WAJAHNYA masih tampan dan tubuh yang 180 cm tingginya itu masih tampak kekar dalam usianya yang 50 tahun kini. Di jari manis kirinya terselip cincin kawinnya. Para pengawal pribadinya dalam pakaian sipil berkeliaran tak jauh darinya. Itulah Muammar Qadhafi "sang kolonel", "si pembimbing", atau "orang gurun". Agak di luar biasa, Maret lalu, selama tiga hari, sang kolonel menerima Pierre Laforet, wartawan Perancis yang bekerja untuk GAMMA. Itulah hari-hari ketika Barat menuntut diserahkannya dua orang Libya yang dituduh mengebom pesawat Pan Am di Lockerbie beberapa tahun lalu. Dalam tarik ulur perang syaraf itu, sikap Libya bagaikan ombak, sebentar ke sana, sebentar kemari. Kabar terakhir, Libya setuju saja bila dua orang itu mau menyerahkan diri, bukan diserahkan oleh pemerintah Libya, pada Liga Arab. Inilah petikan wawancara yang berlangsung di sebuah tenda itu, di BabAzizha, kawasan markas besar militer Libya. Dengan didampingi penerjemahnya, Qadhafi menjawab pertanyaan Laforet dengan santai. Apa pendapat Anda tentang keruntuhan komunisme? Saya kira seantero dunia dewasa ini sedang berada di bawah tekanan dari segala arah. Sesuatu yang ditarik kelewat kuat biasanya pecah berantakan, apalagi kalau ditarik dari dua arah yang berlawanan. Kami orang Libya telah berada di tengah konflik itu justru karena pertentangan antara kedua pihak. Sekarang kami merasa dunia tidak terlalu tegang lagi. Apakah keputusan akhir-akhir ini (maksudnya ancaman sanksi Barat sehubungan kasus Lockerbie) menyebabkan Anda khawatir? Tidak. Justru negara-negara yang mengumumkan tentang tekanan itu yang akan kehilangan muka. Ratusan perusahaan Inggris, Prancis, dan lain-lain dewasa ini bekerja di Libya. Kalau perusahaan-perusahaan itu menarik diri, sekitar dua juta orang akan mengangggur. Negara-negara yang mengintimidasi kami dan menarik kepuasan dari caracara itu akan segera kehilangan milyaran dolar. Kami tak kekurangan proyek. Beberapa sedang dikerjakan, dan sebagian masih diriset. Kami tak akan memberi hati mereka-mereka yang mencoba mencelakakan kami. Kalau kami dijatuhi hukuman embargo, silakan. Itu malah akan memberi kami kesempatan untuk menyandarkan diri pada kekuatan sendiri. Karenanya saya mengatakan Inggris dan Prancis hanya akan meerugikan dirinya sendiri. Amerika akan punya musuh-musuh baru. Ia dengan enaknya akan meninggalkan sekutu lamanya untuk yang baru. Itulah yang terjadi di Kuwait. Inggris, Prancis, dan negara-negara lain ramai-ramai ikut perang karena memperoleh janji akan mendapat bagian dalam pembangunan kembali emirat itu. Apa yang sebenarnya terjadi? Perusahaan-perusahaan Amerika memperoleh tender yang paling besar, sedangkan Inggris dan Prancis ditinggalkan untuk memberi penghormatan terakhir pada serdadu-serdadunya yang tewas. Dan kemudian? Pada kenyataannya, Amerika memang mengidamkan berakhirnya pengaruh Eropa. Saya jadi heran kenapa rakyat Perancis mau menerima begitu saja. Bagaimana dengan Inggris? Kita malah tak usah bicara tentang negeri itu. Kaum konservatif telah merusak negeri itu dan menghancurkan kelas buruh. Para penguasa Inggris terdiri dari kaum anarkis, diktator yang hanya mementingkan diri sendiri, dan rasis. Mereka membenci Arab dan muslim. Apakah politik dunia akan terganggu oleh pemilihan umum Amerika? Tentu saja. Pemilu Amerika selalu meracuni dunia. Sekitar sepertiga dari Partai Republik tak menyetujui Bush. Karenanya sumber saya mengatakan, ia akan melancarkan serangan baru terhadap Saddam Hussein. Atau ia mencoba menyepelekan pemerintah saya, negeri saya dengan agresi ekonomi dan politik. Apa saja akan dilakukannya, termasuk mengganggu kemerdekaan dan kebebasan orang kalau masalahnya soal pemilihan. Apakah embargo ekonomi akan merugikan Anda? Saya kan sudah menjawab pertanyaan itu. Apakah Anda pikir seorang warga Kuwait gembira dengan kehancuran Irak? Kemarin saya menerima kunjungan dua orang Kuwait. Buat mereka, sebuah bom yang jatuh di Irak atau di Iran sama saja. Apa Anda kira seorang warga Irak yang mati kena bom tak sama dengan warga Iran yang juga mati kena bom? Anda salah. Amerika bukan mempertahankan Kuwait. Ia hanya mempertahankan kepentingannya, minyak Kuwait. Apakah Anda percaya bahwa fanatisme agama yang dianut kaum fundamentalis akan mendorong munculnya suatu bentuk hegemoni fundamentalis? Tirani Barat tentang dunia Arab bukan sesuatu yang baru. Kaum fundamentalis Islam sudah lama tahu tentang sikap menyinggung perasaan ini. Barat selalu memandang remeh budaya Arab dan malah mencemari tanah suci mereka. Pelanggaran yang terus-menerus ini pasti menimbulkan reaksi. Lihat saja dalam sejarah. Saya tahu benar bagaimana terkenalnya nama McMahon di Prancis. Pada masa perang Dunia I, dalam perundingan dengan Sharif dari Mekah, ia tak mendapat seinci pun tanah di Jazirah Arab. Yang didapatnya hanya hak untuk melabuhkan kapal. Anda pasti sadar, menurut tradisi kami, seseorang yang bukan muslim tak boleh menancapkan kaki di tanah Nabi kami. Kristianisme dianggap sebagai kelanjutan dari Hebraisme yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran atas wilayah dan perang. Itulah yang menjadikan suatu antagonisme yang tak bisa lagi kami hindarkan. Antagonisme itulah yang diperkuat lagi oleh penyalahgunaan demi kemenangan politik. Itu semua dilakukan oleh para petualang. Kalau terus menuangkan minyak ke api, yang didapat adalah ledakan. Pendapat Anda? Saya memberi audiensi kepada beberapa pemuka fundamentalis yang meminta saya untuk segera memimpin perjuangan suci itu. Mereka memerlukan seorang kalifah, penerus kepemimpinan Nabi dan pemimpin seluruh umat Islam. Kalau saya menerimanya, seluruh dunia akan terbakar. Dunia akan terbagi dua. Di satu pihak Kristen dan pihak lain Islam. Karenanya saya minta mereka agar bersabar. Mengapa? Kita belum sampai ke garis merah. Tapi mereka ingin agar kita maju terus. Kalau seseorang tak membatasi keinginan mereka, mereka malah akan menyeberang lautan. Kaum fundamentalis benar-benar menolak penyerahan diri kepada Barat. Mereka anti akan segala penyerahan budaya, politik, dan ekonomi. Pendeknya, buat mereka, Libya adalah tanah air fundamentalisme yang bersih. Saya berusaha sebisanya mengendalikan tekad mereka. Apakah kita boleh menggunakan cara-cara terorisme untuk memecahkan masalah politik? Masalah politik adalah penyebab terorisme. Kalau kita ingin mengakhiri terorsime, pecahkanlah masalah-masalah politik: Palestina, Afrika Selatan, masalah minoritas. Sesudah itu barulah terorisme boleh berakhir. Mana mungkin mengakhiri terorisme di tanah yang diduduki kaum kolonialis. Apakah analisa Anda bisa diterima Barat? Saya punya banyak waktu. Saya bukan kepala negara. Saya rajin membaca. Saya anggota Akademi Ilmu Sosial. Kalau diundang, saya akan hadir dengan senang hati dan akan memberikan serangkaian seminar mengenai pandangan-pandangan saya. Anda yakin, suatu hari Anda akan memiliki bom atom? Selama saya masih hidup, Libya tak akan membuat bom atom. Saya dilarang untuk membuat bom? Pikiran itu bodoh. Tak seorang pun punya hak melarangnya. Siapa pun tak dilarang. Kalau saja Libya mau, kami sudah menghabiskan milyaran dolar untuk membuatnya. Kami menghabiskan milyaran untuk menaklukkan gurun, membangun basis industri, membangun pertanian, mendidik rakyat, memelihara lingkungan, dan mengadakan riset medis untuk menangkal AIDS. Jadi, Anda bisa membeli apa pun yang Anda mau? Benar. Tapi, kami tak mau menghambur-hamburkan uang kami untuk membuat bom atom, misalnya. Itu suatu tindakan bodoh. Bagaimana dengan tragedi Lockerbie? Saya tak pernah mengatakan ini kepada siapa pun sebelum Anda. Pan Am telah meminta para penyelidik profesional yang dulu bekerja buat CIA. Kami memperoleh laporan yang tak bisa dibayar oleh perusahaan penerbangan yang bangkrut itu. Segera setelah mendapatkannya, saya menyerahkannya kepada Presiden Bush yang saya percayai. Ia tak pernah membalas. Mungkin ia kelewat sibuk berkampanye dan tak punya waktu untuk melihatnya. Konon ia kaget oleh orang-orang sekelilingnya yang mau agar Libyalah yang bertanggung jawab. Kami tahu dalang pengebomannya yang jelas tak melibatkan negeri kami. Isi laporan itu tak bisa dipertanyakan lagi dan secara obyektif tak pernah dibicarakan dan diajukan kepada Dewan Keamanan Nasional. Lalu, keluarga para korban percaya Libya dipilih untuk jadi kambing hitam. Tapi mereka ingin kebenaran dan tak inginkan pertimbangan politik mengaburkan kebenaran. Saya akan berikan pada Anda laporan tersebut. ADN
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini