MAO Zedong hidup kembali, menghibur para remaja dari Beijing, Shanghai, sampai Guangzhou dan kota-kota besar lainnya di Cina. Dari warung-warung kala oke, yang belakangan ini bermunculan di Cina, bergema lagu-lagu pujaan buat Mao yang dulu populer di tahun 1950-an dan 1960-an. Memang bukan irama yang dulu, tapi lagu pujaan dengan irama rock. Inilah upaya pemerintah Cina komunis melawan lagu-lagu dari Hong Kong dan Taiwan, yang dianggap menimbulkan "dekadensi moral". Awalnya adalah meruyaknya selundupan rekaman dari Hong Kong dan Taiwan meramaikan warung-warung kala oke (karaoke) itu. Lihat saja, misalnya, di jalan utama Wangfuqing, Beijing. Sebuah tempat dengan lampu warna-warni, yang mulai berkedip-kedip ketika toko-toko sekitarnya tutup, dan gelap mulai merayap. Ketika itulah para muda-mudi Cina berdatangan. Tak lama kemudian suara bising mulai terdengar di dalamnya. Paling sering terdengar adalah lagu-lagu Teresa Teng, biduan Taiwan yang sedang digemari di Cina kini. Sampaisampai ia dijuluki "Deng yang lain" (Deng yang satu lagi tentu saja Deng Xiaoping). "Teng" dalam ejaan baru Cina jadi "deng". Namun, kegembiraan para remaja ini mencemaskan para penguasa komunis konservatif. Hanya, pada zaman komunisme runtuh di mana-mana, para penguasa Cina lalu tak main larang dan tutup. Mereka mencoba menarik kembali para remaja ke rel Partai dengan jalan yang lebih fair. Yakni, itu tadi, dengan memproduksi kembali lagu-lagu pujaan pada ketua Mao. Merah di Timur, Berlayar Bernakhoda Agung, dan Persatuan di Atas Segalanya yang sangat populer pada masa Revolusi Kebudayaan (1966-1969) ketika Mao dipuja bagaikan dewa, berkumandang kembali. Tak jelas, apa kata para kritikus musik di Cina tentang lagu rock pujaan Mao itu. Yang pasti, lagu itu laku keras. Konon, di Provinsi Anhui saja lagu Merah di Timur gaya baru itu terjual sampai satu juta kaset. Kini sedang dibuat lagu Merah di Timur II. Namun, benarkah para remaja kembali menggandrungi Mao? Harian Tentara Pembebasan yang terbit di Shanghai bersikap skeptis. Tulisnya, jangan-jangan kaum muda membeli lagu Mao bukan karena syairnya tapi karena iramanya cocok untuk berhura-hura. Mungkin harian itu benar. Coba lihat, di warung kala oke di Jalan Wangfuqing itu, begitu suasana mulai panas, adu jingkrak dimulai, dan lagu tak putus-putus. Sehabis Bila Kau Kembalinya Teresa Teng, lagu Mao pun diputar. Dan para remaja tetap berjingkrak, tak peduli syairnya adalah syair Partai: Merah di Timur, Matahari Terbit, Cina Melahirkan seorang Mao Zedong. A. Dahana
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini