SAYA sudah menikmati lucunya kehidupan ini dan saya siap untuk
menikmati lucunya kematian." Lord Mountbatten berbicara begitu
sebulan sebelum dia meninggal akibat ledakan bom di kapal
pesiarnya Shadow Five kepada Daily Express. Namun kematiannya
memang bukan sesuatu yang lucu. Adalah Lord Mountbatten,
Panglima Tentara Sekutu ketika perang dunia II yang menerima
penyerahan tentara Jepang di Singapura tahun 1945.
Hari itu, dia sekeluarga berlibur musim panas di Mullaghmore,
sebuah kampung pantai yang masih wilayah Republik Irlandia dekat
perbatasan Irlandia Utara. Ini merupakan kebiasaannya sejak 30
tahun terakhir. Mountbatten yang gemar memancing itu sekali ini
rupanya tak menyadari kalau sebuah bom seberat 24 kg berada di
kapal pesiarnya. Bom itu dikendalikan dari pantai. Dan Tentara
Republik Irlandia (IRA) menJaku bertanggung jawab terhadap
pembunuhan tersebut.
Bersamaan harinya (27 Agustus) dengan terbunuhnya Mountbatten,
18 orang tentara Inggeris juga tewas akibat ledakan bom di dekat
Belfast, ibukota Irlandia Utara. Juga ini dilakukan oleh
kelompok IRA.
Selama ini mereka memang sudah dikategorikan sebagai kelompok
teroris. Maret lalu, Airey Neave, anggota Parlemen dari Partai
Konservatif meninggal akibat ledakan bom di mobilnya ketika dia
baru keluar dari gedung parlemen di London. Begitu pula dengan
Duta-besar Inggeris untuk Belanda, Sir Richard Skyes, dibunuh
oleh kelompok IRA pada bulan yang sama. Bahkan mereka telah
berjanji 'berjuang sampai mati' untuk mengusir Inggeris.
Irlandia Utara -- biasa juga disebut Propinsi Ulster menempati
seperenam luas pulau Irlandia--sejak 10 tahun lalu diduduki
tentara Inggeris karena permusuhan kaum Protestan dan Katholik
Bagian selatannya adalah negara Republik Irlandia yang merdeka.
Sedang IRA yang mendapat dukungan umat Katholik sudah lama
menuntut supaya Irlandia Utara, di mana kaum Protestan merupakan
mayoritas, juga bebas dari kekuasaan Inggeris. Tapi kaum
Protestan umumnya ingin supaya Ulster tetap adi suatu propinsi
dalam Kerajaan Inggeris.
Dengan kematian Lord Mountbatten tampaknya pemerintahan Margaret
Thatcher akan bersikap lebih keras untuk mempertahankan Ulster.
Walaupun selama 10 tahun terakhir ini korban jiwa telah mencapai
2000 orang. Undangan Gubernur New York, Hugh Carey, untuk
membicarakan masa depan Ulster ini telah ditolak pemerintah
Inggeris.
Yang jelas masyarakat Katholik Irlandian Utara yang sudah lama
merindukan kedatangan Paus, kali ini terpaksa keccwa. Kejadian
terakhir rupanya menyebabkan Paus John Paul 11 mengurungkan
maksudnya untuk berkunjung ke Irlandia. Semula Paus direncanakan
akan singgah pada akhir September dalam rangka perjalanannya ke
AS.
Dengan makin gencarnya gerakan teror IRA ini berbagai kalangan
di Inggeris kembali mempertanyakan apakah hukuman mati yang
selama ini sudah dihapuskan perlu diadakan lagi. Eldon
Griffiths, anggota Konservatif di parlemen, mengemukakan bahwa
kematian Lord Mountbatten mungkin akan mendorong parlemen
menghidupkan kembali hukuman mati, khusus bagi teroris. Namun
ini mungkin saja akan mendapat tantangan keras, terutama dari
Amnesty International yang berpusat di London.
Organisasi ini merupakan penganjur utama supaya dihapuskannya
hukuman mati di seluruh dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini