Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Surat kabar Washington Post pada Rabu, 30 Oktober 2019, mewartakan seorang informan yang memberikan informasi detail pergerakan Abu Bakr al-Baghdadi, Pemimpin kelompok radikal ISIS, dalam sebuah penggerebekan oleh Amerika Serikat, diduga mendapatkan hadiah uang US$ 25 juta atau Rp 351 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam pemberitaan itu disebut si informan diduga seorang anggota ISIS yang diduga memfasilitasi setiap pergerakan al-Baghdadi di sekitar Suriah. Informan tersebut juga membantu mengawasi pembangunan tempat persembunyiannya di Suriah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemuda Irak menonton berita kematian pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi, di Najaf, Irak 27 Oktober 2019. "Sumber kami dari dalam Suriah telah mengkonfirmasi kepada tim intelijen Irak yang ditugaskan mengejar Baghdadi bahwa ia telah terbunuh bersama pribadinya. pengawal di Idlib setelah tempat persembunyiannya ditemukan ketika ia mencoba untuk membawa keluarganya keluar dari Idlib menuju perbatasan Turki, "kata salah seorang pejabat Irak. [REUTERS / Alaa al-Marjani]
Dikutip dari english.alarabiya.net, Rabu, 30 Oktober 2019, utusan khusus komando operasi Amerika Serikat menyerang tempat persembunyian al-Baghdadi pada Sabtu malam, 19 Oktober 2019. Dalam operasi itu dikerahkan helikopter dan pengejaran pendiri ISIS hingga ke sebuah terowongan.
Al-Baghdadi yang ketika itu menggunakan rompi bom bunuh diri meledakkan dirinya sendiri ketika mulai tersudut dalam penggeledahan itu.
Washington Post dalam pemberitaannya menulis informan berada di lokasi kejadian saat dilakukan penggerebekan terhadap al-Baghdadi karena operasi ini tidak ditutupi. Informan itu tidak dipublikasi identitasnya dan diduga telah menerima uang Rp 351 miliar dari Amerika Serikat, yang akan memberikan hadiah uang pada siapapun yang bisa membawa kepala al-Baghdadi.
Selain pergerakan al-Baghdadi, informan tersebut juga tahu seluk-beluk ruangan tempat persembunyian pendiri ISIS itu. Surat kabar Washington Post menggambarkan sumber pembocor itu kemungkinan seorang mantan pejabat pemerintah suatu negara dengan mayoritas Sunni, yang kemudian membelot mendukung ISIS. Namun dia kemudian berpaling dari ISIS setelah salah satu saudaranya dibunuh oleh kelompok ISIS