Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Iran

Republik islam iran bercita-cita:"....sesuatu yang sama dengan pemerintahan yang dipraktekkan pada zaman nabi muhammad & imam ali" dan "tidak akan sama dengan libya atau arab saudi". (ln)

24 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEORANG anak muda yang ketahuan mencuri ditangkap oleh "Polisi Islam" di kota suci Qom beberapa hari yang lalu. Ia segera dibawa ke pusat pemerintahan Islam di kota itu. Orang banyak menantikan keputusan hukum potong tangan. Ulama tua yang memimpin komite di sana memerintahkan pembantunya mencari orang tua anak muda itu. Melewati pembicaraan singkat, anak muda tersebut dibolehkan pulang ke rumahnya. Ia bebas. Kepada orang banyak yang bengong, salah seorang juru bicara di markas itu menjelaskan: "Hukum potong tangan baru akan dilaksanakan jika terpaksa sekali. Anak itu kelihatannya masih bisa jadi orang baik." Jika tangannya dipotong, seumur hidupnya ia akan jadi beban orang lain, sebab ia tidak bisa bekerja secara normal. Beberapa hari kemudian -- ketika Iran sepenuhnya sudah berada di bawah pemerintahan Republik Islam -- 4 orang jenderal ditembak mati. "Kesalahan mereka jelas. Merekalah yang menjadi sebab kematian ribuan orang yang berjuang menegakkan negara menurut hukum Allah," kata seorang juru bicara pemerintahan yang baru itu. Sejumlah orang penting masa pemerintahan Shah masih menanti nasib mereka dalam tahanan para pengikut Ayatullah Kholneinl. Itulah baru yang diketahui dari tindakan pemerintahan Republik Islam Iran yang berusia beberapa pekan ini. Hari-hari takala Khomeini dan orang-orang kepercayaannya, Perdana Menteri Baargan, sibuk menarik negerinya dari sebuah kekacauan, cerita lebih lengkap tentang bagaimana praktek sebuah pemerintahan Islam nampaknya memang masih harus ditunggu. Orang nampaknya terpaksa harus cukup puas membaca pernyataan para pemimpin Iran sekarang -- dalam tahap berjuang, belum sepenuhnya berkuasa. Ayatullah Ruhullah Khomeini terusir dari Iran Juni 1963 setelah mengecam Shah Mohammed Reza -- pada tahun 1970 melakukan serentetan kuliah tentang pemerintahan Islam di tempat pembuangannya di Irak. Pada salah satu kuliahnya, orang tua yang berpengaruh itu menjelaskan tentang Republik Islam Iran yang dicita-citakannya " .... sesuatu yang sama dengan pemerintahan yang dipraktekkan pada zaman Nabi Muhammad dan Imam Ali." Pada masa yang disebutkan kehidupan jelas jauh lebih sederhana dari sekarang. Tidak ada bioskop, tidak ada bank. Apakah karena mau kembali kepada zaman nabi dan Imam Ali itu maka bioskop dan bank jadi sasaran amukan para pengikut Khomeini beberapa waktu yang lalu? Khomeini maupun para pengikutnya secara terbuka mengutuk kekerasan dalam melaksanakan cita-cita mereka. Tapi dalam soal bank dan bioskop -- dan serentetan soal lagi, peranan dan kedudukan wanita, misalnya -- mereka tak selalu sepakat. Mengenai hal pengambilan bunga dari kegiatan perbankan, sejumlah mullah dan ayatullah bersikap keras: itu haram. Tapi tokoh moderat seperti Bazargan, secara amat diplomatis menggunakan landasan zakat untuk mengatur perbankan dan perpajakan. Para pemuka agama hampir sepakat mengharamkan bioskop, tapi Bazargan berpendapat lain. Untuknya, bioskop boleh tetap ada, tapi harus mempertunjukkan "film-film yang sehat. " Bazargan secara terang-terangan berpendapat bahwa wanita dan lelaki harus mempunyai status yang sama. Khomeini terus terang berkata: "Dalam urusan ini saya amat konservatif. " Berapa luas perbedaan orang tua "konservatif" itu dengan Bazargan yang berpendidikan Barat? Pertanyaan ini akan terjawab pada hari-hari mendatang jika Republik Islam itu berkesempatan jalan. Kini, di hari-hari pertama pemerintahan yang berambisi mencontoh zaman "Nabi Muhammad dan Imam Ali" itu, yang lebih penting dipercakapkan adalah hal-hal yang dasar. Di Teheran para pemimpin Iran berbicara tentang negeri mereka yang menjadi "materialistis dan korup oleh pengaruh Barat." Karena itulah "reaksi muncul," kata seorang dosen di Universitas Teheran beberapa hari yang lalu. Republik Islam Iran lahir sebagai reaksi? Ini bukan cerita baru Baik kegairahan modernisasi maupun ketakutan akan pembaratan mau tak mau merupakan usaha menjawab tantangan ide, teknologi dan penjajahan Barat. Di tahun dua-puluhan, ketika dinasti Qajar terusir dari tahta kemaharajaan Iran, para pemimpin keagamaan negeri itu mendesak Kolonel Reza Pahlevi untuk mengenakan mahkota. Sang kolonel tadinya cuma ingin jadi presiden, tapi karena di Turki seorang presiden, Kemal Ataturk, mengobrak-abrik Islam, ulama Iran jadi ketakutan pada bentuk republik. Ternyata kemudian Reza Pahlevi, dengan mahkota di kepala, malah lebih leluasa melukai hati para pemimpin keaamaan. Hal yang kemudian juga dilakukan oleh anaknya. Muhammed Reza, yang terusir beberapa pekan silam itu. Terbuktilah bahwa bentuk pemerintahan tertentu saja belum sanggup menjamin terlaksananya hukum Islam - sebelum ahli hukum Islam berkuasa. Karena itulah Khomeini menekankan pentingnya peranan kaum fukaha, ahli fikih, dalam pemerintahan. Perundang-undangan Islam secara terperinci dan siap pakai masih dalam pembentukan. "Kodifikasi untuk mendapatkan buku hukum seperti hukum Barat sedang dilakukan," kata M. Natsir, Wakil Presiden Muktamar Alam Islami, rekan silam. Di Iran, negeri yang sedang berusaha keluar dari kegalauan, para mullah dan ayatullah di berbagai tempat, secara darurat menjalankan hukum Islam sesuai dengan penafsiran masing-masing. Sementara ini, yang dinyatakan ialah bahwa Republik Islam Iran "tidak akan sama dengan l.ibya atau Arah Saudi". Bagaimana itu, sistim itu kini sedang memasuki ruangan uji setelah bertahun-tahun mendekam sebagai teori dan harapan para ayatullah dan mullah. Kalau ternyata tidak lebih baik dibandingkan dengan sistim yang digantikannya, akan jadi bahan kekecewaan. Kalau berhasil baik, masih jadi pertanyaan bisakah ia dicontoh negeri lain -- misalnya Arab Saudi atau Libya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus