MINI bus itu nampaknya sudah beberapa saat menanti disekitar
tempat kejadian itu. Ketika mobil Mercedes yang ditumpangi oleh
Hanns Schleyer, 6 tahun, muncul, sejumlah tembakan dari laras
senapan mesih dalam bus mini menghujani mobil tokoh industrialis
Jerman Barat itu. Sopir dan tiga polisi pengawalnya tewas
seketika. Para penculik dengan leluasa memasukkan Schleyer ke
dalam mini bus yang segera melarikan diri. Polisi cuma sempat
mengenal mobil para penculik, pengejaran berakhir dengan
sia-sia. Penculikan berdarah yang berlangsung dalam waktu yang
amat singkat itu terjadi di kota Koln, Jerman Barat, tanggal 5
September yang lalu.
Kontak pertama dengan para penculik terjadi sehari kemudian.
Sepucuk surat yang dilampiri dengan foto Schleyer (diambil
dengan kamera polaroid) tiba di tangan pemerintah liwat seorang
pendeta Gereja Protestan, 11 orang "tahanan perang" dari
golongan ultra kiri disyaratkan sebagai tebusan bagi nyawa si
sandera. Setiap tahanan yang dibebaskan supaya dibekali dengan
uang sejumlah 43 ribu dolar. Sebuah pesawat terbang juga harus
dipersiapkan untuk mengangkut mereka ke sebuah tujuan. Pendeta
Niemoeller, 5 tahun dan pengacara Dallis Payot 35 tahun diminta
menyertai para tahanan itu dalam penerbangan mereka ke luar
Jerman Barat. Begitu kira-kira isi surat para penculik. Jika
tidak dipenuhi, sandera akan mereka bunuh keesokan harinya.
Surat itu ditandatangani oleh komandan "Komando Hausner" dari
"Kelompok Tentara Merah".
Mobil Lapis Baja
Bonn tiba-tiba jadi sibuk. Kanselir Helmut Schmidt memimpin
sendiri operasi di kantornya yang dijaga ketat. Dan karena
tersiar berita mengenai adanya paling sedikit 10 tokoh
industrialis dan 40 atau 50 tokoh politik dan pemerintahan yang
akan jadi sasaran penculikan, penjagaan terhadap rumah-rumah
orang-orang penting Jerman Barat itu dengan segera dilakukan.
Barikade, kawat berduri dan karung pasir di mana-mana.
Mobil-mobil lapis baja mundar-mandir, sementara patroli polisi
berjalan kaki terlihat di berbagai penjuru. "Bonn seperti dalam
keadaan perang saja," kata seorang diplomat asing.
Sidang darurat kabinet Jerman 7 September tidak mengambil
keputusan mengenai diterima atau ditolaknya permintaan para
penculik. Tapi di tengah-tengah kemarahan orang banyak terhadap
aksi teror itu, pemerintah Jerman memutuskan untuk menaikkan
hukuman - dari tiga menjadi empat tahun - bagi mereka yang
kedapatan menyimpan senjata api sccara gelap. Juga proses
pengadilan bagi para teroris yang tertangkap akan dipercepat.
Keputusan ini ternyata masih dianggap kurang "keras" oleh
orangorang Jerman Barat yang akhir-akhir ini banyak diganggu
oleh aksi-aksi teror. Golongan konservatif dalam parlemen
mendesak agar hukuman mati -- yang dihapuskan sejak akhir
perang dunia yang lalu -- dihidupkan kembali. Lebih keras dan
kongkrit lagi kehendaknya adalah pemimpin partai kecil ini.
Sosial Jerman Kurt Mayel. "Dari pada meladeni permintaan para
teroris. Lebih baik kita kirim ultimatum kepada mereka yang
isinya: 11 tahun yang mereka minta untuk dibebaskan akan
ditembak satu persatu jika Hanns Schleyer tidak dibebaskan."
Itulah ide Mayer.
Karena pemerintah tidak mengikuti kehendak Mayer tentu saja
para teroris juga tidak memberikan reaksi apa-apa. Bahkan juga
tidak menembak mati sandera, kendati batas ultimatum sudah
dilewati beberapa kali. Dalam surat-surat selanjutnya, selain
tetap pada permintaan semula, para penculik juga mengumumkan
nama-nama tahanan yang mereka minta untuk dibebaskan. Antara
lain tercantum nama Andreas Baader, Gudrun Ensslin dan Jan Carl
Raspe. Semua orang ini telah dijatuhi hukuman mati bulan April
yang lalu karena keterlibatan mereka dalam komplotan kiri
Baader-Meinhof yang melakukan berbagai penculikan dan
pembunuhan. Salah seorang tokoh komplotan itu, seorang wanita,
Ulrike Mainhof, bunuh diri dalam selnya Mei tahun yang lalu.
Pesawat Televisi
Pencantuman nama tahanan serta adanya disebut nama Hausner -
orang yang menyerang kedutaan besar Jerman Barat di Stockholm
tahun 1975 dan meninggal di penjara Stuttgart beberapa waktu
kemudian - membuat pihak pemerintah menjadi yakin bahwa aksi
penculikan dilakukan oleh para pengikut Baader-Mainhof. Ini
mengerikan pejabat pemerintah dan orang banyak. Pengalaman
menunjukkan bahwa pengikut-pengikut kedua tokoh teroris ultra
kiri Jerman Barat itu terkenal fanatik dan kejam. Mereka bukan
cuma menculik tokoh untuk dijadikan sandera, seperti kasus
penculikan politikus Peter Lauren di tahun 1975 yang dibebaskan
dengan tukaran lima tahanan, tapi juga melakukan aksi pembunuhan
terhadap tokh yang mereka benci. Bulan April yang lalu, Jaksa
Agung Jerman mereka bunuh, sedang akhir Juli ini, seorang bankir
besar juga tewas di tangan pengikut Baader-Mainh. Ada pun
nasib Hanns Schleyer, hingga awal pekan ini masih juga kurang
terang. Kanselir Helmut Schmidt menghabiskan waktunya mengurusi
soal penculikan ini. Sedemikian sibuk hingga pekan silam ia
menunda kunjungan resminya ke Polandia. Pada saat yang sama
dari London juga diumumkan penundaan kunjungan Menlu Robert Owen
ke Bonn. "Kanselir Schmidt sangat sibuk sekarang," kata Owen.
Dan salah satu dari kesibukan itu adalah bergerombol di depan
pesawat televisi menyaksikan rekaman video yang dikirimkan oleh
para penculik. Rekaman itu memperlihatkan Hanns Schleyer sedang
membaca koran. Sepintas lalu ia kelihatan sehat saja. Tapi para
ahli berkesimpulan bahwa penculik telah mempergunakan semacam
obat bius (Ing) untuk menguasai Hanns.
Sementara Schmidt terus mengulur waktu dalam menanggapi
permintaan para penculik, pembicaraan mengenai peristiwa
penculikan juga menguasai kehidupan sehari-hari masyarakat
Jerman Barat. Memang tidak semua perkembangan diketahui orang
banyak. Ini karena polisi menjalankan "black out" terhadap pers.
Kendati demikian, tekanan-tekanan sedang berlangsung agar
pemerintah mempergunakan tentara untuk mengatasi masalah ini.
"Polisi saja tidak cukup," kata seorang politikus di Bonn.
Pemerintah nampaknya berusaha sedapat mungkin menyelesaikan soal
tanpa melibatkan tentara. "Undang-undang kita menyebut bahwa
tentara hanya akan dipakai untuk menghadapi musuh dari luar,"
kata seorang juru bicara pemerintah. Para peninjau di Bonn
menilai kehati-hatian pemerintah itu sebagai suatu usaha untuk
menghindari tudingan golongan muda yang kini menyebut pemerintah
Bonn sebagai "makin lama makin fasist". Tapi aksi-aksi teror
yang terus menerus melanda Jerman Barat nampaknya memang tidak
bisa lain kecuali makin "memperketat" pengawasan pemerintah,
untuk tidak menyebutnya "makin fasist".
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini