Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ini Sebab Puluhan Anak Gambia Meninggal setelah Minum Sirup Obat Batuk

Sirup obat batuk dan parasetamol yang terkontaminasi menyebabkan kematian 66 anak di Gambia, karena cedera ginjal akut

10 Maret 2023 | 16.44 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi sirup obat batuk (pixabay.com)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sirup obat batuk dan parasetamol yang terkontaminasi menyebabkan kematian 66 anak di Gambia, karena cedera ginjal akut, demikian penyelidikan yang dipimpin oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat dan para ilmuwan Gambia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kejadian menyedihkan ini hanya tiga bulan saja dari kasus gagal ginjal akut pada anak yang menewaskan ribuan anak di dunia termasuk di Gambia dan Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hubungan antara kematian anak-anak dan obat-obatan yang terkontaminasi pertama kali terungkap pada bulan Oktober 2022, ketika Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengirimkan peringatan yang mengatakan bahwa empat sirup obat batuk produksi Maiden Pharmaceuticals India mengandung tingkat racun dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG) dan harus ditarik.

Dua zat ini juga yang telah menyebabkan anak-anak menderita gagal ginjal akut, demikian dilaporkan Reuters, Jumat, 10 Maret 2023.

Pasar global untuk obat batuk, pilek, dan alergi anak-anak yang dijual bebas pada tahun 2022 bernilai sekitar $2,5 miliar, menurut firma riset pasar Euromonitor.

Obat ini menggabungkan bahan aktif seperti paracetamol (dikenal sebagai acetaminophen di Amerika Serikat) untuk menurunkan demam dengan sirup berbahan gliserin atau propilen glikol yang aman, manis dan mudah ditelan.

Di Gambia, sirup obat batuk impor untuk anak-anak ditemukan oleh pejabat kesehatan global terkontaminasi dua zat yang sangat beracun: etilen glikol (EG) dan dietilena glikol (DEG). Keduanya dapat menjadi produk sampingan dari pembuatan propilen glikol, kata Dr Chaitanya Kumar Koduri, direktur keterlibatan regulasi di Pharmacopeia AS (USP), sebuah organisasi nirlaba yang membantu menetapkan standar pembuatan obat secara global.

Produsen yang membuat propilen glikol untuk keperluan farmasi harus memurnikannya guna menghilangkan racun, kata Kumar Koduri. Standar internasional hanya mengizinkan jumlah jejak EG dan DEG dalam obat-obatan: tidak lebih dari 0,10% berat per volume, atau 0,10g per 100ml sirup.

Semua zat memiliki sifat yang mirip. Tetapi sementara propilen glikol tidak beracun, DEG dan EG sangat berbahaya. Ketika tertelan, mereka menyebabkan gagal ginjal dan akhirnya kematian tanpa pengobatan cepat, kata ahli patologi.

Seberapa mematikan dosisnya sebagian bergantung pada berat orang yang meminumnya. Anak-anak, karena lebih kecil, lebih rentan daripada orang dewasa.

Campur-baur bisa terjadi karena kesalahan manusia, kata Kumar Koduri. Namun di masa lalu, propilen glikol kelas industri, atau bahkan DEG atau EG murni dipilih sebagai pengganti oleh pemasok atau produsen karena harganya lebih murah.

EG dan DEG dapat berharga kurang dari setengah harga propilen glikol, menurut dua situs web yang menjual bahan kimia tersebut.
 
Pada 1990-an, hampir 90 anak di Haiti dan lebih dari 200 anak di Bangladesh medninggal karena DEG dalam sirup parasetamol. Baru-baru ini, anak-anak meninggal dalam insiden terpisah di Panama, India, dan Nigeria.

Pedoman global yang disusun oleh WHO telah diperketat sejak saat itu, termasuk mendesak produsen untuk melakukan lebih banyak pengujian terhadap bahan dan produk jadi mereka. Tetapi tergantung masing-masing negara untuk merancang undang-undang dan menegakkannya, baik pada titik produksi maupun konsumsi.

REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus