Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Iran Gelar Pemilu Pertama sejak Protes Mahsa Amini

Rakyat Iran melakukan pemungutan suara untuk membentuk parlemen baru, pertama sejak protes massal pada 2022 mengenai aturan wajib jilbab

1 Maret 2024 | 17.54 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Warga Iran menunggu untuk memberikan suara di tempat pemungutan suara selama pemilihan parlemen di Teheran, Iran, 1 Maret 2024. Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Rakyat Iran melakukan pemungutan suara untuk membentuk parlemen baru pada Jumat 1 Maret 2024. Ini menjadi pemilu pertama sejak protes massal pada 2022 mengenai aturan wajib jilbab setelah kematian wanita keturunan Kurdi, Mahsa Amini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemilu ini juga dipandang sebagai ujian terhadap legitimasi kelompok ulama di tengah meningkatnya rasa frustrasi rakyat Iran atas kesulitan ekonomi dan pembatasan kebebasan politik dan sosial.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, yang menyebut memilih sebagai kewajiban agama, adalah orang pertama yang memberikan suaranya di Iran.

"Pilihlah sesegera mungkin... hari ini mata teman-teman dan simpatisan Iran tertuju pada hasil (pemilu). Buatlah teman-teman senang dan kecewakan musuh-musuh mereka," kata Khamenei, 84 tahun, kepada televisi pemerintah.

Pemilu ini merupakan upaya formal pertama untuk mengukur opini publik setelah protes anti-pemerintah pada 2022-2023 berubah menjadi kekacauan politik terburuk sejak Revolusi Islam pada 1979.

Para penguasa Iran membutuhkan jumlah pemilih yang tinggi untuk memperbaiki legitimasi mereka, yang rusak akibat kerusuhan. Namun, jajak pendapat resmi menunjukkan hanya sekitar 41% warga Iran yang akan memilih.

Jumlah pemilih mencapai rekor terendah sebesar 42,5% pada pemilu parlemen pada 2020, sementara sekitar 62% pemilih berpartisipasi dalam pemilu parlemen pada 2016.

Kementerian dalam negeri mengatakan lebih dari 15.000 kandidat akan mencalonkan diri untuk parlemen yang mempunyai 290 kursi. Hasil parsial mungkin muncul pada Sabtu.

Aktivis dan kelompok oposisi Iran menyebarkan tagar #VOTENoVote dan #ElectionCircus di Twitter secara luas di media sosial, dengan alasan bahwa jumlah pemilih yang tinggi akan melegitimasi Republik Islam.

"Saya mengupayakan perubahan rezim. Saya memutuskan untuk tidak memilih karena hal itu hanya akan memperkuat kekuasaan Republik Islam," kata mahasiswa Universitas Mehran, 22 tahun, di pusat kota Isfahan. "Saya ingin hidup bebas."

Peraih Hadiah Nobel Perdamaian yang dipenjara, Narges Mohammadi, seorang pembela hak-hak perempuan, menyebut pemilu tersebut sebagai upaya "palsu".

Parlemen, yang didominasi oleh kelompok garis keras selama lebih dari dua dekade, mempunyai dampak yang kecil terhadap kebijakan luar negeri dan pertikaian nuklir dengan Barat, isu-isu yang ditentukan oleh Khamenei.

BEBERAPA KRISIS

Seorang ulama Iran berfoto setelah memberikan suara pada pemilihan parlemen di tempat pemungutan suara di Teheran, Iran, 1 Maret 2024. Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS

Dengan kelompok kelas berat moderat dan konservatif tidak ikut serta dan kelompok reformis menyebutnya sebagai “pemilihan yang tidak bebas dan tidak adil”, persaingan terjadi antara kelompok garis keras dan konservatif yang menyatakan kesetiaan pada cita-cita revolusioner Islam.

Banyak warga Iran yang pro-reformasi masih memiliki kenangan menyakitkan tentang penanganan kerusuhan nasional yang dipicu oleh kematian seorang wanita muda Iran-Kurdi dalam tahanan pada 2022. Aksi protes atas kematian Mahsa Amini kemudian diatasi dengan tindakan keras yang melibatkan penahanan massal dan bahkan eksekusi demonstran.

Kesulitan ekonomi menimbulkan tantangan lain. Banyak analis mengatakan bahwa sejumlah besar warga Iran tidak lagi berpikir bahwa ulama yang berkuasa mampu menyelesaikan krisis ekonomi yang disebabkan oleh penerapan kembali sanksi-sanksi Amerika Serikat setelah kegagalan menghidupkan kembali perjanjian nuklir Iran, salah urus dan korupsi.

Pemilu ini diadakan pada saat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, di mana Israel berperang melawan kelompok Islam Palestina Hamas yang didukung Teheran di Gaza, dan kelompok-kelompok yang didukung oleh Iran menyerang sasaran-sasaran Israel dan AS di Lebanon dan Laut Merah.

Khamenei menuduh “musuh-musuh” negaranya – istilah yang biasa ia gunakan untuk Amerika Serikat dan Israel – berusaha menciptakan keputusasaan di kalangan pemilih Iran.

Pemilihan parlemen ini dibarengi dengan pemungutan suara untuk Majelis Ahli yang mempunyai 88 kursi, sebuah badan berpengaruh yang mempunyai tugas memilih pengganti Khamenei yang berusia 84 tahun.

REUTERS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus