BAGI badan peradilan Pakistan, kasus Zulfikar Ali Bhutto sudah
selesai. Mahkamah Agung menolak permohonan bandingnya 7 Pebruari
yang lalu, dan itu berarti ia harus menjalani hukuman mati di
tiang gantungan. Bekas Perdana Menteri Pakistan itu, karena
sikapnya yang keras, sudah sejak semula tidak berniat memohon
ampun dari Presiden Zia ul Haq, orang yang menggulingkannya
hampir dua tahun yang lalu.
Sikap Jenderal Zia dikenal juga keras Selama 18 bulan berkuasa,
tidak satu pun dari 90 permohonan ampun yang dikabulkan oleh
kepala negara Pakistan itu. Semuanya menjalani hukuman mati.
"Saya akan gantung bajingan itu, jika Mahkamah Agung memutuskan
demikian," begitu Zia pernah berbicara tentang Bhutto.
Tempat Pengasingan
Bhutto dinyatakan terbukti bersalah menggunakan kekerasan
terhadap lawan politiknya. Pengadilan tinggi di Lahore Maret
1978 menjatuhi hukuman gantung bagi Bhutto bersama 4 perwira
militer pembantunya. Sudah sejak itu protes dan permohonan maaf
baginya berdatangan dari pemimpin berbagai negara. Zia tidak
meladeni semua itu sementara permohonan banding dimajukan
Bhutto.
Mahkamah Agung ternyata mengukuhkan keputusan Pengadilan Tinggi.
Hanya Presiden Zia kini yang bisa menyelamatkan nyawa Bhutto.
Sekali lagi surat-surat permohonan ampun bagi Bhutto mengalir
dari berbagai penjuru dunia, termasuk dari PBB, Uni Soviet,
Cina, Amerika Serikat, Indonesia dan Vatikan. Bahkan Turki
menawarkan negerinya sebagai tempat pengasingan bagi Bhutto.
Presiden Zia masih tidak perduli, malah lebih menyibukkan diri
dalam suatu proses menjadikan Pakistan suatu negara Islam dengan
Saudi Arabia sebagai modelnya. Pada konperensi pers di Islamabad
Sabtu yang lalu, Zia menjelaskan:
"Undang-undang Pakistan yang berbau Inggeris secara pelan-pelan
akan diganti oleh Quran dan hadis." Ketika ditanya mengenai
nasib Bhutto, ia cuma berkata: "Setiap yang bersalah akan
ditindak sesuai dengan hukum yang berlaku."
Menanti keputusan Zia atas diri Bhutto, bahkan sebelum Mahkamah
Agung melangsungkan sidangnya, tentara dan polisi meakukan
penangkapan besar-besaran terhadap pengikut Bhutto -- termasuk
isteri dan puterinya. Sekolah-sekolah diliburkan, sedang
instalasi vital dikawal ketat. Meski demikian, beberapa
demonstrasi pro Bhutto terjadi juga.
Tindakan ketat pihak penguasa adalah pertanda masih kuatnya para
pengikut Bhutto di negeri itu. Bukan tidak mungkin bahwa
huru-hara dan perang saudara akan melanda Pakistan jika Bhutto
digantung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini