Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kamerad Baru di Langit Malaysia

Kuala Lumpur memesan sejumlah peralatan militer dari berbagai negara. Untuk pembelian 18 pesawat saja harus merogoh kocek sekitar Rp 8,2 triliun.

28 Maret 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tun Abdul Razak meluncur ke London, dua pekan lalu. Di sana Menteri Pertahanan Malaysia ini bertemu dengan tetua kerajaan, juga sejumlah petinggi militer. Dalam pertemuan dengan Menteri Pertahanan Inggris, Geoffrey Hoon, Abdul Razak mengemukakan bahwa negerinya hendak membeli sejumlah kapal perang jenis Fregat dari negeri Pangeran Charles itu. Pembelian peralatan tempur itu, katanya, untuk memperkuat armada Angkatan Laut Malaysia.

Abdul Razak pada pertemuan itu bahkan menawarkan kerja sama teknologi militer dua negara. Kapal perang tersebut rencananya akan dirakit oleh para ahli Inggris bekerja sama dengan kaum cerdik pandai dari Malaysia.

Apakah pembelian sejumlah kapal perang itu terkait dengan sengketa Ambalat antara Indonesia dan Malaysia yang memanas akhir-akhir ini? Tidak jelas benar. Namun, yang pasti, sebagaimana Indonesia, negeri jiran itu kini juga tampak sedang giat memperkuat armada militernya.

Selain membeli sejumlah kapal perang, Malaysia juga tengah mereparasi sejumlah peralatan tempurnya. Awal Maret lalu, dalam sebuah acara di Universitas Teknik Utara, Malaysia, Wakil Menteri Pertahanan Datuk Zainal Abidin Zin mengemukakan bahwa pihaknya akan segera menjual tujuh dari 21 pesawat tempur jenis F-5E yang dianggap tak laik lagi maju ke medan laga. Sedangkan sisanya akan direparasi untuk mendongkrak kecerdikan pesawat ini agar selaras dengan perkembangan teknologi pertahanan di negara maju.

Selain memperkuat peralatan tempur, Malaysia juga tengah merancang sebuah organisasi tetap bernama Askar Wathaniah alias pasukan sukarela. Anggota laskar ini, kata Zainal Abidin, adalah warga sipil yang akan diikutkan dalam pasukan sukarela tentara darat Malaysia. Pembentukan pasukan sukarela itu dalam rangka meningkatkan kemampuan dan membesarkan pertahanan Malaysia. "Pasukan sukarela itu diharapkan sudah terwujud 2010 nanti," kata Zainal.

Jika semua rencana itu telah terlaksana, tampaknya negeri jiran itu bakal memiliki sistem pertahanan super-tangguh di kawasan Asia Tenggara. Apalagi, Tentara Raja Diraja Malaysia sudah memesan pesawat tempur aneka jenis ke sejumlah negara.

Angkatan Udara Malaysia, misalnya, tengah menunggu kedatangan sekitar 29 helikopter Mi-171 dari Rusia. Transaksi jual-belinya sudah beres beberapa waktu lalu. Helikopter yang dipesan itu adalah generasi paling gres (anyar) dari jenis Mi serta merupakan pengembangan dari helikopter jenis Mi-17, yang dianggap sudah masuk kategori generasi tua.

Helikopter Mi-171 ini memiliki kemampuan membawa persenjataan aneka rupa, mampu menembakkan rudal udara atau rudal antipesawat. Karena kecanggihannya, helikopter ini mampu melumatkan sasaran bergerak maupun sasaran diam, di darat ataupun di laut. Misalnya kendaraan tempur tank, kapal perang, gudang amunisi, atau pasukan infanteri milik musuh.

Saat ini Angkatan Udara Malaysia telah memiliki sepuluh helikopter dari jenis yang sama. Pembelian helikopter Mi-171 tersebut sebenarnya sekadar menambah jumlah yang dimiliki angkatan udara negeri itu. Nah, jika pesanan baru itu tiba, negeri jiran itu memiliki 39 helikopter jenis canggih ini.

Rencananya, tahun depan sejumlah pesawat tempur jenis Sukhoi juga segera menyemarakkan peralatan tempur yang dimiliki Malaysia. Transaksi jual-beli mesin perang itu sudah ditandatangani Menteri Pertahanan kedua negara, dua tahun lalu. Jumlahnya 18 buah dan merupakan generasi terbaru dari pesawat jenis Sukhoi. Dilengkapi dengan layar monitor, pesawat itu mampu mengintip sasaran sejauh 115 kilometer.

Dalam acara penandatanganan kontrak dagang 2003 ketika itu, Menteri Pertahanan Malaysia, Tun Abdul Razak, mengatakan pembelian sejumlah pesawat tempur ini untuk memperkuat armada udara. Saat serah-terima dokumen, Abdul Razak tampak tersenyum puas.

Senyum juga mengembang dari wajah Sergei Ivanov, Menteri Pertahanan Rusia, yang datang bersama sejumlah petinggi angkatan udara Negeri Beruang Merah itu. Dibungkus dengan map merah, dokumen perjanjian kerja sama itu cukup detail: spesifikasi pesawat, waktu pembuatan, termasuk harga pesawat setiap unit. Acara yang dihadiri hampir seluruh petinggi militer Malaysia itu cukup meriah, juga penuh kekerabatan.

Sukhoi dan helikopter itu tentu saja bakal memperkuat pertahanan udara negeri itu, di samping sejumlah pesawat tempur yang sudah mereka miliki, seperti pesawat tempur MiG-29-N sebanyak satu skuadron, MiG NUB satu skuadron, dan puluhan pesawat tempur berbagai jenis dari berbagai negara seperti Amerika Serikat dan Inggris.

Selain memperkuat angkatan laut dan udara, Malaysia juga sedang memperkuat armada daratnya. Petinggi militer Malaysia tengah menunggu kedatangan sekitar 72 "kereta kebal" alias tank tempur dari Polandia. Pembelian itu sudah direncanakan sejak 2003 lalu. Jika tak ada aral melintang, tahun depan puluhan kereta kebal itu tiba di Malaysia.

Berapa dana yang dikucurkan si tetangga ini untuk memperkuat armada militernya? Belum ada angka resminya, karena beberapa pembelian masih pada tahap permulaan. Yang jelas, untuk memborong 18 pesawat pejuang dari Rusia itu, Kuala Lumpur harus merogoh kocek sekitar Rp 8,2 triliun.

Mahal, memang. Tapi Sukhoi yang dibeli Malaysia itu tergolong canggih. Sementara empat pesawat Sukhoi yang dibeli Indonesia pada 2003 masuk generasi keempat, yang dibeli negeri jiran itu merupakan generasi kelima alias generasi terbaru. Sukhoi yang dibeli Indonesia masuk generasi 4+, sementara yang dibeli Malaysia itu lebih maju lagi dan masuk generasi 4++.

Kecanggihan Sukhoi Malaysia itu terlihat dalam fasilitas yang menyertainya. Pesawat itu dilengkapi dengan sistem persenjataan yang mampu menghantam aneka jenis sasaran, baik di permukaan tanah maupun sasaran yang tengah melayang-layang di udara. Mesin pembunuh ini juga dilengkapi misil udara jenis RVV-AE, yang mengandung radar pencari aktif. Sekadar catatan, di dunia cuma ada dua jenis misil yang memiliki kemampuan sama dengan RVV-AE itu, yaitu Amraam atau Aim-20 milik Amerika Serikat dan misil jenis Mica yang diproduksi oleh Prancis.

Kemampuan bertarung Sukhoi generasi kelima ini juga terbilang luar biasa. Ia dilengkapi dengan persenjataan yang bisa ditembakkan dari udara ke udara. Memiliki monitor seperti layar televisi yang bisa mendeteksi sasaran apa pun sejauh 115 kilometer. Pesawat ini juga dilengkapi dengan sistem pendeteksian yang canggih, memiliki kemampuan menghantam kapal torpedo. Sang pilot yang membawa pesawat ini berpusing-pusing alias berputar-putar di udara tak perlu cemas. Sebab, pesawat ini menyediakan ala pelindung diri yang canggih.

Jika tiba di Malaysia, pesawat-pesawat itu akan disiagakan di sejumlah tempat seperti Pangkalan Udara Sungai Besi dan Subang di Selangor, Kuantan, Pahang, Kucing, dan beberapa daerah lainnya. Dari sana, mesin perang buatan para kamerad dari Rusia itu akan meraung garang di langit Malaysia.

Wenseslaus Manggut, Taufik. H. Salengke (Kuala Lumpur)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus