Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Intifadah Hijau dari Battir

Israel diminta mengatur ulang jalur tembok pembatas agar tidak melewati desa dengan sistem pertanian kuno yang unik. Ekowisata di Desa Battir, Palestina, menjadi bentuk perlawanan damai terhadap pendudukan Israel.

2 Desember 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

O green Battir, mother of the air." (Oh Battir yang hijau, ibu dari udara.) Mariam Ma'mmar menyanyikan kidung pujian bagi desanya. Saat musim panas, ketika sebagian besar tanah di Tepi Barat, Palestina, mengering, Battir tetap hijau. Ma'mmar, perempuan setengah baya itu, seperti juga 5.000 penduduk Battir, bangga akan desanya.

Battir adalah surga tersembunyi di Palestina tengah. Berlindung di balik perbukitan, Battir terletak sekitar 6,4 kilometer sebelah barat Bethlehem dan barat daya Yerusalem. Desa seluas 7.419 dunam atau sama dengan 7,4 kilometer persegi itu memiliki jaringan ladang berundak-undak atau terasering terbesar di Palestina. Sistem irigasi yang sudah ada sejak zaman Romawi kuno itu mengalirkan air dari tujuh sumber melalui ratusan jalur irigasi berpintu ke ladang-ladang sayur dan buah. Battir dikenal sebagai penghasil kacang, terung, zucchini (sejenis labu hijau), dan chard (sejenis sayuran berdaun hijau mirip sawi). Di tengah-tengah desa, sebuah kolam penampung air menjadi tempat bermain anak-anak.

Namun ancaman kini tengah mengarah ke Battir. Di luar desa, pohon pinus ditanam berjajar di sekitar permukiman Yahudi. Permukiman Har Gilo dan Beitar Illit berdiri di belakang pohon pinus itu. Tak jauh dari sana, Blok Givat Ya'el dan Gush Etzion sedang dikembangkan. Tembok beton setinggi delapan meter melindungi permukiman itu. Yang dikhawatirkan: jalur tembok membentang di dasar lembah, dibangun sejajar dengan jalur kereta api Jaffa-Yerusalem dan memotong jalur irigasi.

Rencana itu membuat ketar-ketir warga Battir. "Tanah adalah segalanya bagi kami. Tanpa tanah, kami bukan siapa-siapa," kata Akram Badr, Wali Kota Battir, seperti dikutip Al-Jazeera. "Ini adalah cara hidup kami berabad-abad dan akan hancur begitu tembok dibangun di sini."

Battir adalah kasus unik dalam konflik Palestina-Israel. Penduduk Battir menjadi satu-satunya warga Palestina yang diizinkan terus menggunakan tanahnya meski di dalam perbatasan Israel.

Setidaknya 740 hektare atau 30 persen Battir berada di wilayah Israel, yang dikenal dengan sebutan Garis Hijau atau Green Line. Garis Hijau merupakan garis demarkasi antara Israel dan Mesir, Yordania, Libanon, serta Suriah pasca-Perang Arab-Israel 1948. Dalam perjanjian gencatan senjata 1949, Moshe Dayan, Menteri Pertahanan Israel waktu itu, mengizinkan warga mengolah tanahnya sebagai imbalan untuk mencegah kerusakan pada rel kereta yang melintas di wilayah tersebut. Mereka tetap mendapat keistimewaan setelah gencatan senjata pada 1967.

Masalah muncul ketika tembok pengaman digagas pada 2002. Tembok diharapkan bisa menghalangi maraknya aksi bom bunuh diri pejuang Palestina terhadap warga sipil Israel pada intifadah kedua (September 2000-Februari 2005).

Dahlia Scheindlin, analis dan ahli opini publik Israel, mengatakan mayoritas warga Yahudi Israel percaya tembok akan meningkatkan keamanan. Berdasarkan survei yang ia lakukan, warga Israel menilai tembok akan menjadi penghalang aksi kekerasan warga Palestina. "Tembok dibangun untuk keamanan. Ini hanya reaksi, reaksi atas teror," demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Israel seperti dikutip BBC.

Sekitar 62 persen dari tembok sepanjang 708 kilometer itu sudah selesai. Kira-kira 8 persen lagi tengah dibangun dan 30 persen lainnya sudah direncanakan meski belum dibangun. Data Koordinator Urusan Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (OCHA) menyebutkan tembok ini akan mengisolasi 150 komunitas Palestina dari tanah mereka.

"Tembok ini sangat berbahaya karena akan melewati tanah leluhur kami," kata Akram Badr. "Tidak ada alasan untuk membangun tembok. Kami tidak memerlukannya. Tidak ada warga Israel yang terluka atau tewas di sini."

Penduduk desa melakukan perlawanan. Bukan dengan lemparan batu atau lontaran ketapel yang menjadi ikon intifadah. Warga desa mengajukan petisi kepada Mahkamah Agung Israel untuk mengalihkan rute tembok, mencegah penyitaan tanah, dan perusakan lingkungan yang kaya sistem irigasi kuno. Cara yang sama dilakukan warga Desa Budrus dan Bil'in. Mereka mendapat dukungan dari berbagai lembaga pemerhati lingkungan serta Badan Lingkungan dan Taman Israel. Badan itu menyebut Battir adalah wilayah spesial dan berharga sehingga harus dilindungi.

"Tak ada yang mengatakan bahwa keamanan Israel bukan hal penting," kata Gidon Bromberg, Direktur Friends of the Earth Middle East, organisasi yang mempromosikan isu lingkungan di Israel, Yordania, dan Palestina. Organisasi ini membuat petisi melindungi Battir. Mereka khawatir sistem irigasi kuno, lahan berundak-undak yang dibangun selama berabad-abad, akan hancur seketika. "Selalu ada alternatif tanpa harus menghancurkan warisan budaya berusia 4.000 tahun," kata pria Israel itu.

Dalam beberapa tahun terakhir, warga bekerja sama dengan Friends of Earth membangun proyek pertanian dan lingkungan untuk menunjukkan Battir sebagai desa ekologi, hal yang menjadi daya tarik desa kembaran Luton di Inggris itu selama bertahun-tahun. Pertengahan tahun lalu, Battir untuk pertama kalinya bahkan sudah memiliki tempat penginapan.

Pada 2004, Mahkamah Internasional sebenarnya sudah menyeru Israel agar menghentikan pembangunan tembok dan membongkar atau memeta ulang tembok, khususnya di wilayah Battir. Kementerian Pertahanan diusulkan mencari pilihan "non-fisik" untuk menggantikan fungsi tembok. Kementerian Pertahanan Israel mengalah. Mereka memasang kamera pengawas dan alat pelacak di puncak bukit. Patroli diperbanyak.

Saat ini pembangunan tembok tengah berhenti, terutama akibat masalah keuangan dan banding hukum yang dilakukan masyarakat sipil Israel dan Palestina terhadap rute tembok. Kementerian Pertahanan Israel mengatakan pembangunan akan dilanjutkan setelah izin turun dari Pengadilan Tinggi dan Departemen Keuangan. Pekerjaan terutama akan dilakukan di Yerusalem dan Bethlehem, khususnya di sekitar blok permukiman Gush Etzion, tempat Battir berada.

Perlawanan hijau juga menggunakan jalur lain. Mereka mendaftarkan Battir sebagai situs warisan dunia di United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), satu-satunya badan dunia di mana Palestina sudah menjadi anggota penuh sejak dua tahun lalu.

Upaya itu memang belum berhasil. Tapi masuknya Battir diyakini bakal menjadi cara meyakinkan Israel untuk mengubah rute tembok penghalang.

Akmar Badr berharap tembok tak pernah benar-benar berdiri di desanya. Badr tak ingin nasib Battir seperti desa tetangganya, Walaja, yang lebih dulu hancur. "Jika kami bisa hidup damai selama 60 tahun terakhir, kami bisa hidup seperti ini selamanya," kata Badr kepada New York Times.

Kidung untuk Battir kembali dinyanyikan Mariam Ma'mmar, bergema di Lembah Yordan. "O Land of Battir, where we multiply and live." (Oh tanah Battir, tempat kami tumbuh dan hidup.)

Raju Febrian


Pembatas di Tepi Barat

Tembok pembatas memiliki panjang total sekitar 708 kilometer, dua kali lebih panjang dari Jalur Hijau (Green Line) hasil gencatan senjata antara Israel dan Tepi Barat pada 1949.

Sekitar 61,8 persen dari tembok sudah selesai, 8,2 persen masih dibangun, dan 30 persen sudah direncanakan, tapi belum dibangun.

Ketika selesai, nantinya, hanya 15 persen dari tembok akan dibangun di jalur hijau atau di Israel, mengisolasi 9,4 persen dari Tepi Barat.

Sumber: PBB 2011

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus