AGAMA adalah candu, kata doktrin komunisme. Tampaknya penguasa Cina masih berpegang pada pendapat ini, walaupun konstitusi RRC menjamin hak setiap warga negaranya untuk memeluk agama. Sikap penguasa tersebut terungkap dalam tiga dokumen yang "nyasar" ke luar Cina dan jatuh ke tangan kantor berita The Associated Press, Amerika. Ketiga dokumen rahasia itu mengungkapkan kecemasan Beijing pada makin banyaknya anak muda yang pergi ke gereja dan masjid. Di beberapa wilayah, disebutkan partisipasi kaum muda dalam kegiatan keagamaan mencapai angka 33%. Dan di Provinsi Zhejiang, Cina Selatan, daerah yang sejak dulu dikenal sebagai pusat konsentrasi Kristen Protestan, sikap kaum mudanya terhadap Partai paling radikal. Misalnya, mereka tak lagi mau menghormati bendera nasional dan makam para pahlawan Cina. Dan ini karena mereka "mabuk" agama, kata dokumen itu. Menurut para pengamat, akhir-akhir ini di Cina agama memang mengalami kebangkitan kembali. Reformasi ekonomi, katanya, telah mendorong orang-orang muda berpaling pada agama. Yang menarik, bila dokumen ini benar, berpalingnya anak-anak muda ke agama terutama bukan karena masalah religinya. Tapi, sejalan dengan dampak ekonomi kapitalistis yang diterapkan, yang membuat anak muda gandrung pada yang kebarat-baratan, musik rock misalnya (lihat Jreng, Mao dalam Rock), mereka melihat Katolik dan Protestan khususnya, sebagai "barang impor". Karena itu, di Provinsi Shaanxi, tempat Katolik populer, pemerintah melarang anak-anak muda hadir dalam misa-misa di gereja, dikhawatirkan mereka bisa "kecanduan." Namun, pemerintah Cina belum mengalami kesulitan menghadapi gerakan agama selain di Xinjiang, provinsi yang mayoritas warganya Islam. Menurut kabar, sekitar dua tahun silam telah terjadi kerusuhan berdarah antara pasukan keamanan dan penduduk muslim lokal yang menginginkan kemerdekaan. Sejak itu masjid-masjid selalu diawasi, dan hampir tiap hari terjadi bentrokan antara aparat keamanan dan para muslim. Tampaknya, pemerintah Beijing khawatir bila semangat Xinjiang menular ke mana-mana. ADN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini