FRONT Pembebasan Nasional, partai tunggal di Aljazair,
menghadapi dua pilihan: Mau Kolonel Benjedid Chadli atau tokoh
berhaluan kiri, Saleh Yahiaoui, untuk menjadi presiden baru?
Ternyata kaum militer masih berpengaruh dan pilihan front itu
dalam suatu kongres jatuh pada sang Kolonel. Kemudian pemilu
pekan lalu, tentu saja, mensahkan pengangkatan Chadli.
Buat sementara, terhapus sudah was-was di Aljazair sesudah
Presiden Houari Boumedienne meninggal dunia 27 Desember karena
penyakit darah yang aneh beberapa bulan. Namun walaupun Chadli
terpilih sebagai Presiden, peranan penting Yahiaoui tampaknya
belum akan berkurang pada masa mendatang di negeri itu.
Selama kongres front itu berlangsung, Yahiaoui serta para
pengikutnya secara amat keras mengecam korupsi, penyalah gunaan
kekuasaan serta nepotisme. Adalah oleh tekanan Yahiaoui ini maka
kini pimpinan Front Pembebasan Nasional juga memainkan peranan
pengawas terhadap pemerintahan. Dan peranan itu nampaknya bakal
mempunyai arti penting, paling tidak jika dilihat dari kenyataan
sekarang.
Dalam pidato pelantikannya, Kolonel Chadli -- yang berjanji akan
melanjutkan kebijaksanaan almarhum Boumedienne -- tidak pernah
menyebut dirinya, melainkan senantiasa berbicara tentang
"pimpinan" negara. Kenyataan ini dinilai oleh para pengamat
sebagai tanda berhati-hatinya Chadli terhadap kelompok Yahiaoui
yang cukup kuat dalam tubuh partai.
Dengan kekuatannya itu juga kelompok Yahiaoui mendesak para
peserta kongres agar Aljazair mempraktekkan secara saksama
"Moral Islam dan ketika sosialis." Meski disebut berhaluan kiri,
Yahiaoui ini dikenal pula sebagai seorang muslim yang saleh,
hidup sederhana dengan disiplin diri yang tinggi.
Tentang diri Chadli, tidak terlalu banyak diketahui orang luar.
Kolonel yang berambut putih ini kabarnya terlibat dalam kudeta
1965 yang menggulingkan Ben Bella dan mendudukkan Boumedienne di
kursi pimpinan negara. Pada waktu itu Chadli menjabat komandan
daerah militer barat yang berkedudukan di Oran. Jabatan itu
dipegangnya sejak tahun 1963 hingga Nopember '78. Pada saat
Boumedienne mendapat serangan penyakit darah, Chadli dengan
cepat dipindahkan ke Aljir untuk memangku jabatan menteri
pertahanan.
Kini, selain menjadi presiden, Kolonel itu juga memegang jabatan
Sekjen Front Pembebasan Nasional. Diramalkan front ini akan
makin memainkan peranan penting di Aljazair yang tidak lagi
mempunyai tokoh sekuat almarhum Boumedienne.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini