Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Donald Trump terpilih kembali sebagai Presiden AS setelah mengalahkan Kamala Harris dalam Pemilu AS pada Selasa lalu.
Pakar hubungan internasional memandang suram masa depan perdamaian Timur Tengah pada era Trump.
ASEAN disebut tidak dipandang sebagai mitra strategis karena tidak membawa keuntungan bagi ekonomi dan kepentingan strategis AS.
DONALD Trump kembali menjadi presiden Amerika Serikat. Pengusaha sekaligus politikus Partai Republik ini terpilih sebagai presiden ke-47 setelah memenangi pemilihan umum atau pemilu AS dengan mengalahkan Kamala Harris dari Partai Demokrat. Trump, 78 tahun, akan menjabat hingga 2028 bersama wakil presiden James David Vance, menggantikan pasangan Joe Biden dan Kamala Harris.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan perolehan 295 suara elektoral (electoral votes) dan 72.572.358 suara populer, Trump mengungguli Harris yang mendapatkan 226 suara elektoral dan 67.848.491 suara populer. "Saya ingin berterima kasih kepada rakyat Amerika atas kehormatan luar biasa terpilih sebagai presiden Anda yang ke-47 dan presiden Anda yang ke-45," kata Trump, pada Rabu, 6 November 2024, seperti dilaporkan Reuters.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Deklarasi presiden terpilih itu disampaikan di depan para pendukungnya di Kota West Palm Beach, Florida. Donald Trump didampingi istrinya, Melania, dan anaknya, Barron. Trump menyebut hasil pemilu AS 2024 sebagai momen bersejarah dan menjadi puncak keemasan negara adidaya itu. Dia bersumpah akan menepati semua janji kampanyenya dan memulihkan AS dari krisis ekonomi. "Kami akan membuat Amerika kembali aman, kuat, sejahtera, kuat, dan bebas,” ujarnya.
Di kubu seberang, Harris mengakui kekalahannya dari Trump. Harris menemui pendukungnya di Howard University, Washington DC, tempatnya dulu berkuliah. Dia turut memuji para pemilihnya yang selama ini ikut berjuang mencoba menghentikan Trump kembali Gedung Putih.
Pakar ilmu hubungan internasional Universitas Indonesia (UI), Suzie Sudarman, menilai kemenangan Trump atas Harris tak terlepas dari rasisme yang masih melekat di pikiran kolektif rakyat Amerika. Dia menilai garis keturunan Harris yang berasal India tak sesuai dengan harapan mayoritas penduduk AS. "Artinya, kultur Amerika belum siap menerima perempuan kulit berwarna," kata Suzie kepada Tempo, Kamis, 7 November 2024.
Presiden AS Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris saat perayaan Hari Kemerdekaan di Washington, Amerika Serikat, 4 Juli 2024. REUTERS/Elizabeth Frantz
Kamala lahir di Oakland, California, pada 20 Oktober 1964 dari pasangan Donald Harris asal Jamaika dan Shyamala Gopala asal India. Kedua imigran tersebut bertemu saat sama-sama berkuliah di AS dan menikah pada 1963, sebelum bercerai pada 1971.
Menurut Suzie, rasisme dalam politik Amerika mengemuka sejak masa kepemimpinan Ronald Reagan, presiden ke-40 yang menjabat pada periode 1981-1989. Dalam laporan sejumlah media asing, Reagan pernah menyebut orang-orang Afrika sebagai monyet saat berkomunikasi lewat sambungan telepon dengan Richard Nixon, presiden ke-37.
Peneliti dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Muhammad Waffaa Kharisma, mengemukakan alasan lain. Menurut dia, materi kampanye Trump lebih menyentuh rakyat AS. "Contohnya, soal energi, inflasi, dan imigrasi," kata Waffaa. Kemenangan Trump, dia melanjutkan, juga dipicu oleh kekecewaan pemilih yang frustrasi terhadap kebijakan Biden-Harris selama empat tahun terakhir.
Sebagai negara adidaya dan pemilik ekonomi terkuat, kebijakan AS akan mempengaruhi dunia. Suzie pesimistis akan masa depan Timur Tengah di tangan Trump. Menurut dia, Trump tidak mempunyai keinginan untuk mendorong perdamaian Israel-Palestina di forum internasional, termasuk di Persatuan Bangsa-Bangsa.
Posisi Trump sebagai orang nomor satu di AS memungkinkan Israel memperluas wilayah pendudukan. "Dia mendukung gagasan Israel Raya atau The Greater Israel," kata pakar kebijakan luar negeri AS lulusan Paul H. Nitze School of Advanced International Studies di Washington DC itu. Caranya, Suzie melanjutkan, dengan memperbesar bantuan militer AS untuk Israel.
Papan reklame ucapan selamat untuk Amerika Serkat terpilih Donald Trump, di Yerusalem, 7 November 2024. REUTERS/Ronen Zvulun
Pesimisme yang sama hadir dari CSIS. Waffaa menyoroti sikap Trump yang tak pernah menyampaikan empati atas penderitaan masyarakat Palestina. "Beliau bilang akan membantu supaya Israel bisa meraih kemenangan dengan cepat," kata Waffaa.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas tetap berupaya bersikap positif. "Kami akan tetap teguh pada komitmen kami untuk perdamaian dan kami yakin bahwa AS di bawah kepemimpinan Anda akan mendukung aspirasi sah rakyat Palestina," kata Abbas soal terpilihnya Trump, seperti ditulis Reuters.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menaruh harapan tinggi. "Kembalinya Anda ke Gedung Putih yang bersejarah menawarkan awal baru bagi Amerika dan komitmen kuat untuk aliansi besar antara Israel dan Amerika," ujar Netanyahu melalui X pada Rabu, 6 November 2024.
Trump dan Netanyahu punya kedekatan. Pada Jumat, 26 Juli 2024, Trump menjamu Netanyahu dan istrinya yang berkunjung ke Mar-a-Lago, resor milik Trump di Florida. Dalam persamuhan itu, Trump mengkritik Harris yang menyerukan gencatan senjata dan menyatakan keprihatinan atas banyaknya warga Palestina yang meninggal serta terluka akibat operasi militer Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023. “Pernyataan itu tidak sopan,” kata Trump, seperti dilaporkan Reuters.
Berita tentang Donald Trump yang baru terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat di surat kabar Tehran, Iran, 7 November 2024. REUTERS/NurPhoto/Morteza Nikoubazl
Seperti di negara lain, para pemimpin negara di Asia Tenggara menyampaikan ucapan selamat kepada Trump. Presiden Prabowo Subianto termasuk di antaranya. "Saya berharap dapat bekerja sama erat dengan Anda dan pemerintahan Anda untuk lebih meningkatkan kemitraan serta demi perdamaian dan stabilitas global," kata Prabowo di X.
Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengatakan AS terus menjadi sumber investasi asing terbesar bagi Malaysia dan pemain penting di Asia-Pasifik. Sebagai Ketua ASEAN pada 2025, dia melanjutkan, Malaysia berharap AS akan menghidupkan kembali keterlibatannya dengan Asia Tenggara. "Kami juga mendesak AS untuk menggunakan pengaruhnya yang besar untuk membantu mengakhiri kekerasan di Palestina dan Ukraina," ujar Anwar.
Meski demikian, Suzie menilai Trump tak memiliki kedekatan dengan negara-negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Menurut Suzie, sebagai pebisnis, Trump tidak melihat keuntungan ekonomis dan kepentingan strategis dari kawasan tersebut. "Sulit membayangkan Trump meluangkan perhatian ke ASEAN," ujarnya.
Sependapat dengan Suzie, Waffaa menyebutkan peluang peningkatan kerja sama AS dan negara di Asia Tenggara hanya berlaku di negara tertentu yang sesuai dengan keinginan Trump, bukan kawasan secara keseluruhan. "ASEAN irrelevant bagi Trump," kata Waffaa.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo