Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DUA rumah gedong di sudut Jalan Kings dan Van Buuren di Bedfordview, Gauteng, Afrika Selatan, itu tak lagi ramai tamu. "Biasanya banyak orang masuk-keluar. Saat malam, lampu-lampu menyala terang, membuat rumah itu seperti pohon Natal," kata seorang perempuan yang tinggal tak jauh di Jalan Kings.
Para tetangga mengenali pria pemilik rumah bercat krem tersebut sebagai orang tajir. "Orangnya ramah dan kerap berganti mobil," ucap perempuan yang telah tinggal selama 11 tahun di jalan itu, seperti diberitakan The Citizen. Ia mengatakan saban hari ada Mercedes-Benz, Lexus, dan banyak mobil lain masuk rumah itu. "Ada enam atau tujuh penjaga yang selalu berpatroli."
Rumah yang dilengkapi kolam renang itu terakhir kali ramai saat Hari Valentine, Rabu dua pekan lalu. Kala itu puluhan polisi dari unit kejahatan khusus Hawks menggerebek kediaman Ashok Narayan tersebut. Narayan adalah bekas Direktur Pelaksana Sahara Systems, anak perusahaan Oakup Investments milik Gupta bersaudara. "Operasi ini berkaitan dengan investigasi proyek peternakan sapi perah Vrede," kata polisi.
Pada hari yang sama, unit Hawks juga menggeledah rumah gedong lain di Saxonwold, Johannesburg, kawasan elite sejauh 13 kilometer arah barat Bedfordview. Beralamat di Saxonwold Drive 5, rumah bercat putih gading yang dikelilingi tembok dengan pagar menjulang itu merupakan kediaman keluarga Gupta. "Kompleks ini pernah menjadi pusat kekuasaan di Afrika Selatan, tempat presiden dipanggil, menteri-menteri dan pejabat perusahaan pelat merah datang menghadap," tulis News24.
Operasi penggerebekan di Bedfordview dan Saxonwold merupakan kelanjutan penyelidikan dugaan korupsi keluarga Gupta. Salah satu yang diusut adalah proyek peternakan sapi perah Estina di Vrede, Provinsi Free State. Dana pemerintah daerah sebesar 200 juta rand (sekitar Rp 233 miliar) yang diperuntukkan bagi pemberdayaan para petani kulit hitam diduga mengalir ke rekening milik Gupta.
Penggeledahan properti keluarga Gupta terjadi bersamaan dengan lengsernya Jacob Zuma dari kursi Presiden Afrika Selatan. Meski sempat menolak perintah partainya, Kongres Nasional Afrika (ANC), politikus 75 tahun itu akhirnya mundur setelah berhari-hari menentang perintah tersebut. ANC mendesak Zuma mengundurkan diri atau ia didepak lewat mosi tidak percaya di parlemen.
Desakan mundur ini menguat setelah Zuma terseret sejumlah kasus korupsi, selain dirundung masalah kemerosotan ekonomi. Tuduhan korupsi terhadap Zuma dinilai merusak citra dan legitimasi ANC, partai yang telah membebaskan rakyat negeri itu dari diskriminasi ras selama puluhan tahun.
Hangwani Mulaudzi, juru bicara tim Hawks, mengatakan keluarga Gupta diduga menyalahgunakan kedekatan mereka dengan Zuma untuk mempengaruhi kebijakan kabinet. Dengan cara itu, Gupta bisa mengambil duit negara melalui proyek-proyek pemerintah bernilai jutaan dolar. "Kami tidak bermain-main dalam memastikan bahwa mereka yang bertanggung jawab," katanya, seperti dikutip The Guardian. Zuma dan Gupta bersaudara telah berulang kali membantah tudingan itu.
GUPTA bersaudara-Ajay Gupta, Atul Gupta, dan Rajesh Gupta-mengadu nasib ke Afrika Selatan pada 1993, dua tahun setelah sistem apartheid runtuh di negeri itu. Trio Gupta berpindah dari kampung halaman mereka di Saharanpur, Uttar Pradesh, India. Mereka tiba setahun sebelum Nelson Mandela, tokoh perjuangan anti-apartheid, memenangi pemilihan umum demokratis pertama di Afrika Selatan.
Atul Gupta merintis perusahaan Sahara Computers sebagai bisnis kecil keluarga itu. Sejak itu, Gupta bersaudara terus memperluas bisnis mereka. Dari usaha komputer, Gupta menjajaki sektor energi, pertambangan, penerbangan, teknologi, hingga media. Gupta bersaudara adalah pemilik koran The New Age dan saluran berita ANN7. "Keduanya media yang sangat pro-Zuma," begitu diberitakan News24.
Pada 2016, Atul terdaftar sebagai orang kaya ketujuh Afrika Selatan. Hartanya diperkirakan mencapai US$ 700 juta atau sekitar Rp 9,5 triliun. Sahara Computers, perusahaan yang dulu mereka rintis, kini mempekerjakan lebih dari 10 ribu orang dan memiliki omzet tahunan sebesar nyaris Rp 300 miliar.
Pundi kekayaan Gupta bersaudara tak berhenti di situ. Mereka memiliki real estate senilai Rp 46 miliar di Johannesburg. Kawasan yang disebut Sahara Estate itu terdiri atas setidaknya empat rumah gedong dan sebuah helipad. Selain itu, "Mereka pemilik rumah bekas Sir Mark Thatcher di Cape Town," tulis Indian Express tentang kediaman putra mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Thatcher.
Gupta bersaudara telah lama dituduh mempengaruhi keputusan politik di Afrika Selatan, terutama sejak Jacob Zuma berkuasa pada 2009. Dari campur tangan itu pula keluarga Gupta dapat menangguk untung lewat bermacam proyek pemerintah. "Keluarga Gupta juga diyakini tidak segan untuk melobi Zuma agar memecat menteri-menteri yang merecoki urusan bisnis mereka," begitu diberitakan Indian Express.
Keluarga Gupta dan Zuma bisa dibilang akrab. Anak lelaki Zuma, Duduzane Zuma, 34 tahun, adalah direktur di Sahara Computers. Ia juga terlibat dalam sejumlah perusahaan Gupta lainnya. Adapun istri ketiga Zuma, Bongi Ngema, dan seorang putrinya menjadi kolega bisnis Gupta.
Keluarga Gupta mengaku berteman dengan Zuma sejak 2000, sebelum ia jadi presiden. "Seperti pebisnis Afrika Selatan lainnya, kami berhubungan dengan pemerintah. Sebenarnya persahabatan kami dengan presiden sebelumnya sama kuatnya," tulis keluarga Gupta dalam artikel "Gupta Family, The Inconvenient Truth", yang dimuat The New Age, Jumat dua pekan lalu.
Keluarga Gupta pernah menuai sorotan saat Atul menikahkan putrinya di Sun City pada 2013. Saat itu Atul mendatangkan puluhan tamu dari luar Afrika Selatan. Para tamu tiba dengan pesawat pribadi Jet Airways Airbus A330 di pangkalan Angkatan Udara Waterkloof, yang sebenarnya hanya diperuntukkan bagi kepala negara yang mengunjungi negeri tersebut. Insiden itu membuat gempar masyarakat negeri tersebut.
Setelah kehebohan itu, Atul meminta maaf kepada masyarakat sambil tetap berkukuh bahwa ia tidak melanggar aturan apa pun. "Saya hanya mencoba memberi (putri) kami pernikahan yang tak terlupakan di tanah Afrika Selatan," kata Atul saat itu.
Masa-masa jaya Gupta kini mendekati akhir setelah Zuma tak lagi menjadi presiden. Polisi telah menahan lima orang. Salah satunya keponakan trio Gupta. Sedangkan Ajay, Atul, dan Rajesh Gupta justru lenyap. Polisi meyakini mereka kabur bersama Duduzane Zuma ke Dubai, Uni Emirat Arab. "Kami mengupayakan pemulangan mereka untuk menghadapi proses hukum," ujar Hangwani Mulaudzi.
Pengunduran diri Zuma membuka jalan bagi Wakil Presiden Cyril Ramaphosa untuk menggantikannya sebagai pemimpin negara dengan populasi 60 juta itu. Ia sudah mengambil alih kepemimpinan ANC sejak Desember 2017. Namun tantangan Ramaphosa sangat banyak, seperti pengangguran yang mencapai 36 persen, angkatan kerja berpendidikan rendah, dan korupsi di hampir semua tingkatan. Menurut The Economist, "Membersihkan kebusukan tidak semudah mendepak Zuma."
Mahardika Satria Hadi (the Citizen, Times Live, News24)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo