Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kunjungan Sri Paus Fransiskus ke Indonesia menjadi salah satu trending topik saat ini. Ini meripakan bagian dari perjalanan apostolik ke empat negara Asia, yakni Indonesia, Papua Nugini, Timor Leste, dan Singapura. Indonesia menjadi negara pertama dalam lawatan Paus ke-266 ini selama 12 hari di empat negara itu, dari 2 hingga 13 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lawatan Pemimpin Takhta Suci Vatikan itu ke tanah air pun mendapatkan sorotan dari sejumlah media asing. Hal yang disoroti antara lain pidato Paus soal ekstremisme agama hingga penangkapan tujuh orang oleh Densus 88 atas komentar provokatif kepada Paus
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pesan Paus Fransiskus kepada para pemimpin politik di Indonesia untuk waspada terhadap ekstremisme agama
Dalam artikel berjudul "Pope Francis, in Muslim-majority Indonesia, Warns Against Religious Extremism," Reuters menulis pesan Paus Fransiskus kepada para pemimpin politik di Indonesia, negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar di dunia, untuk waspada terhadap ekstremisme agama. Menurut Paus Fransiskus, ekstremisme itu mendistorsi keyakinan agama orang-orang melalui penipuan dan kekerasan.
Paus Fransiskus mengatakan Gereja Katolik akan meningkatkan upayanya menuju dialog antar agama dengan harapan dapat membantu meredam ekstremisme. "Dengan cara ini, prasangka dapat dihilangkan, dan iklim saling menghormati dan percaya dapat tumbuh," kata Paus berusia 87 tahun itu dalam pidatonya di hadapan sekitar 300 politisi dan pemimpin agama di Istana Merdeka, Jakarta.
"Hal ini sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan bersama, termasuk tantangan dalam melawan ekstremisme dan intoleransi, yang melalui distorsi agama berupaya memaksakan pandangan mereka dengan menggunakan tipu daya dan kekerasan," kata Paus Fransiskus dilansir oleh Reuters.
Media asing lainnya Associated Press, juga menekankan pidato Paus Fransiskus untuk memerangi ekstremisme. Pesan ini ditulis media ini dalam artikel berjudul "In Asia, Pope Urges Indonesia to Live Up to Promise of ‘Harmony in Diversity,’ Fight Extremism."
Paus desak pemerintah tepati janji soal harmoni dalam keberagaman
Menurut Associated Press, Paus Fransiskus mendesak Indonesia untuk menepati janjinya tentang “harmoni dalam keberagaman” dan melawan intoleransi beragama. "Dalam sambutannya kepada pihak berwenang Indonesia, Fransiskus membandingkan keberagaman manusia di negara ini dengan 17.000 pulau di negara kepulauan tersebut. Ia mengatakan bahwa setiap pulau memberikan kontribusi yang spesifik untuk membentuk mosaik yang luar biasa, di mana setiap ubin merupakan elemen yang tak tergantikan dalam menciptakan karya yang luar biasa, orisinal, dan berharga," tulis Associated Press, Rabu, 4 September 2024.
Paus Fransiskus memperingatkan bahwa keberagaman seperti itu juga dapat menjadi sumber konflik. "Pernyataan Paus Fransiskus tampaknya merujuk pada episode intoleransi yang telah merebak dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia serta kekhawatiran yang lebih luas tentang konflik yang berkecamuk di seluruh dunia," tulis Associated Press.
Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Dari populasi sekitar 280 juta jiwa, diperkirakan sekitar 87 persen beragama Islam. Kebebasan beragama dijamin dalam konstitusi negara.
Telah terjadi beberapa insiden kekerasan ekstremis di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk serangan bom bunuh diri pada 2021 dan 2022 oleh orang-orang yang berafiliasi dengan kelompok yang terinspirasi ISIS, Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Pertemuan Paus dengan Imam Besar Masjid Istiqlal
Sementara itu, CNN juga menyoroti pertemuan Paus Frasiskus dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar. Dalam laporan berjudul " On visit to Southeast Asia’s largest mosque, Pope says battling climate change and religious extremism a common cause”, media tersebut membahas pernyataan bersama kedua pemimpin agama itu untuk menunjukkan “dua krisis serius” yang dihadapi dunia: dehumanisasi dan perubahan iklim.
“Fenomena dehumanisasi global ditandai terutama oleh meluasnya kekerasan dan konflik, yang sering kali mengakibatkan jumlah korban yang mengkhawatirkan,” tulis CNN mengutip pernyataan yang ditandatangani di ibu kota Jakarta itu.
"Yang paling mengkhawatirkan adalah agama sering kali dijadikan alat dalam hal ini, yang menyebabkan penderitaan bagi banyak orang, terutama wanita, anak-anak, dan orang tua," lanjut laporan itu. "Namun, peran agama seharusnya mencakup upaya untuk memajukan dan menjaga martabat setiap kehidupan manusia."
Lebih lanjut, CNN menuliskan deklarasi tersebut menyatakan bahwa “eksploitasi manusia terhadap ciptaan” telah menyebabkan “berbagai konsekuensi yang merusak seperti bencana alam, pemanasan global, dan pola cuaca yang tidak dapat diprediksi,” serta “hambatan bagi koeksistensi manusia yang harmonis.”
Sebagai bagian dari acara tersebut, Paus juga mendengarkan doa-doa Islam yang dibacakan oleh seorang gadis muda tunanetra bernama Syakila, pemenang kompetisi membaca Al-Quran tingkat nasional.
Penangkapan 7 Orang oleh Densus 88 Karena Berkomentar Provokatif di Medsos Soal Kedatangan Paus Fransiskus
Detasemen Khusus 88 Antiteror atau Densus 88 menangkap tujuh pelaku yang diduga memprovokasi di media sosial terkait kedatangan Paus Fransiskus ke Jakarta. Mereka berinisial HFP, LB, DF, FA, HS, ER, dan RS. Kabar ini mendapatkan atensi dari media Singapura, The Strait Times dalam laporan berjudul “Indonesian police detain seven in a failed plot to attack Pope Francis”.
Media tersebut menyoroti penemuan sejumlah barang yang meliputi busur panah, drone, dan selebaran ISIS oleh Densus 88 dala penggeledahan di rumah salah satu tersangka yang merencanakan serangan terhadap Paus. Beberapa dari pelaku juga disebut telah bersumpah setia kepada ISIS.
The Strait Times juga menyebut bahwa salah satu tersangka memiliki berhubungan dengan kelompok teroris yang menyerang Wiranto, mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Indonesia, pada 2019.
Kelompok itu diduga tidak terima atas sambangan Paus Fransiskus ke Masjid Istiqlal di Jakarta serta kecewa dengan keputusan pemerintah yang meminta stasiun televisi tidak menyiarkan azan selama siaran langsung kunjungan Paus berlangsung.
HATTA MUARABAGJA | DEWI RINA CAHYANI