TAK kurang dari 24 pelawak ibukota berkumpul, menyajikan satu
kisah ciptaan S. Bagyo, Hoeroe Hara Djaman Koempeni. Entah
karena beberapabulan yang lalu dunia humor memang mendapat
perhatian istimewa (dari lomba lawak, festival lawak, diskusi
lawak atau karena memang namanama seperti S. Bayo, Haji
Iskak, Ateng, Eddy Gombloh, Darto Helm, Reog BKAK sangat
mengundang minat. Yang jelas Teater Terbuka tak mampu menampung
penonton tanggal 10 Pebruari yang lalu.
Cerita bikinan Bagyo ini sebetulnya banyak memberi peluang
adegan-adegan kocak. Begini. Tempo dulu, datang dua orang utusan
Pangeran Jawa ke Betawi. Mereka diutus meminang puteri Haji
Iskak (Esther Sumampouw). Tak tahunya ketemu pasukan Kumpeni,
lalu ditawan. Berita penawanan ini sesungguhnya sampai juga ke
telinga H. Iskak. Cuma dia ini nggak peduli, karena katanya:
"Orang Jawa di Betawi ini 'kan banyak. Buat apa merisaukan dua
orang Jawa yang ditangkap. Biarin aja." Dan karena panen
berhasil, Haji Iskak bikin pesta. Tamunya banyak, termasuk
Gubernur Jenderal Belanda (Ateng) yang sebenarnya tak diundang.
Begitu hadir langsung saja ini Gubjen berkata kepada tuan rumah
"Kamu bebas pajak." Itu karena Sang Gubjen ada hati pada puteri
H. Iskak. Tentu saja wak haji tidak setuju, bukan karena
apa-apa. Tapi ngeri kalau punya cucu bule. Gubjen marah.
Penangkapan tak terelakkan.
Tinggallah H. Iskak suami isteri. Tiba-tiba muncul Pangeran Jawa
dengan seorang pengiringnya (Darto Helm dan Teten). Ini pangeran
dengan bantuan murid silat H. Iskak -- berhasil membebaskan para
tawanan. Dan sang Gubjcn pun dihukum oleh H. Iskak disunat.
Lho, di mana Bagyo? Dia memerankan pembantu H. Iskak. Karena itu
paling banyak tampil di panggung. Karena dia pulalah pementasan
yang berlangsung hampir tiga jam, agak tertolong.
Yang membuat pementasan berkepanjangan (kadang-kadang
bertele-tele) karena segalanya diserahkan pada improvisasi
pemain. Naskah -- 1% lembar ketik -- cuma garis besar saja.
Lagipula -- meski naskah ini pernah mereka pentaskan di Balai
Sidang Senayan tempo hari -- persiapan pementasan di TIM memang
baru dilakukan Sabtu siangnya, beberapa jam sebelum pertunjukan.
Itu pun hanya pengaturan pengelompokan adegan (blocking) saja.
Tapi beberapa adegan bisa mengundang ger. Terutama bila yang
tampil Bagyo atau Iskak. Mustinya bisa lebih seru, andai
tamu-tamu itu cukup bisa memberikan respon.
Walhasil, acara ini memang bukan istimewa meskipun buruk sekali
juga tidak. Yang mengagumkan, kemampuan Bagyo mengumpulkan
pelawak sebanyak itu, sembari juga bermain amat bagus. "Tapi
cukup sukar juga, lho. Kalau disuruh mengulang, ya, nanti dulu,"
katanya di kamar pakaian Teater Terbuka. Direncanakan acara
macam ini akan diselenggarakan secara teratur di TIM. Dan untuk
yang mendatang akan mengikutsertakan juga pelawak-pelawak muda
yang muncul karena adanya festival-festival lawak yang lalu.
Tapi apa, sih, maksud Bagyo dengan acara ini? "Ya, untuk
mengasih contoh kepada para pelawak muda bahwa yang senior bisa
kerjasama. Di samping boleh juga dikatakan ini akibat perhatian
pada dunia lawak akhir-akhir ini meningkat."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini