Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Dengan meninggalnya Paus Fransiskus pada Senin 21 April 2025, Gereja Katolik tengah mempersiapkan transisi yang akan menentukan arahnya di masa mendatang. Sebagai paus pertama dari Amerika Latin, Paus Fransiskus membawa perubahan signifikan sebagai Uskup Roma, dengan fokus pada keadilan sosial, isu lingkungan, dan Gereja yang lebih inklusif.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Kini seperti dilansir Newsweek, Dewan Kardinal bersiap untuk berkumpul di Vatikan untuk sebuah konklaf yang akan membentuk masa depan Gereja. Pilihan mereka tidak hanya akan menunjuk pemimpin berikutnya dari 1,37 miliar umat Katolik—tetapi juga akan menentukan arah doktrin, transparansi, dan jangkauan Gereja Katolik kepada umatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Akankah paus berikutnya melanjutkan reformasi progresif Paus Fransiskus, atau akankah para kardinal kembali ke konservatisme teologis? Jawabannya akan jelas ketika asap putih simbolis mengepul dari Kapel Sistina.
Berikut ini beberapa kardinal yang dibicarakan sebagai "papabili" untuk menggantikan Paus Fransiskus, yang wafatnya pada usia 88 tahun diumumkan oleh Vatikan pada Senin. Mereka tercantum dalam urutan abjad.
Pengaruh Paus Fransiskus dalam Pemilihan
Paus berikutnya akan menghadapi Gereja yang dibentuk oleh pengangkatan dan reformasi Paus Fransiskus. Masa jabatannya menyaksikan perubahan struktural yang besar, termasuk desentralisasi kekuasaan Vatikan dan pengangkatan lebih banyak kardinal non-Eropa daripada pendahulunya.
"Secara keseluruhan, menurut saya fakta bahwa menurut hitungan saya lebih dari 100 pemilih paus yang memenuhi syarat ditunjuk oleh Paus Fransiskus dapat berdampak besar pada hasilnya," kata Cristina Traina, seorang profesor di Universitas Northwestern. "Artinya, kita mungkin tidak akan bisa mengubah prioritas Paus Fransiskus."
Namun, gaya pemerintahannya juga membuat Dewan Kardinal berada dalam posisi yang tidak pasti. "Ia memilih mayoritas kardinal yang memiliki hak untuk memilih," kata Ulrich Lehner, profesor teologi di Universitas Notre Dame.
"Namun, pendekatannya terhadap pemerintahan, yang dicirikan oleh keputusan sepihak yang dibuat tanpa konsultasi dengan Dewan Kardinal, telah membuat mustahil untuk membentuk hubungan interpersonal di antara mereka."
Siapa Kandidat Terkemuka?
Seiring berkembangnya spekulasi, beberapa kardinal berpangkat tinggi muncul sebagai kandidat teratas. Menurut pengamat Vatikan, kandidat berikut memiliki peluang terkuat.
Luis Antonio Tagle (Filipina)
Kardinal Luis Antonio Tagle, 67 tahun, dianggap sebagai kandidat kuat untuk melanjutkan agenda progresif Paus Fransiskus. Tagle, seorang advokat untuk inklusi dan evangelisasi, memiliki pengalaman signifikan dalam memimpin Kongregasi untuk Evangelisasi Bangsa-Bangsa dan merupakan tokoh tepercaya dalam lingkaran dalam Paus Fransiskus.
Warisan Asia Tagle juga menjadikannya pilihan yang menarik, karena agama Katolik berkembang pesat di benua itu, khususnya di Filipina.
Peter Turkson (Ghana)
Kardinal Peter Turkson, 76 tahun, adalah tokoh terkenal di kalangan keadilan sosial Gereja. Sebagai mantan kepala Departemen untuk Mendorong Pembangunan Manusia Integral, Turkson dikenal vokal dalam isu-isu seperti perubahan iklim, kemiskinan, dan keadilan ekonomi.
Pemilihan Turkson akan menandai momen bersejarah sebagai paus Afrika pertama dalam beberapa abad. Paus Afrika terakhir adalah Paus Gelasius, yang menjabat dari tahun 492 hingga 496 M. Lahir di Roma dari orang tua Afrika, Gelasius dikenal karena tulisan-tulisan teologisnya yang luas dan advokasi yang kuat untuk amal dan keadilan bagi kaum miskin.
Pietro Parolin (Italia)
Kardinal Pietro Parolin, 70 tahun, adalah salah satu pejabat Vatikan yang paling berpengalaman. Dalam perannya sebagai Menteri Luar Negeri Vatikan sejak 2013, ia telah memainkan peran utama dalam urusan diplomatik, termasuk negosiasi sensitif dengan pemerintah Cina dan Timur Tengah.
Parolin dipandang sebagai kandidat teologis moderat, seseorang yang dapat memberikan stabilitas sambil tetap mempertahankan beberapa reformasi Paus Fransiskus. Hubungannya yang erat dengan birokrasi Vatikan membuatnya menjadi pesaing kuat bagi mereka yang mendukung keberlanjutan.
Peter Erd (Hongaria)
Kardinal Peter Erd, 72 tahun adalah kandidat konservatif terkemuka. Sebagai sarjana hukum kanon yang disegani, Erd telah menjadi pendukung kuat ajaran dan doktrin Katolik tradisional. Sebelumnya, ia menjabat sebagai kepala Dewan Konferensi Uskup Eropa dan telah menekankan ortodoksi teologis.
Bagi mereka yang ingin kembali ke konservatisme Yohanes Paulus II dan Benediktus XVI, Erd akan mewakili perubahan besar dari pendekatan Paus Fransiskus.
Angelo Scola (Italia)
Kardinal Angelo Scola, 82 tahun, adalah kandidat lama untuk jabatan paus. Ia termasuk di antara kandidat favorit dalam konklaf 2013 yang akhirnya memilih Paus Fransiskus. Scola, mantan Uskup Agung Milan, memiliki akar teologis yang dalam dan menarik bagi mereka yang mendukung Gereja yang lebih tersentralisasi dan hierarkis.
Sikap tradisionalisnya menjadikannya kandidat kuat bagi mereka yang ingin menjauh dari reformasi Paus Fransiskus, tetapi usianya mungkin tidak menguntungkannya.