Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Biksu ultra-nasionalis Myamar, Ashin Wirathu, menegaskan, dirinya akan mengangkat senjata begitu Pengadilan Kriminal Internasional atau ICC datang ke Myanmar untuk menyelidiki sejumlah jenderal yang diduga terlibat genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang diderita etnis Rohingya.
Baca: Kisah Kejamnya Tentara Myanmar Membantai Etnis Rohingya
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Di hari ICC datang ke sini... merupakn hari Wirathu mengangkat senjata," kata Wirathu dalam pidatonya pada hari Minggu, 14 Oktober 2018.
South China Morning Post yang terbit pada Senin, 15 Oktober 2018 memuat pernyataan Wirathu.
Wirathu juga dilaporkan memuji Cina dan Rusia di Dewan Keamanan PBB sebagai raksasa nasionalis yang berdiri untuk kebenaran dalam peran mereka untuk mencegah aksi menentang Myanmar.
"Jangan bohong katakan kepada dunia bahwa Bengali adalah Rohingya karena kamu mau mempromosikan Islamisasi di Myanmar. Jangan hancurkan negara kami dengan menciptakan kelompok etnis palsu," ujar Wirathu.
Baca: Hasil Temuan AS, PBB, Uni Eropa di Myanmar: Genosida Rohingya
Ratusan pendukung Wirathu berkumpul di Pagoda Sule yang menjadi ikon Yangon, ibukota Myanmar. Mereka membawa poster raksasa bergambar panglima jendera Min Aung Hlaing yang dalam laporan investigasi PBB dianggap paling bertanggung jawab atas genosida dan kejahatan kemanusiaan yang diderita etnis Muslim Myanmar.
"Kami tidak dapat menerima panglima dan tentara kami dibullying oleh masyarakat internasional," kata seorang peserta aksi, Khine Thet Mar, 46 tahun.
Wirathu telah dilarang berbicara di depan publik oleh dewan senior biksu tahun lalu. Larangan itu berakhir pada Maret lalu.
Baca: Kenalkan Ashin Wirathu, Biksu Pembenci Muslim Rohingya
Pidato Wirathu kemarin yang mendukung para jenderal yang dilaporkan terlibat genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan etnis Rohingya merupakan yang pertama setelah hukuman untuk tidak berbicara di depan publik berakhir.
Wirathu yang pidatonya kerap menebarkan kebencian terhadap Rohingya dijuluki sebagai biksu Bin Laden.