Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Masyarakat Jepang mengheningkan cipta selama satu menit pada Sabtu 11 Maret 2023 untuk mengenang para korban gempa bumi dan tsunami 2011. Upacara tersebut disiarkan langsung oleh lembaga penyiaran Jepang, NHK.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tayangan televisi menunjukkan orang-orang yang kehilangan orang yang dicintai karena tsunami meletakkan bunga, berdoa sambil menangis dan membungkuk di depan kuburan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Hai teman-teman, sudah 12 tahun,” penyiar publik NHK menunjukkan Fumiko Sugawara, 73 tahun, menceritakan makam anggota keluarganya, termasuk suaminya.
“Kami selamat, jadi tolong jaga kami,” kata penduduk Kesennuma, kota yang rata dengan ombak besar yang menerjang ke darat.
Gempa berkekuatan 9,0 skala Richter -- terkuat keempat dalam sejarah yang tercatat di Bumi -- meluluhlantahkan timur laut Jepang 12 tahun lalu. Gempa dahsyat yang mengguncang negara itu kemudian disusul oleh tsunami dan kecelakaan di pembangkit listrik Fukushima Daiichi.
Upacara berkabung hari ini diselenggarakan oleh otoritas Prefektur Fukushima untuk memperingati 12 tahun tragedi tersebut. Fukushima menjadi salah satu dari tiga wilayah yang paling terkena dampak bencana gempa pada waktu itu.
Gempa bawah laut menimbulkan tsunami yang menyebabkan sekitar 22.200 orang tewas atau hilang dan sistem pendingin di pabrik Fukushima Daiichi kewalahan, yang menyebabkan bencana nuklir terburuk sejak Chernobyl.
Bencana nuklir ini juga memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka dan mengubah daerah terdekat menjadi kota hantu. Sejumlah besar radiasi dilepaskan ke udara, tanah, dan air di sekitar PLTN tersebut.
Pada Januari, Pengadilan Tinggi Tokyo mempertahankan pembebasan tiga mantan eksekutif TEPCO, sekali lagi membebaskan mereka dari kelalaian profesional atas bencana tersebut.
Namun dalam putusan perdata terpisah tahun lalu, ketiganya - ditambah satu mantan pejabat lainnya - diperintahkan untuk membayar 13,3 triliun yen karena gagal mencegah kecelakaan itu.
Jumlah kompensasi yang sangat besar diyakini sebagai yang terbesar untuk kasus perdata Jepang, meskipun pengacara mengakui itu jauh di luar kemampuan terdakwa untuk membayar.
AL ARABIYA