiah-hadiah yang bernilai lebih dari 50
dolar harus diserahkan kepada protokol untuk dijadikan milik
umum. Salah seorang pendahulu Dobelle, Henry Cato, pada akhir
tahun 1974 menyusun suatu daftar hadiah-hadiah yang diterima
Nixon yang "hilang". Ia menganjurkan Presiden Ford untuk
memerintahkan bagian rumah tangga Gegung Putih menemukan
barang-harang itu. Permintaan itu ditolak karena bagian umum
berpendapat bahwa peti-peti dan daftarnya merupakan bagian dari
benda-benda yang sedang diperjuangkan secara hukum dalam perkara
rekaman-rekaman dan dokumen-dokumen yang digambarkan Nixon
sebagai "materi kepresidenan".
Paling tidak, menurut catatan, ada selusin hadiah yang diterima
Nixon dinyatakan sebagai "lenyap". Termasuk di antaranya
"permadani indah Isfahan berukuran 15 kali 1 kaki dihadiahkan
Shah pada tahun 1969. Banyak lagi hadiah yang "hilang" sebagai
hadiah yang diterima dari duta besar Iran sekarang, Ardeshir
Zahedi.
Menurut catatan bagian umum yang sekarang berada di bagian
protokol departemen luar negeri, selama jadi presiden Nixon
telah menerima tak kurang dari dua ribu hadiah berharga. Namun,
cattan itu, menurut salah satu asisten Cato "acak-acakan dan
kebanyakan tak sesuai dengan keadaan sebenarnya."
Tak ada satu catatan pun mengenai tiga potong perhiasan dari
berlian yang dihadiahkan oleh putera mahkota Saudi Arabia pada
tanggal 1 Juli 1972. Tak seorang pun anggota Unit Pergurus
Hadiah Gedung Putih pernah melihat benda-benda itu ampai
tanggal 28 Maret 1974 ketika seorang wartawan menanyakannya.
Ketika itu, atas anjuran penasihat hukum Gedung Putih, Fred
Buzhardt, Pat Nixon menyerahkan dua perhiasan berlin kepada
Unit Pengurus Hadiah Gedung Putih untuk disimpan. Kedua
perhiasan berlian itu merupakan serangkaian berlian yang
diberikan kepada anaknya Julie.
Keluarga Nixon juga pernah merobah beberapa hadiah itu. Pat
misalnya pernah melaporkan kehilangan sebuah bros.
Digambarkannya bahwa benda itu " . . . serupa dengan yang
diberikan kepada Julie, bedanya itu dibuat dari safir dan
berlian." Bisa jadi, menurut beberapa pejabat, barangbarang itu
telah dirubah.
Protokol Kementerian
Keluarga Nixon pun ternyata berusaha untuk memboyong
catatan-catatan suvenir tersebut ketika mereka harus enyah dari
Gedung Putih, menuju Sn Clemente. Itu berada dalam salah satu
dari 200 peti yang siap diangkut.
Para penasihat hukum Presiden Ford menganjurkan agar catatan itu
dikembalikan kepada biro protokol kementerian luar negen.
Ford pun memerintahkan agar peti-peti yang siap diangkut ke San
Clemente itu tidak boleh meninggalkan Washington. Sejak itu,
bendabenda tersebut tak berketentuan nasibnya.
Ketika Catto dan Dobelle meminta ijin pengadilan untuk
membongkar bungkusan-bungkusan itu, permohonan tersebut telah
dihalang-halangi dengan dasar hukum oleh barisan pengacara yang
disewa Nixon. Inventarisasi yang dilakukan oleh bagian umum
Gedung Putih mengatakan bahwa pada salah satu dari peti-peti
itu terdapat "dua sampul berwarna coklat berisi potret-potret
benda hadiah yang diterima presiden sejak bulan Maret 1969."
Boleh jadi perkara ini akan merupa kan kasus hukum cukup menarik
di negeri itu, sama dengan persoalan mengenai rekaman-rekaman
pembicaraan Nion yang diperkarakan dalam rangka pembongkaran
kasus Watergate. Ketika itu pengadilan dan pengacara-pengacara
Nixon memperdebatkan bahwa benda-benda tersebut termasuk
"dokumen-dokumen kepresidenan" milik Nixon pribadi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini