Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jalan Pulang Akan Panjang

9 Juni 2014 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sersan Bowe Bergdahl tak bisa langsung bertemu dengan keluarganya. Setelah dijemput anggota Pasukan Khusus di Afganistan, ia harus mampir di beberapa tempat, dengan kepastian waktu yang tak jelas. Jalan pulang rupanya akan cukup panjang dan terjal.

Setelah diterbangkan dari Afganistan pada Ahad dua pekan lalu, ia langsung dirawat di Pusat Kesehatan Regional Landstuhl, Jerman. "Dia sedikit kehilangan berat badan," kata Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat Susan Rice kepada CNN. Seorang pejabat Departemen Pertahanan menyatakan Bergdahl kesulitan berbicara bahasa Inggris. Tak jelas penyebabnya.

Yang pasti, di fasilitas militer Amerika itu, Bergdahl akan mendapat bantuan awal untuk "reintegrasi" ke masyarakat, yakni mulai menjalani dekompresi, proses agar Bergdahl kembali benar-benar sehat jiwa-raga.

Menurut purnawirawan kolonel Angkatan Darat yang memantau proses reintegrasi tahanan perang Korea, Elspeth Ritchie, proses dekompresi memiliki banyak tujuan. Seperti pengalamannya, di antaranya menyiapkan orang seperti Bergdahl dalam menghadapi media. "Juga ada pertanyaan intelijen. Apa yang tahanan perang ketahui tentang pihak lain," ujarnya.

Menurut juru bicara United States Army South (Angkatan Darat di Komando Selatan), Arwen Counsel, setelah para dokter menyatakan Bergdahl cukup kuat, ia akan diterbangkan ke Pusat Kesehatan San Antonio, Texas. Tim terpadu yang berisi berbagai ahli, di antaranya tenaga medis, psikolog, bahkan pengacara dan ahli hubungan masyarakat, siap membantunya.

Pertemuan dengan keluarga pada awalnya tak akan bebas, tergantung kondisi Bergdahl. Kegiatan sehari-hari anak bungsu dari dua bersaudara ini akan berfokus pada empat hal, yakni perawatan kesehatan, dukungan psikologi, wawancara, dan dukungan keluarga. "Ini untuk membantu orang yang telah kehilangan kontrol atas hidup mereka selama bertahun-tahun buat kembali mendapatkan kontrol tersebut setahap demi setahap," kata Counsel. Tak ada batasan waktu untuk program itu.

Setelah proses di San Antonio berakhir, Bergdahl bisa kembali ke pasukannya di Alaska atau minta ditugaskan ke tempat lain.

Tapi yang akan lebih berat dihadapi Bergdahl adalah bagaimana ia bisa mengatasi kontroversi atas pertukarannya dengan lima mantan pejabat Taliban. Juga tudingan keras sebagian kawannya saat bertugas di Afganistan.

Rekan satu peletonnya, Matt Vierkant, mengungkapkan Bergdahl sebenarnya melakukan desersi. Bahkan ia menuding Bergdahl-lah yang menyebabkan beberapa temannya tewas dalam upacara pencarian atas dirinya.

Mantan pejabat militer senior yang ada dalam penjelasan soal investigasi menghilangnya Bergdahl juga mengatakan Bergdahl meninggalkan markas diam-diam. Ia meninggalkan catatan. Isinya: ia mengaku kecewa terhadap Angkatan Darat dan tidak mendukung misi Amerika di Afganistan. Ia pun berniat memulai hidup baru. Bergdahl hanya membawa tas punggung, air, pisau, notebook, dan alat tulis. Senjatanya ia tinggalkan.

Mantan anggota peleton Bergdahl yang lain, Cody Full, menambahkan keanehan Bergdahl. Pria yang pernah tinggal di biara Buddha ini biasa berlama-lama menatap pegunungan dan mengatakan bahwa dia penasaran apakah bisa mencapai Cina dari sana. Bergdahl juga jarang bergabung dengan teman-temannya minum bir bersama atau barbekyu. "Dia selalu di tempat tidurnya," kata Full.

Kawan lainnya, Joshua Cornelison, lebih keras, "Dia harus bertanggung jawab karena telah menempatkan saya dan 20 orang lain di peleton kami ke dalam neraka selama 90 hari."

Bergdahl beruntung pemerintah tetap membela pertukarannya. "Ketika kalian di angkatan laut dan kalian jatuh dari kapal, tidak jelas apakah karena didorong, terjatuh, atau melompat, kami akan membelokkan kapal dan menjemput kalian," kata juru bicara Pentagon, Laksamana Muda John F. Kirby.

Yang pasti, drama Sabtu dua pekan lalu bukan sebuah akhir penderitaan Bergdahl dan keluarganya. Sebaliknya, "Ini adalah awal bagi Jani dan saya serta seluruh keluarga kami. Ada proses yang panjang," ucap ayah Bowe Bergdahl, Bob Bergdahl.

Purwani Diyah Prabandari (CNN, The New York Times, NBC News)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus