Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kami Tidak Akan Pernah Mundur

Joshua Wong, Aktivis Demokrasi Hong Kong

2 Agustus 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pemerintah Hong Kong menangkapi para aktivis prodemokrasi yang terlibat unjuk rasa anti-pemerintah dalam beberapa pekan terakhir. Demonstrasi yang awalnya dipicu penolakan terhadap undang-undang ekstradisi itu kini berkembang menjadi tuntutan untuk pemilihan umum yang bebas dan pemerintah kota yang lebih merdeka dari campur tangan Cina.

Joshua Wong, aktivis yang terlibat dalam gerakan itu, menilai langkah keras pemerintah ini tak akan menghentikan aksi protes. “Saya yakin bisa sampai September dan Oktober,” kata pria kelahiran Hong Kong, 13 Oktober 1996, tersebut.

Mahasiswa 22 tahun itu baru dibebaskan dari penjara pada 17 Juni lalu setelah dihukum dua bulan karena terlibat aksi protes Gerakan Payung pada akhir 2014, yang menyebabkan pusat bisnis kota mandek lebih dari dua bulan. Pendiri kelompok aktivis mahasiswa Scholarism itu kini menjadi sekretaris jenderal partai pro-demokrasi, Demosisto. Berikut ini petikan wawancaranya dengan Abdul Manan dari Tempo melalui jaringan Skype pada Selasa, 30 Juli lalu.

 

Bagaimana keterlibatan Anda dan Demosisto dalam gerakan ini?

Kami melanjutkan gerakan kami, men­de­sak pemerintah membatalkan undang-undang ekstradisi. Dalam jangka panjang, kami berharap memiliki pemilihan yang bebas. Protes kami berlanjut dan kini sudah berlangsung delapan pekan. Kami membantu memfasilitasi dan mengkoordinasi gerakan yang berada di bawah tekanan kebrutalan polisi dan penindasan oleh Beijing ini. Protes kami akan berlanjut ketika “satu negara dengan dua sistem” hendak dikikis menjadi “satu negara dengan satu setengah sistem”.

Polisi telah menangkap banyak aktivis. Apa dampaknya bagi gerakan ini?

Gerakan ini kekurangan pemimpin serta kehilangan fasilitator dan koordinatornya karena pemimpin gerakan menjadi target, dituntut, dan dipenjara. Kami mendorong masyarakat ikut mogok bersama dan melanjutkan aksi ini.

Mengapa pemrotes kini menuntut pemilihan yang bebas, tidak lagi semata soal pembatalan undang-undang ekstradisi?

Kami berharap undang-undang eks­tra­disi dibatalkan dan jalan keluarnya hanya dengan pemilihan yang bebas. Kami ber­harap bisa memilih sendiri pemimpin kota kami. Kami menilai pemilihan bebas ada­lah jalan keluar. Sebab, jika yang menjadi pemimpin adalah orang yang ditunjuk Beijing, dia hanya akan terus melayani kepentingan rezim komunis alih-alih mendengarkan suara rakyat.

Polisi kini menggunakan cara keras dalam menangani demonstran, seperti tembakan gas air mata dan peluru karet....

Kebrutalan polisi ini di luar imajinasi kami. Saya ditembaki dengan gas air mata dan suasana di lokasi protes penuh asap gas air mata dan seperti medan perang. Polisi cenderung ingin membunuh orang. Mereka menembak di bagian kepala dengan peluru.

Mengapa polisi kini bertindak keras?

Mereka takut terhadap suara orang-orang Hong Kong.

Ada serangan terhadap demonstran di kawasan Yuen Long sepulang  mengikuti demonstrasi pada 21 Juni lalu. Benarkah para penyerang ini triad atau geng kriminal?

Itu geng orang Beijing. Mereka disokong beberapa pendukung dan pemimpin da­­lam pemerintah.

(Joshua Wong menunjukkan foto anggota Demo­sisto yang terluka di bagian kepala, kaki, le­­ngan, dan punggung dalam serangan itu. Kepala Kepolisian Hong Kong ­Stephen Lo dalam wawancara kepada media mem­bantah kabar bahwa pemerintah punya hubungan dengan triad.)

Ada bukti soal peran pemerintah di balik serangan itu?

Ada. Kelompok pendukung pemerintah yang memobilisasi geng itu.

Beberapa analis menyebutkan kemung­kinan diturunkannya personel militer....

Apa pun bisa saja terjadi. Tapi kami akan melanjutkan protes. Ini penindasan keras dari Beijing dan kami tidak akan pernah mundur.

Apa rencana kalian selanjutnya?

Beijing berusaha membungkam suara rakyat Hong Kong. Orang-orang Hong Kong akan melanjutkan protes. Protes ini tidak akan berakhir musim panas ini. Saya yakin bisa sampai September dan Oktober. Saat hari nasional Cina, kami akan terus melakukan protes. Komunitas internasional harus bersikap dan terus mengawasi situasi di Hong Kong. Digerogotinya politik dan ekonomi Hong Kong oleh Beijing bisa berdampak negatif pada stabilitas di Asia-Pasifik.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Abdul Manan

Abdul Manan

Meliput isu-isu internasional. Meraih Penghargaan Karya Jurnalistik 2009 Dewan Pers-UNESCO kategori Kebebasan Pers, lalu Anugerah Swara Sarasvati Award 2010, mengikuti Kassel Summer School 2010 di Jerman dan International Visitor Leadership Program (IVLP) Amerika Serikat 2015. Lulusan jurnalisme dari kampus Stikosa-AWS Surabaya ini menjabat Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen Indonesia 2017-2021.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus