Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Keputusan Boris Johnson untuk meletakkan jabatan sebagai menteri luar negeri Inggris adalah bentuk protesnya terhadap rencana negosiasi Brexit yang diusung Theresa May, Perdana Menteri Inggris. May ingin hubungan dagang Inggris dengan Uni Eropa tetap dekat setelah negara itu hengkang dari organisasi terbesar di Benua Biru itu, namun Johnson menilai gagasan May bisa membawa Inggris sebagai negara terjajah di bawah aturan Uni Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Brexit itu harus soal kesempatan dan harapan. Mimpi sedang mati, tercekik oleh keraguan diri yang tak ada gunanya,” kata Johnson, dalam surat pengunduran dirinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam suratnya itu, Johnson mengeluhkan soal keputusan krusial yang telah ditangguhkan oleh pemerintah sehingga Inggris tidak bisa keluar atau pindah dari aturan yang ditetapkan Brussels. Dengan begitu, Johnson menilai Inggris benar-benar sedang mengarah sebagai negara terjajah.
Surat pengunduran diri Johnson disampaikan kepada May pada Jumat, 6 Juli 2018. May terkejut dengan keputusan menterinya itu yang dilakukan setelah pertemuan kabinet.
Langkah Johnson untuk keluar dari pemerintahan May membuat publik terkejut, terlebih keputusan ini dilakukan beberapa jam setelah Menteri untuk urusan Brexit, David Davis, mengundurkan diri. Dua kepergian menteri dalam waktu hampir bersamaan dikhawatirkan akan menggoyang pemerintahan May. Namun May meyakinkan, pihaknya telah mengamankan kesepakatan perpindahan kebijakan perdagangan dan luar negeri Inggris.
Boris Johnson, Menteri Luar Negeri Inggris. REUTERS/Peter Nicholls
May pada Selasa 10 Juli 2018, telah menunjuk Jeremy Hunt untuk menggantikan posisi Johnson. Dalam referendum Juni 2016, Hunt memberikan suara agar Inggris bertahan di Uni Eropa, berbeda dengan Johnson yang memberikan suara Inggris keluar dari lembaga itu.
Masyarakat Inggris yang tak suka dengan Uni Eropa dan pendukung setia Inggris agar bertahan di lembaga itu mengatakan May telah menjalankan tugasnya dan mempersiapkan langkah selanjutnya untuk bernegosiasi dengan Uni Eropa yang bermarkas di Brussels, Belgia. Kendati demikian, pengunduran diri Johnson telah memperdalam rasa tidak percaya diantara para euroskeptics terhadap pemerintahan May dan meragukan proses Brexit.
Harga mata uang pound sterling menurun terhadap dollar Amerika dan euro atas berita keluarnya Johnson dari pemerintahan.
Davis sebelumnya mengatakan rencana May berbahaya dan terlalu longgar. Posisi Davis sekarang telah digantikan oleh Dominic Raab, politisi yang menyuarakan Brexit.