Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pukul 19.00, Sabtu dua pekan lalu. Puluhan anggota pasukan Operasi Khusus Amerika Serikat turun dari helikopter Black Hawk di Provinsi Khost, Afganistan timur. Mereka disambut 18 anggota pasukan Taliban. Di antara mereka, ada Sersan Bowe Bergdahl, 28 tahun.
Hanya beberapa menit, tanpa banyak omongan, Pasukan Khusus Amerika langsung membawa Bergdahl ke helikopter. Bawaan Berghdal dibuang. Mereka terbang menuju pangkalan pasukan Amerika terdekat.
Dalam video yang dikeluarkan Taliban pada Rabu pekan lalu terlihat Bergdahl mengenakan pakaian tradisional Afganistan warna putih. Juga ada syal besar menyelubungi pundaknya.
Pada saat yang sama, ketegangan melanda Gedung Putih, yang memantau penjemputan Bergdahl di Afganistan. Saat itu sekitar pukul 10.30 waktu Washington, DC. Setelah penjemputan beres, Presiden Barack Obama menghubungi orang tua Bergdahl, Robert dan Jani Bergdahl. Warga Hailey, Idaho, ini kebetulan sedang berada di Washington. Obama memberi tahu bebasnya anak mereka, setelah menjalani penyekapan sekitar lima tahun.
Robert dan Jani Bergdahl pun ke Gedung Putih. Di Rose Garden (Taman Mawar) Gedung Putih, keduanya mengapit Obama memberikan keterangan. "Sekarang prioritas utama kita adalah agar Bowe mendapat perawatan dan dukungan yang dia perlukan, dan bahwa dia bisa bersatu kembali dengan keluarganya secepat mungkin," kata Obama.
Orang tua Bergdahl begitu gembira anak mereka dalam "perjalanan" pulang. "Kami tak sabar lagi untuk merangkul satu-satunya anak laki-laki kami."
Di Kuba, pada sore harinya, lima tahanan dikeluarkan dari penjara Amerika di Teluk Guantanamo. Mereka adalah pejabat level menengah Taliban, yakni Mohammad Nabi Omari (pejabat lokal Taliban), Mullah Narullah Noori (mantan gubernur), Mullah Mohammad Fazl (mantan deputi menteri pertahanan), Abdul Haq Wasiq (mantan pejabat tinggi intelijen), dan Khirullah Wali Khairkhwa (mantan menteri dalam negeri dan gubernur). Kelimanya langsung terbang menuju Qatar.
Drama di tiga tempat pada Sabtu dua pekan lalu itu adalah puncak perjuangan keluarga dan pemerintah Amerika untuk membebaskan Bowe Bergdahl. Bergdahl menghilang dari markasnya di Afganistan bagian timur, di Provinsi Paktika, pada 30 Juni lima tahun silam. Ia kemudian diketahui ditahan kelompok militan yang diyakini oleh Amerika adalah jaringan Haqqani di kawasan barat laut Pakistan, di sekitar perbatasan dengan Afganistan.
Sejak itu, pencarian dilakukan. Kawan-kawan peletonnya mengerahkan anjing pelacak dan helikopter Apache untuk mencarinya. Bahkan drone (pesawat tanpa awak) Predator juga dikerahkan. Pencarian intensif dilakukan hingga 90 hari, tanpa hasil.
Di Hailey, Idaho, keluarganya tak diam. Mereka terus mendesak pemerintah Obama untuk menemukan anaknya.
Gedung Putih juga bergerak, meskipun kadang berjalan, kadang berhenti. Beberapa pilihan pernah muncul dan dikaji, di antaranya penyelamatan oleh Komando Operasi Khusus, yang sangat berisiko bagi Bergdahl. Tapi pertukaran lebih dipilih karena kemungkinan berhasilnya dinilai lebih besar.
Harapan muncul pada November tahun lalu. Menurut pejabat senior Amerika, Taliban menunjukkan tanda siap berbicara dengan Amerika untuk pertukaran. "Ini satu-satunya isu yang kami diskusikan dengan Taliban dalam beberapa bulan ini," ucap seorang pejabat senior Amerika kepada The New York Times.
Isu-isu lain, seperti perdamaian dan rekonsiliasi dengan pemerintah Afganistan, tak disentuh. Taliban digulingkan dari tampuk kekuasaan Afganistan dalam invasi pasukan yang dipimpin Amerika setelah serangan 11 September 2001.
Perundingan tak berjalan langsung di antara kedua pihak. Ada Qatar yang berperan menjadi penengah. Sebelumnya, kelompok penahan Bergdahl menyatakan kepada Qatar bahwa mereka siap melakukan pertukaran. Bergdahl ditukar dengan sekelompok kecil tahanan Teluk Guantanamo.
Semula perundingan berjalan tertatih-tatih. Pembahasan alot dalam berbagai isu, di antaranya soal pembatasan saat pertukaran dan setelah pertukaran. Perundingan menjadi lebih serius setelah militer Amerika menerima video yang menunjukkan kondisi kesehatan Bergdahl yang terlihat menurun pada Januari lalu. Menteri Pertahanan Chick Hegel menunjuk Michael Lumpkin, Asisten Menteri Pertahanan untuk Operasi Khusus/Konflik Berintensitas Rendah, sebagai wakil Pentagon untuk perundingan.
Baru pada pertengahan Mei lalu pembicaraan menjadi sangat intensif dan kesepakatan perlahan mulai tercapai. Pada Selasa sebelum pertukaran, Presiden Obama menghubungi Emir Qatar Tamim bin Hamad al-Thani. Keduanya sama-sama memberi jaminan mengenai proses transfer. Obama juga menyetujui pertukaran Bergdahl dengan lima tahanan penting di Teluk Guantanamo.
Seluruh proses perundingan dilangsungkan diam-diam. Seorang pejabat Barat di Kabul menyatakan kepada The New York Times bahwa para pejabat Amerika khawatir, jika terjadi kebocoran, proses pertukaran bisa luluh-lantak.
Perundingan berlangsung tanpa setahu pemerintah Afganistan. Posisi Presiden Hamid Karzai adalah menentang perundingan Amerika dengan Taliban. Menurut dia, pemerintahnyalah satu-satunya entitas yang seharusnya terlibat dalam perundingan langsung dengan Taliban.
Kongres Amerika pun tak diberi tahu soal pertukaran ini. Kepada CNN, Ketua Komite Angkatan Bersenjata Kongres yang berasal dari Partai Republik, Buck McKeon, mengatakan stafnya memang mendapat informasi sangat singkat setelah pertukaran.
Akhirnya, Sabtu dua pekan lalu, Bergdahl bebas. Setelah sehari di markas militer Amerika di Afganistan, ia segera diterbangkan ke Pusat Kesehatan Regional Landstuhl, Jerman, sebelum dibawa pulang ke Amerika.
Sedangkan kelima mantan "pejabat" Taliban akan tinggal bersama keluarganya di Qatar. Sesuai dengan kesepakatan, mereka akan dikenai beberapa pembatasan keamanan, di antaranya larangan melakukan perjalanan selama setahun.
Pertukaran Sersan Bowe Bergdahl dengan orang-orang penting Taliban membawa pemerintah Obama memasuki babak "pertempuran" baru. Mereka kini harus menghadapi serangan bertubi-tubi dari politikus Partai Republik dan teman-teman satu peleton Bergdahl saat masih bertugas di Afganistan. Juga dari politikus Demokrat sendiri.
"Bergdahl melakukan desersi dalam masa perang dan teman-teman Amerikanya kehilangan nyawa saat mencarinya," kata teman sepeleton Bergdahl, Matt Vierkant. Menurut Vierkant, Bergdahl tak hanya harus mengakui tindakannya ke publik, tapi juga harus menjalani pengadilan militer untuk tindakan desersinya.
Lawan politik Obama tak kalah lantang. "Kita telah mengubah jejak di Afganistan, yang akan menempatkan tentara dalam ancaman, bahwa jika saya bisa mendapat satu, saya akan bisa membebaskan lima Taliban," ujar Mike Rogers, Ketua Komite Intelijen Dewan Perwakilan Rakyat.
Ada tudingan pertukaran itu melanggar mantra penting Amerika: tidak bernegosiasi dengan teroris. Tokoh Republik di Komite Angkatan Bersenjata di DPR dan Senat, Howard McKeon dan James M. Inhofe, meyakini tindakan diam-diam pemerintah dalam pertukaran melanggar undang-undang. Dalam undang-undang federal disebutkan Menteri Pertahanan harus memberi tahu Kongres 30 hari sebelum dilakukan transfer tahanan dari fasilitas Guantanamo.
Pemerintah pun sibuk di berbagai arena. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Caitlin Hayden, mengeluarkan pernyataan 450 kata. Dalam pernyataan itu disebutkan tidak diperlukannya pemberitahuan kepada Kongres karena pasal itu tak berlaku untuk "keadaan unik". Menurut dia, kalau dilakukan pemberitahuan 30 hari sebelum pertukaran, bisa jadi malah akan membahayakan Bergdahl. Pada 2011-2012, Kongres menentang pilihan pertukaran Bergdahl.
Juru bicara Departemen Pertahanan, Jen Paski, juga ikut sibuk meredakan serangan. "Sersan Bergdahl adalah anggota militer yang ditahan saat konflik bersenjata," katanya. "Itu jelas kondisi unik."
Di arena lain, Gedung Putih mengirim orang untuk mendinginkan suasana. Kepala Staf Gedung Putih Denis McDonough menyambangi Capitol Hill, Selasa pekan lalu. Di acara makan siang mingguan kaukus, ia mencoba menenangkan para politikus Demokrat.
Sedangkan pada Senin malam, Deputi Penasihat Keamanan Nasional Antony Blinken menghubungi senator Dianne Feinstein, Ketua Komite Intelijen Senat. Menurut Feinstein, Blinken meminta maaf karena tak memberi tahu Kongres. Senator Saxby Chamblish dari Partai Republik juga menerima permintaan maaf pada malam yang sama.
Obama tampaknya tak terlalu terganggu oleh suasana itu. Di Warsawa, Selasa pekan lalu, ia tetap tegas membela kebijakannya. "Amerika Serikat selalu memiliki aturan sakral. Kami tidak meninggalkan pria dan wanita berseragam (tentara)," ujarnya.
Purwani Diyah Prabandari (Foreign Policy, The New York Times, CNN)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo