Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Berpaling ke agama

Para penguasa cina cemas. reformasi ekonomi mengakibatkan orang-orang muda terdorong berpaling pada agama di beberapa wilayah, 33% kaum muda berpartisipasi dalam kegiatan agama.

14 Maret 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AGAMA adalah candu, kata doktrin komunisme. Tampaknya penguasa Cina masih berpegang pada pendapat ini, walaupun konstitusi RRC menjamin hak setiap warga negaranya untuk memeluk agama. Sikap penguasa tersebut terungkap dalam tiga dokumen yang "nyasar" ke luar Cina dan jatuh ke tangan kantor berita The Associated Press, Amerika. Ketiga dokumen rahasia itu mengungkapkan kecemasan Beijing pada makin banyaknya anak muda yang pergi ke gereja dan masjid. Di beberapa wilayah, disebutkan partisipasi kaum muda dalam kegiatan keagamaan mencapai angka 33%. Dan di Provinsi Zhejiang, Cina Selatan, daerah yang sejak dulu dikenal sebagai pusat konsentrasi Kristen Protestan, sikap kaum mudanya terhadap Partai paling radikal. Misalnya, mereka tak lagi mau menghormati bendera nasional dan makam para pahlawan Cina. Dan ini karena mereka "mabuk" agama, kata dokumen itu. Menurut para pengamat, akhir-akhir ini di Cina agama memang mengalami kebangkitan kembali. Reformasi ekonomi, katanya, telah mendorong orang-orang muda berpaling pada agama. Yang menarik, bila dokumen ini benar, berpalingnya anak-anak muda ke agama terutama bukan karena masalah religinya. Tapi, sejalan dengan dampak ekonomi kapitalistis yang diterapkan, yang membuat anak muda gandrung pada yang kebarat-baratan, musik rock misalnya (lihat Jreng, Mao dalam Rock), mereka melihat Katolik dan Protestan khususnya, sebagai "barang impor". Karena itu, di Provinsi Shaanxi, tempat Katolik populer, pemerintah melarang anak-anak muda hadir dalam misa-misa di gereja, dikhawatirkan mereka bisa "kecanduan." Namun, pemerintah Cina belum mengalami kesulitan menghadapi gerakan agama selain di Xinjiang, provinsi yang mayoritas warganya Islam. Menurut kabar, sekitar dua tahun silam telah terjadi kerusuhan berdarah antara pasukan keamanan dan penduduk muslim lokal yang menginginkan kemerdekaan. Sejak itu masjid-masjid selalu diawasi, dan hampir tiap hari terjadi bentrokan antara aparat keamanan dan para muslim. Tampaknya, pemerintah Beijing khawatir bila semangat Xinjiang menular ke mana-mana. ADN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus