Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Port-au-Prince yang merupakan ibu kota Haiti dilanda kerusuhan. Sedikitnya 10 orang tewas di pinggiran komplek perumahan orang-orang kaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penduduk menjarah sejumlah rumah dan toko di daerah makmur. Semenntara geng kriminal kian memperketat cengkeramannya di kota.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Reuters, setidaknya sepuluh mayat tergeletak di jalanan. Beberapa di antaranya tewas ditembak dan dibiarkan di jalan-jalan kelas atas Petion-Ville di pinggiran Port-au-Prince. Mayat-mayat itu kemudian dipindahkan dengan ambulans. Pihak berwenang belum mengomentari kejadian seputar kematian tersebut.
Warga Haiti juga melaporkan adanya tembakan dan penjarahan pada Senin pagi di daerah sekitar Laboule. Belakangan, jalanan di sekitar Petion-Ville pun sepi.
Sementara itu, layanan listrik EDH mengatakan beberapa stasiun telah diserang. Kabel, baterai, dan dokumen dicuri.
Geng-geng bersenjata yang telah meningkatkan kekuatan mereka dalam beberapa tahun terakhir memanfaatkan ketidakhadiran Perdana Menteri Ariel Henry pada awal bulan ini untuk meningkatkan kekerasan. Geng kriminal itu menyerang infrastruktur termasuk kantor polisi dan kantor pemerintah.
Di bawah tekanan internasional dan terdampar di Puerto Rico, Perdana Menteri Ariel Henry yang tidak terpilih mengumumkan pengunduran dirinya sambil menunggu penunjukan dewan dan penggantian. Hingga sepekan lalu, dewan transisi belum ditunjuk di tengah ketidaksepakatan beberapa kelompok yang mengajukan perwakilan.
Media lokal melaporkan Gereja Katolik Haiti tidak akan berpartisipasi dalam dewan tersebut, seperti yang diharapkan sebelumnya, untuk menjaga “jarak moral.” Gereja berharap krisis keamanan di Haiti segera diatasi.
Akhir pekan ini, badan anak-anak PBB, UNICEF, mengatakan salah satu kontainernya yang berisi “barang-barang penting” untuk ibu, bayi baru lahir, dan perawatan anak dicuri dari pelabuhan utama Haiti. Lembaga internasional di Haiti mulai menarik diri seiring dengan situasi yang kian tidak aman di sana. PBB, kedutaan besar AS dan Kanada telah menarik stafnya bulan ini
Sekitar 17.000 orang meninggalkan wilayah metropolitan Port-au-Prince pekan lalu, menurut perkiraan PBB. Banyak di antara mereka yang sudah mengungsi.
REUTERS
Pilihan editor: Setelah Ariel Henry Mundur, Bagaimana Nasib Haiti di Saat Kekerasan Geng Meningkat?