Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kampanye anti sovyet

Kunjungan pertama pembesar rrc, wakil pm. cina deng xiaoping ke as dipakai untuk memojokkan uni soviet. deng memperingatkan kecenderungan hegemoni soviet dan masalah indocina. (ln)

17 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KAMI menganggap Uni Soviet biang keladi perang. Bukan Amerika Serikat. Deng Xiaoping Dengan semangat anti Soviet yang meluap-luap, Deng Xiaoping dan rombongannya memasuki Amerika Serikat 29 Januari lalu. Resminya, kunjungan pertama seorang pembesar RRC ke Amerika Serikat itu, "untuk memberi arti pada normalisasi hubungan kedua negara." Tapi dimanapun dan dalam kesempatan apa pun, Deng menggunakan waktunya untuk memojokkan Moskow. "Kerja sama Cina, Jepang, Amerika Serikat dan Eropa perlu dalam menghadapi Beruang kutub," kata Deng. "Beruang kutub" dan "hegemonis" merupakan dua nama yang selalu digunakan Deng tatkala berbicara mengenai Uni Soviet. Dalam pembicaraan pribadi antara Deng dan Presiden Carter, Wakil Perdana Menteri Cina itu kabarnya mendesak agar Washington mengambil sikap keras terhadap Moskow. Ketika bertemu dengan anggota-anggota Congress, Deng memperingatkan mereka mengenai tidak bergunanya menanda-tangani suatu persetujuan pembatasan persenjataan dengan Uni Soviet. Katanya: "Kalian bisa, dan silakan, menanda-tangani segala macam persetuJuan yang kahan senangi, tapi berhati-hatilah dengan kecenderungan hegemoni Uni Soviet. Moskow tak pernah bisa dipercaya." Kampanye anti Soviet Deng ini jelas bertentangan dengan pendekatan Washington terhadap Moskow berkenaan dengan makin mendekatnya pembicaraan pembatasan senjata (Salt II) antara kedua negara. Desakan dan kampanye anti Soviet Deng itu terutama dirasakan mengganggu oleh Menlu Amerika, Cyrus Vance, dan penasehat-penasehatnya dalam urusan Soviet. Orang-orang Deplu Amerika ini merasa strategi global mereka -- "jangan mengganggu Moskow" terganggu oleh Deng. Dongkol Di tengah kesibukan menerima Deng -- yang kadang terganggu oleh demonstrasi anti Maois dan pro-Taiwan -- pihak Gedung Putih terpaksa juga menyempatkan diri menjernihkan persoalan. Pada suatu kesempatan bertemu dengan wartawan, Presiden Carter dengan terus terang berkata: "Amerika Serikat masih terikat pada usaha detente dengan Uni Soviet. " Pernyataan ini kabarnya mendongkolkan Deng. Mungkin itu sebabnya di akhir kunjungan tidak dikeluarkan suatu pernyataan bersama. Sumber-sumber Gedung Putih mengungkapkan kehendak Deng yang keras untuk suatu pernyataan bersama. Tapi karena kata "hegemoni" didesakkan oleh pihak tamu kepada tuan rumahnya, gagasan pernyataan bersama itu gagal. Meski demikian, kunjungan itu toh dinilai "sukses dan menyenangkan" oleh Deng. Kepuasan Deng ini tentu saja tidak melulu karena ditandatanganinya persetujuan dalam kerja sama ilmu dan teknologi, pertukaran kebudayaan dan konsuler. Lebih dari itu Deng telah berhasil menimbulkan perdebatan -- dan perbedaan pendapat -- di kalangan para pemimpin Amerika. Paling tidak kini perbedaan pendapat antara penasehat Carter -- Brzezinski dan kawan-kawannya di Dewan Keamanan Nasional dan kalangan Deplu AS makin mendapatkan bentuk yang nyata. Adalah Ketua DKN Brzezinski Zbigniew yang membujuk Carter agar menandatangi saja persetujuan bersama Cina-Amerika, meski di sana ada kata "hegemoni". Pihak Deplu AS nampaknya berhasil meyakinkan Carter untuk tidak melakukannya. Koboi Berada 9 hari di Amerika Serikat, Deng dan rombongannya berkunjung juga ke berbagai obyek penting. Ia pergi ke Houston, di Texas, dan kagum pada kegiatan angkasa luar Amerika dan teknologi minyak. Ketika mengunjungi pabrik mobil Ford, Deng berkeliling pabrik bersama Ford III, cucu pendiri pabrik itu, dan direktur pabrik mobil itu sekarang. "Suatu pemandangan yang indah, pendekar anti kapitalis bercengkerama mesra dengan biang kapitalis," kata seorang diplomat di Washington. Yang tidak kurang menarik adalah pemandangan Deng -- menggunakan topi koboi -- menyaksikan pertunjukan rodeo, permainan naik kuda khas Amerika. Di akhir kunjungannya, di Seattle, Deng mengalami kelelahan dan menderita flu berat. Pada acara makan pagi dengan para wartawan di kota ujung Barat dekat perbatasan Kanada itu, Deng diwakili oleh Menlu Huang Hua. Di sana Vietnam yang mendapat kesempatan diperbincangkan. Menyebut Hanoi menginvasi Kamboja, Hua menyerukan kepada "bangsa-bangsa yang cinta damai agar tidak tinggal diam". Ketika masih di Washington, Deng kabarnya memberi tahu Carter mengenai rencana Peking "memberi pelajaran" kepada Hanoi. Bagaimana bentuk "pelajaran" yang akan diberikan itu, hingga kini belum diketahui. Tapi tentara Cina kabarnya telah dipusatkan di sepanjang perbatasan dengan Vietnam. Peringatan keras Cina terhadap Vietnam diulangi kembali di Tokyo ketika Wakil PM Deng dan rombongan singgah tiga hari di Jepang dalam perjalanan pulang dari Amerika. "Suatu sanksi harus dijatuhkan terhadap Vietnam," kata Deng kepada Masayoshi Ohira, Perdana Menteri Jepang. Tapi katanya pula: "Cina akan bertindak dengan hatihati dalam urusan ini." Menyebut masalah Indocina sebagai "ancaman terhadap Asia", Deng juga mendesak agar Jepang "mengamat-amati Vietnam." Deng memuji sikap Jepang yang bekerjasama denan Asean dalam usaha mendesak Vietnam menarik pasukannya dari Kamboja. Mengingatkan Jepang mengenai kepulauan Kuril -- milik Jepang yang diduduki Uni Soviet sejak Perang Dunia II - yang berangsur jadi pangkalan militer Rusia, Deng membujuk Tokyoagar secara bersama -- dengan Cina, Amerika dan Eropa -- menghadapi ancaman "beruang kutub." Juru bicara pemerintah Jepang, Rokusuke Tanaka, menjelaskan Ohira sama sekali tidak memberikan persetujuan pada ide-ide anti Soviet yang dikampanyekan Deng. Tapi di Tokio sendiri, semangat anti Soviet makin menaik bersamaan dengan bertambahnya hasrat mempersenjatai diri di Jepang. Dan Deng, kini secara terang-terangan tidak berkeberatan jika Jepang -- yang telah berdamai dengan Cina -- mempersenjatai kembali dirinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus