Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Jeju Air Jatuh, Mengapa Serangan Burung Bisa Menyebabkan Kecelakaan Pesawat?

Serangan burung atau bird strike disebut sebagai penyebab jatuhnya pesawat Jeju Air. Apa itu serangan burung?

30 Desember 2024 | 16.01 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sebuah pesawat melintas saat kawanan burung jalak bermigrasi menghiasi langit Roma, Italia, 29 Januari 2018. Burung jalak akan bermigrasi ke Israel untuk menghindari musim dingin di habitat mereka. REUTERS/Tony Gentile

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Serangan burung atau bird strike disebut sebagai penyebab jatuhnya Jeju Air yang terbang dari Bangkok, Thailand ke Korea Selatan pada Minggu, 29 Desember 2024. Hanya dua dari 181 orang di dalam pesawat yang selamat. Sebanyak 179 korban lainnya yang terdiri dari 175 penumpang dan 4 awak pesawat tewas terbakar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jeju Air adalah maskapai penerbangan Korea Selatan berbiaya rendah. Maskapai ini menggunakan pesawat Boeing 737-800 yang sudah berumur 15 tahun. Sebelum celaka, menara pengawas sudah memperingatkan akan adanya serangan burung atau bird strike. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Beberapa menit kemudian, pilot mengeluarkan peringatan "mayday" dan mencoba mendarat lagi. Rekaman video memperlihatkan pesawat, dengan roda pendaratan masih ditarik, mencoba mendarat dengan posisi perut.

Video dramatis menunjukkan pesawat meluncur di landasan pacu dengan asap mengepul di belakangnya. Pesawat menabrak dinding di ujungnya dan terbakar.

Para penumpang berusia tiga hingga 78 tahun, semuanya warga Korea kecuali dua warga Thailand, kata pihak berwenang. Petugas berhasil menyelamatkan dua orang yang selamat yaitu pramugari berusia 25 dan 33 tahun, dari reruntuhan pesawat.

Penyelidikan penyebab jatuhnya pesawat sedang dilakukan. Para pejabat mencurigai serangan burung dan cuaca buruk menjadi faktor utama.

"Itu pasti serangkaian peristiwa bencana besar yang mengakibatkan hilangnya nyawa dalam jumlah besar," kata konsultan penerbangan Philip Butterworth-Hayes yang dilansir dari Channel News Asia.

"Sistem perlindungan tabrakan di kapal sangat tangguh," katanya. Ia menggambarkan bencana itu adalah insiden paling serius yang pernah dilihat dalam beberapa tahun terakhir.

Ketika ditanya apakah landasan pacu mungkin terlalu pendek, seorang pejabat mengatakan ini kemungkinan bukan faktor utama. Dengan panjang 2.800 meter, pesawat berukuran serupa sudah beroperasi di sana tanpa masalah.

Apa Itu Serangan Burung?

Serangan burung diduga menjadi penyebabnya. Tabrakan antara burung dan pesawat terbang saat terbang dapat membahayakan pesawat terbang. Menurut Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), badan PBB, pesawat jet dapat kehilangan tenaga jika burung terhisap ke dalam saluran masuk udaranya.

Tabrakan dengan burung telah menyebabkan sejumlah kecelakaan fatal di seluruh dunia. "Kami mengamati burung besar menabrak mesin, dan seperti yang kami ketahui, sangat jarang terjadi," kata Butterworth-Hayes.

Ia menyebutkan insiden "Miracle on the Hudson" yang terkenal pada tahun 2009, ketika sebuah Airbus A320 milik US Airways terpaksa mendarat darurat di Sungai Hudson, New York. Pesawat kehilangan daya setelah sebuah burung menabrak dan merusak kedua mesinnya. Semua penumpang berhasil menyelamatkan diri.

Pakar Ragukan Serangan Burung Penyebab Celaka 

Meskipun burung besar khususnya dapat membahayakan pesawat terbang, sejumlah ahli penerbangan meragukan alasan itu menjadi penyebab jatuhnya Jeju Air. Sangat tidak biasa jika tabrakan burung saja dapat menyebabkan kecelakaan.

Dane Williams, direktur konsultan Aviation Safety Asia, mengatakan bahwa sangat tidak mungkin seekor burung menjatuhkan pesawat modern seperti Boeing 787-800. “Mesinnya dirancang untuk benar-benar mengeluarkan benda asing,” kata Williams dilansir dari Al Jazeera.

Geoffrey Thomas, pemimpin redaksi Airline Ratings yang berkantor pusat di Australia, mengatakan tabrakan burung kemungkinan besar hanya sebagian menjadi penyebab. Bukti menunjukkan bahwa pesawat mengalami kegagalan listrik karena berhenti mengirimkan data lokasi, yang dikenal sebagai “data ADS-B,” ke kontrol lalu lintas udara tak lama setelah menyatakan Mayday, kata Thomas.

"Tampaknya pilot-pilot ini mengalami kegagalan beruntun, yang sifat pastinya tidak kami ketahui. Yang kami tahu adalah data ADS-B berhenti, mereka tidak menggunakan penutup sayap untuk mendarat, dan mereka tidak menggunakan roda pendaratan," kata Thomas.

Perlu waktu lama untuk mengetahui penyebab kecelakaan. Meski salah satu kotak hitam pesawat sudah ditemukan, dibutuhkan berbulan-bulan untuk mengetahui alasan jatuhnya pesawat. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus