Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Bila barat menolong timur

Kunjungan wartawan tempo ke bekas jerman timur. kapitalis bagi bekas negara sosialis tak menguntungkan. pengangguran dan penutupan pabrik terjadi di mana-mana. warga jer-tim bahagia setelah unifikasi.

14 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR menjadi kesepakatan para pengamat, jalan kapitalis bagi bekas negara-negara sosialis bukan jalan nyaman. Contohnya adalah bagaimana bekas Jerman Timur mencoba menyamakan diri dengan bekas Jerman Barat, sekalipun tersedia modal cukup besar. Misalnya, dana dari (Jerman) Barat ke Timur di akhir tahun lalu saja berjumlah 288 juta DM atau sekitar Rp 290 milyar. Menurut rencana, dana yang disediakan untuk sektor itu sampai tahun 1994 berjumlah 500 juta DM (sekitar Rp 500 milyar). Dana itu memang terasa sepanjang perjalanan sekitar dua jam dengan bus dari Berlin menuju Magdeburg, ibu kota Provinsi Sachsen-Anhalt, salah satu dari negara bagian Jerman Timur yang baru saja diintegrasikan. Ketika melewati pinggiran Kota Potsdam, ibu kota Brandenburg, bus berjalan dengan sangat lambat karena jalan-jalan sedang dalam perbaikan berat. Di sana-sini kelihatan para buruh yang dari wajahnya seperti orang asing, sibuk menggali dan mengaspal. Magdeburg, kalau dilihat dari jumlah penduduk yang hanya 300.000 jiwa, menurut ukuran Indonesia adalah sebuah kota kecil. Tapi, jalan cukup ramai dan kehidupan gaya Barat sudah kelihatan tanda-tandanya. Di jalan utama di muka Hotel Internasional yang berarsitektur sosialistis berseliweran mobil buatan Eropa Barat. Juga taksi-taksi Baby Benz dan BMW model terakhir, yang berdampingan dengan mobil Traban buatan masa sosialis yang masih banyak berkeliaran. Masalah ekonomi yang dihadapi Magdeburg bisa disebut sebagai contoh dari persoalan besar yang dihadapi oleh bekas negara sosialis. Itulah yang diterangkan oleh Ulrich, Ketua Asosiasi Kerajinan Sachsen-Anhalt, yang beranggotakan sekitar 10.000 perusahaan. Di Jerman yang namanya "kerajinan" adalah perusahaan menengah dan kecil, dan Tuan Ulrich sendiri adalah pemilik pabrik roti. Ulrich, yang lagaklagu dan bicaranya masih sangat formal, mengatakan, akibat dari sistem sosialis dan perencanaan terpusat, ekonomi negara bagian itu boleh dikatakan lumpuh. Sekitar 30% dari sekitar 300.000 tenaga kerja terpaksa menganggur karena hasil industrinya yang berkualitas rendah tidak laku di pasaran. Semuanya itu disebabkan kebangkrutan 60% industri. Setelah unifikasi, pabrik-pabrik itu ditutup karena tingkat pencemaran yang melebihi batas maksimal nasional dan juga karena mesin-mesinnya kebanyakan telah berusia lebih dari 35 tahun. Sebagian besar pabrik di negara bagian itu bergerak dalam industri berat. Sebagai akibatnya, Pemerintah Federal sekali lagi harus menguras kantongnya dalamdalam. Cara yang ditempuh adalah dengan memensiunkan secara dini para buruh yang dulu semuanya pegawai pemerintah. Sebagian buruh yang masih bisa dipekerjakan disalurkan ke perusahaan perusahaan swasta yang disubsidi untuk menerima mereka. Sebagian lagi dididik untuk memperoleh keterampilan baru. Menurut Ulrich, perusahaan kecil dan menengah, walaupun tadinya milik pemerintah, masih lebih beruntung ketimbang industri berat. Perusahaan-perusahaan yang sekarang sudah diswastakan itu sanggup menyesuaikan diri pada sistem ekonomi pasar dalam waktu relatif singkat. Bahkan kata Ulrich, ekonomi Sachsen-Anhalt akan bisa menyamai kemakmuran Barat dalam waktu empat sampai lima tahun mendatang. Para birokrat negara bagian umumnya sangat optimistis. Mereka menyebutkan posisi negara bagian yang berbatasan dengan Eropa Timur dan negara-negara bekas Uni Soviet itu merupakan faktor yang menguntungkan. Mereka berharap dalam waktu yang tak terlalu lama perdagangan dengan negara-negara bekas Uni Soviet dan bekas satelit-satelitnya akan berkembang. Penguasaan bahasa Rusia mereka anggap sebagai nilai lebih dalam menjelang masa itu. Yang menarik, adakah rakyat di wilayah-wilayah bekas Jerman Timur bahagia setelah unifikasi? Pol tahun silam menunjukkan hampir 60% dari responden menyatakan dirinya bahagia. Tapi angka itu bisa saja menyesatkan. Seorang sopir taksi dengan penuh kekecewaan memaki-maki keadaan yang sekarang ini. Katanya, ekonomi makin buruk karena banyak orang menganggur. Tapi diakuinya di bawah rezim sosialis dulu orang pada umumnya malas, karena tanpa bekerja keras semuanya telah tersedia. Seorang sopir taksi lain, lebih muda, lebih berterus terang. Ia mengaku telah membawa taksi selama lima tahun, sejak negara masih di bawah rezim sosialis. Dibanding dulu, katanya dalam bahasa Inggris patahpatah, pendapatan per harinya jauh berkurang. Alasannya sekarang ini lebih banyak taksi berkeliaran di jalan dan karenanya ia harus bersaing. Memang, persaingan adalah satu kosa kata baru yang harus dimengerti oleh rakyat bukan saja rakyat bekas Jerman Timur, tapi juga rakyat semua negara bekas negara sosialis. Untung bagi Jerman, unifikasi terjadi ketika ekonomi negara (Jerman Barat) sedang berada pada masa jaya-jayanya. Ekonomi Jerman (Barat) adalah ekonomi yang paling jempol di Eropa pada masa ini. Tapi tak urung itu merupakan beban berat yang harus dipikulnya. Para birokrat di Timur dengan optimistis mengatakan itu hanya akan berlangsung selama 4-5 tahun, sedangkan para pejabat di Bonn (Jerman Barat) berpendapat unifikasi di pelbagai bidang baru akan dicapai secara penuh paling tidak selama satu generasi. Ditambah dengan menghadapi proses persatuan ekonomi Eropa, beban unifikasi Jerman makin terasa berat karena negeri itu harus mendudukkan dirinya sama dan setingkat dengan ekonomi negara-negara Eropa lain yang lebih rendah. Spanyol dan Portugis, misalnya. Tapi Jerman adalah "Jepang"nya Eropa, seperti juga Jepang yang "Jerman"nya Asia. Keduanya dikenal "tahan banting".

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus