Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kini chadli no.1

Front pembebasan nasional dalam kongresnya memilih kol. benjedid chadli sebagai sekjen & presiden yang kemudian disahkan sebagai calon presiden dalam pemilu. peranan front ini amat penting. (ln)

17 Februari 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FRONT Pembebasan Nasional, partai tunggal di Aljazair, menghadapi dua pilihan: Mau Kolonel Benjedid Chadli atau tokoh berhaluan kiri, Saleh Yahiaoui, untuk menjadi presiden baru? Ternyata kaum militer masih berpengaruh dan pilihan front itu dalam suatu kongres jatuh pada sang Kolonel. Kemudian pemilu pekan lalu, tentu saja, mensahkan pengangkatan Chadli. Buat sementara, terhapus sudah was-was di Aljazair sesudah Presiden Houari Boumedienne meninggal dunia 27 Desember karena penyakit darah yang aneh beberapa bulan. Namun walaupun Chadli terpilih sebagai Presiden, peranan penting Yahiaoui tampaknya belum akan berkurang pada masa mendatang di negeri itu. Selama kongres front itu berlangsung, Yahiaoui serta para pengikutnya secara amat keras mengecam korupsi, penyalah gunaan kekuasaan serta nepotisme. Adalah oleh tekanan Yahiaoui ini maka kini pimpinan Front Pembebasan Nasional juga memainkan peranan pengawas terhadap pemerintahan. Dan peranan itu nampaknya bakal mempunyai arti penting, paling tidak jika dilihat dari kenyataan sekarang. Dalam pidato pelantikannya, Kolonel Chadli -- yang berjanji akan melanjutkan kebijaksanaan almarhum Boumedienne -- tidak pernah menyebut dirinya, melainkan senantiasa berbicara tentang "pimpinan" negara. Kenyataan ini dinilai oleh para pengamat sebagai tanda berhati-hatinya Chadli terhadap kelompok Yahiaoui yang cukup kuat dalam tubuh partai. Dengan kekuatannya itu juga kelompok Yahiaoui mendesak para peserta kongres agar Aljazair mempraktekkan secara saksama "Moral Islam dan ketika sosialis." Meski disebut berhaluan kiri, Yahiaoui ini dikenal pula sebagai seorang muslim yang saleh, hidup sederhana dengan disiplin diri yang tinggi. Tentang diri Chadli, tidak terlalu banyak diketahui orang luar. Kolonel yang berambut putih ini kabarnya terlibat dalam kudeta 1965 yang menggulingkan Ben Bella dan mendudukkan Boumedienne di kursi pimpinan negara. Pada waktu itu Chadli menjabat komandan daerah militer barat yang berkedudukan di Oran. Jabatan itu dipegangnya sejak tahun 1963 hingga Nopember '78. Pada saat Boumedienne mendapat serangan penyakit darah, Chadli dengan cepat dipindahkan ke Aljir untuk memangku jabatan menteri pertahanan. Kini, selain menjadi presiden, Kolonel itu juga memegang jabatan Sekjen Front Pembebasan Nasional. Diramalkan front ini akan makin memainkan peranan penting di Aljazair yang tidak lagi mempunyai tokoh sekuat almarhum Boumedienne.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus